Bus Trans Jateng Semarang-Kendal |
Niat cepet tapi malah kena macet.
Itulah yang saya rasakan ketika naik Trans Jateng Semarang-Kendal beberapa waktu lalu. Kala itu, saya memang tidak memperkirakan waktu jika nanti hambatan di jalan ketika naik bus kebanggaan warga Jawa Tengah ini. saya pede saja dan berpikir perjalanan saya kali ini akan sama dengan perjalanan Trans Jateng lain.
Ribetnya Mencari Carteran Mobil
Semua diawali dari undangan rekan yang baru menikah. Sebenarnya resepsinya sudah lama. Namun, gerombolan saya belum juga bisa datang karena keterbatasan jarak. Sang mempelai berada di Jawa Tengah dan kami semua berada di Jawa Timur.
Berkali-kali berembuk untuk mencarter mobil atau minibus gagal dengan alasan waktu yang tidak sama. Ada yang harus kerja dulu. Ada yang mau jalan-jalan di Jogja dulu. Ada yang sudah berada di Makassar eh Semarang maksudnya dan ada yang entah berada di mana. Pokoknya kalau janjian bersama naik mobil carter rasanya kini menjadi hal yang ruwetnya minta ampun.
Baca juga: Beda Trans Jateng dan Trans Semarang
Akhirnya kami bersepakat untuk langsung datang ke TKP sendiri-sendiri dulu. Tuan rumah sudah menentukan waktunya saja bebas di minggu siang sampai sore. Saya yang tidak ada opsi lain untuk menggunakan transportasi umum pun memilih Trans Jateng sebagai opsi utama karena murah dan kebetulan rumah rekan saya tak jauh dari Alun-Alun Kendal.
Sebelum naik Trans Jateng Semarang-Kendal, saya memutuskan berputar dulu sekalian membuat konten naik Trans Semarang dan Feeder-nya di pagi hari. Makanya saya mruput jam 6 pagi sudah siap di Halte Trans Semarang. Untunglah jalanan sepi sehingga saya bisa maraton naik Trans Semarang Koridor 4 dilanjut Koridor 2 ke Elizabeth. Lalu naik koridor 6 dari arah Undip ke Unnes dan turun di BNI Unnes.
Naik Trans Semarang dulu sama adek kecil. Saya salut sama orang tua yang membiasakan anaknya naik transportasi umum sejak kecil. |
Ketika berada di Unnes lalu saya naik Feeder 4A ke arah Terminal Gunung Pati. Dari Gunung Pati lalu saya naik koridor 8 ke arah Cakrawala. Dari Cakrawala lanjut naik Koridor 1 ke arah Terminal Mangkang dan akhirnya baru naik Trans Jateng Mangkang-Bahurekso atau lebih dikenal sebagai koridor Semarang-Kendal.
Modifikasi Rute Trans Jateng
Saya tiba di Terminal Mangkang sebenarnya masih cukup pagi yakni pukul 10 pagi. Saat itu kondisi cukup ramai tetapi saya bisa mengamankan hot seat alias duduk paling depan. Sebenarnya, ada dua anak kecil yang juga ingin duduk depan tetapi dilarang oleh ibunya karena mereka cukup lincah. Beruntung sekali saya mendapatkan hot seat sehingga proses perekaman video dan pengambilan gambar menjadi lebih leluasa.
Baca juga: Naik Trans Jateng ke Museum Purbakala Sangiran
Tak lama, bus pun melaju keluar darti Terminal Mangkang menuju ke Jalan Pantura yang menghubungkan kota-kota di Jawa Tengah. Lantaran saat itu hari Minggu, maka Bus Trans Jateng berhenti di Halte Semarang Zoo atau bonbinnya Semarang. Trans Jateng hanya berhenti di halte tersebut saat hari sabut-minggu dan hari libur. Cukup banyak juga pengunjung yang naik atau turun di Halte Semarang Zoo. Ternyata, prediksi saya bahwa masyarakat Semarang Raya masih gemar menggunakan transportasi umum tepat.
Bus Trans Jateng terparkir di Terminal Mangkang. |
Mula-mula, bus melaju ke perbatasan Semarang-Kendal dan melewati beberapa kompleks industri di Kaliwungu. Bus Trans Jateng juga melewati beberapa pabrik besar jika pada jam berangkat kerja dan pulang kerja pada Senin-Jumat. Berhubung saat saya naik bertepatan dengan hari Minggu, maka saya bus tidak melewati hal area tersebut.
