Soto Sokaraja |
Akhirnya saya ke Puerto Rico aka Purwokerto lagi.
Kali ini bukan untuk menyusuri jalur kereta api lagi melainkan untuk healing tipis-tipis. Mumpung lagi liburan dan saya sedang tidak banyak kegiatan. Tujuan utama lainnya untuk menjajal transportasi umum di kota semu yang masih belum “merdeka” dari Kabupaten Banyumas itu.
Saya mencoba untuk full jalan kaki dan menggunakan transportasi umum Teman Bus Trans Banyumas serta Trans Semarang untuk bisa mencapai tempat tujuan. Salah satu tujuan wisata yang saya target adalah kuliner Soto Sokaraja.
Dulu, ketika saya datang ke kota ini pada 2018, saya belum sempat mencicipi soto ini lantaran target yang begitu tinggi untuk menyusuri rel kereta api. Kali ini, saya mencoba lebih woles dan santai yang penting saya bisa makan soto sokaraja dengan nikmat tanpa banyak ekspektasi dan terburu waktu.
Baca juga: Adem dan Nikmatnya Santap Selat Mbak Lies Solo
Sebelum memulai wisata kuliner, saya membiasakan dulu googling dan bertanya untuk mendapatkan informasi agar bisa menyantap soto sokaraja dengan nikmat. Hasil googling tidak banyak membuahkan hasil karena kebanyakan saya menemukan warung soto sokaraja yang ramai pembeli. Saya mencoba untuk mencari hidden gems. Tak perlu antre lama tetapi rasanya masih enak.
Untunglah, seorang rekan yang berdomisili di Cilacap memberi saya info kalau ada soto sokaraja enak yang tak begitu ramai. Tidak hanya itu, menurutnya tempat tersebut bisa dijangkau dengan transportasi umum Trans Jateng. Ia mengatakan pada saya sempat melihat halte Trans Jateng di dekat warung tersebut saat menyantap soto sokaraja. Wah ini nih yang saya cari.
Naik Trans Banyumas dan Trans Jateng ke Sokaraja
Setelah mencoba melihat Google Maps, akhirnya saya memutuskan untuk datang ke warung tersebut. Mula-mula, saya berjalan kaki dari penginapan saya di daerah Pabuaran, Purwokerto Utara ke arah Graha Widyatama Universitas Jendral Soedriman (Unsoed). Kebetulan, ada sebuah Halte Trans Banyumas di depan gedung tersebut.
Saya naik Trans Banyumas koridor 2 yang menuju Terminal Notog. Setelah naik beberapa saat, saya kemudian turun di SDN Kedungwuluh 3. Di sini, saya harus transit atau berpindah ke bus Trans Banyumas koridor 3 yang menuju ke arah Terminal Bulupitu. Selain di halte ini, saya sebenarnya bisa transit di beberapa halte lain seperti TMP Tanjung Nirwana dan Kelurahan Tanjung.
Transit Trans Banyumas dulu |
Untunglah, saya tak perlu menunggu waktu lama untuk mendapatkan bus tersebut. Trans Banyumas memang bisa diandalkan. Hanya perlu memakan waktu sekitar 25 menit untuk sampai di Terminal Bulupitu dari penginapan saya. Sungguh perjalanan yang benar-benar singkat.
Sesampainya di Terminal Bulupitu, saya segera menuju Halte Trans Jateng. Di sini, Halte Trans Jateng dan Trans Banyumas terpisah tetapi saling berdekatan. Beberapa penumpang sudah siap menunggu bus yang akan berangkat. Hanya perlu menunggu sekitar 2 menit, bus pun tiba.
Sampai di Terminal Bulupitu |
Mulanya, saya sudah mengincar hot seat alias duduk di dekat sopir demi bisa merekam bus dan akan saya masukkan ke You Tube saya. Namun, ada 2 bocil yang juga ingin mendapatkan tempat tersebut. Saya pun mengalah dan memutuskan tidak akan merekam video perjalanan. Ya kalau berebut tempat duduk dengan bocil. Lagian, saya pikir kok malas juga ya merekam terus. Sesekali ingin menikmati perjalanan. Sebagai ganti, saya hanya memotret saja beberapa saat untuk tulisan di blog.
Siap berangkat... |
Bus Trans Jateng yang saya naiki merupakan bus koridor 2 yang menuju ke arah Terminal Bukateja, Purbalingga. Ini kali kedua perjalanan saya setelah pada 2018 lalu juga pernah naik dari Pasar Manis ke Terminal Bulupitu. Saya masih belum kepikiran untuk lanjut sampai ke Purbalingga.