Bagi saya perubahan rute pada jam-jam tertentu yang menyesuaikan kegiatan warga sangat penting. Perpindahan warga bisa terakomodasi dengan baik sehingga mereka mau menggunakan transportasi umum. Kemacetan bisa ditekan dan pengeluaran masyarakat bisa ditekan. Kalau tak salah tarif Trans Jateng untuk buruh hanya 2 ribu rupiah saja. Bayangkan jika seorang buruh hanya perlu mengeluarkan uang 4 ribu rupiah per hari, maka tak sampai 100 ribu ia keluarkan untuk transportasi umum per bulan.
Baca juga: Beberapa Kemudahan Naik Teman Bus Batik Solo Trans
Bus masih lancar berjalan sampai Alun-Alun Kaliwungu. Nah selepas Pasar Kaliwungu, tiba-tiba terjadi kemacetan panjang. Waduh, kegembiraan saya mulai berangsur hilang. Layaknya mentari di dalam otak Squidward yang berganti dengan hujan deras. Kala membuka peta, saya lihat warna merah darah terpampang nyata tanpa fatamorgana.
Terkena Macet Setengah Jam di Perlintasan KA
Rupanya, ada proyek pengerjaan rel ganda (double track) di perlintasan KA dekat Stasiun Kaliwungu. Proyek ini memakan badan jalan hampir seluruhnya sehingga pengguna jalan harus bergantian melaju dari kedua sisi. Belum lagi, ada kerera yang masih lewat baik dari arah Semarang maupun arah Jakarta. Di dekat perlintasan itu, ada jalan tembus juga tempat banyak kendaraan lewat. Walhasil, semuanya tumpah ruah mak byar macet hingga memakan waktu setengah jam lebih. Saya menghitung ada 20 lagu band Raja sudah terputar di dalam bus. Jika masing-masing lagu berdurasi 3 menit, maka lebih dari 3 menit kan terjebak kemacetan?
Terkena macet setegah jam |
Sang sopir sudah mulai bersumpah serapah. Ia menyayangkan kenapa pihak KAI tidak mengantisipasi kemacetan ini. Justru warga sekitar yang membatu mengurai kemacetan. Tidak ada satu pun petugas dari Kepolisian maupun Dinas Perhubungan yang tampak mengatur lalu-lintas ketika saya lewat. Tentu, apa yang saya dapatkan ini segera saya unggah di media sosial agar mendapatkan atensi.
Suasana Kota Kendal yang sepi |
Selepas terkena kemacetan, bus pun melaju cukup kencang. Beberapa penumpang turun di halte-halte sebelum Alun-Alun Kendal. Saya baru tahu kalau bus ini berputar di Alun-Alun Kendal. Jadi, baik dari arah Semarang maupun Kendal melewati Halte di Alun-Alun Kendal. Bus Trans Jateng rute ini juga masih bersinggungan dengan bus-bus lain yang non BRT. Diantaranya bus ke arah Pemalang dan Weleri.
Menuggu dijemput teman |
Hampir satu jam lebih akhirnya saya tiba di Alun-alun Kendal. Saya sebenarnya ingin ke alun-alun tetapi hanya sempat ke pasar di belakang halte. Rekan saya sudah menelepon mau menjemput saya. Pengamatan saya Kota Kendal cukup sepi juga tidak seramai Kota Demak atau Kota Pekalongan yang pernah saya datangi. Perbandingannya ini sama-samal kota kecil lho ya kalau dibandingkan dengan Semarang ya jauh.
Pulang bersama rombongan ibu-ibu pengajian |
Meski harus terkena macet tetapi saya beruntung karena bisa duduk manis di dalam bus. Ketika kembali ke Semarang, sebenarnya saya tidak mendapatkan tempat duduk. Bus penuh oleh rombongan ibu-ibu pengajian. Untungnya, sebelum perlintasan KA horror tadi, semua anggota rombongan pengajian turun. Bus pun lengang dan saya mendapatkan tempat duduk. Mengingat kena macet lagi, saya pun menyetel lagu-lagu berbahasa Tagalog sambil mencoba memejamkan mata sebelum sampai di Terminal Mangkang.
Salut ama di Semarang, trans semarang peminatnya banyak. Di Jogja benar-benar sepi sekarang
ReplyDeleteiya di jogja kenapa sepi banget ya mas
DeleteSaya belum pernah ke Semarang mas, jadi belum pernah naik bus trans Jateng. Malah mas Ikrom yang dari Jawa timur sudah naik duluan.😂
ReplyDeleteWow, untuk buruh ongkosnya cuma 2rb ya, sungguh murah sekali, kok bisa semurah itu ya.
Harusnya ada polisi yang ngatur lalu lintas di perlintasan kereta api itu ya mas, biar ngga macet parah.
2 ribu ini untuk pelajar, veteran, dan buruh mas
Deletekalau umum ya 4 ribu
iya harusnya ada polisi ya biar engga macet panjang