Cuma 4 ribu rupiah saja |
Kata teman saya, nanti saya harus turun di persimpangan klenteng. Dari sana, saya harus berjalan kaki ke warungnya. Bus pun melaju melewati bagian timur dari Kota Purwokerto. Lantaran kota ini adalah kota semu, tidak seperti Malang yang merupakan kota otonom, maka saya tidak mendapati batas kotanya. Tiba-tiba saja saya sudah berada di Sokaraja, salah satu kecamatan penting di Banyumas.
Adiknya sampai ketiduran |
Tak lama kemudian, saya sudah sampai di Persimpangan Klenteng. Di sini saya turun dan banyak juga ibu-ibu yang naik dengan barang bawaan yang melimpah. Sang kondektur Trans Jateng dengan sigap membawa barang ibu tersebut masuk ke bus dan menarik tangan mereka.
Baca juga: Akhirnya Saya Bisa Membedakan Trans Semarang dengan Trans Jateng
Bagi saya, SOP kondektur Trans Jateng masih menjadi standar oprasional kondektur BRT terbaik se-Indonesia. Selain ramah, kesigapan mereka dalam membantu penumpang ketika naik dan turun patut diacungi jempol.
Kondektur Trans Jateng sigap melayani penumpang |
Jalan Kaki Menuju Warung Soto Sokaraja
Saya pun menuju ke arah klenteng Hok Tek Bio. Klenteng ini sempat terbakar hebat tahun 2012 kemarin dan kini sudah direnovasi kembali. Perjalanan ke warung soto sokaraja sungguh melelahkan karena saya harus berjalan kaki melewati persimpangan Kalibagor yang ramai dengan bus AKAP maupun AKDP.
Maklum, jalan ini merupakan jalur persimpangan kea rah Purbalingga dan Banjarnegara serta ke arah Kebumen, Purworejo, dan DIY. Hampir saja saya terserempet bus lantaran asyik melihat bangunan jadul di sekitar wilayah itu.
Trans Jateng melintas di depan Klenteng |
Capainya jalan kaki seakan tidak terasa karena saya menemukan banyak sekali bangunan bersejarah. Maklum saja, Sokaraja dulunya dilintasi jalur kereta api dari Purwokerto menuju Wonosobo. Jalur inilah yang akhirnya “membunuh” kegiatan ekonomi di Banyumas dan akhirnya ibukota Kabupaten Banyumas dipindahkan dari Banyumas ke Purwokerto di samping jalur kereta dari Purwokerto ke arah utara. Meski akhirnya jalur kereta ini juga terbunuh lantaran masifnya kendaraan pribadi. Di dekat klenteng tersebut juga terdapat bekas Stasiun Sokaraja. Saya tak berminat ke sana karena panasnya jalan yang luar biasa.
Bekas Stasiun Sokaraja |
Saya lalu berbelok ke jalan menuju Purbalingga melewati jembatan Kalibagor. Lalu, langkah kaki saya menuju ke arah utara. Di sana banyak warung bakso dan sejenisnya tetapi saya langsung menuju ke warung bakso dan tetelan. Warung ini dekat sekali dengan warung bakso Iga.
Nikmatnya Soto Sokaraja Tiada Tara
Itulah warung yang dikatakan oleh rekan saya karena rasanya enak. Nama warungnya adalah Sedap Rasa. Warung ini menjual aneka menu soto sokaraja mulai soto sapi, soto babat, soto bakso, dan soto ayam. Ada juga menu mie ayam dan mie ayam ceker. Untuk menu baksonya sendiri ada bakso tetelan dan bakso telur. Pokoknya komplit sekali.
Mari makan |
Saya memesan menu soto ayam dengan harga 16 ribu dan es teh. Tak lama, pesanan saya pun siap disajikan dan bau menyengat langsung saya rasakan. Saya lantas menambahkan kecap dan sambal sebagai pelengkap. Akhirnya, keinginan saya bisa tercapai yakni makan soto sokaraja dengan naik bus Trans Jateng.
Saya langsung menyeruput kuah soto yang rasanya perpaduan manis, gurih,dan asin. Keunikan soto sokaraja adalah adanya bumbu kacang pada kuah soto. Bumbu ini menjadikan soto terasa gurih. Berbeda dengan soto lamongan yang cenderung asin, soto ini tidak begitu asin.
Suasana ramai di dalam warung |
Nah yang menarik adalah adanya kerupuk warna sebagai pelengkap soto sokaraja. Kerupuk ini langsung dimasukkan ke dalam kuah soto dan akhirnya layu di dalamnya. Persis penyajian gado-gado atau tahu tek. Saya pun mencicipi kerupuk yang sudah basah tersebut dan sungguh perpaduan yang nikmat. Belum lagi saat menyantap suwiran ayam yang dimbumbu kecap. Aduh, bumbunya sungguh merasuk sampai ke bagian dalam daging ayam.
Baca juga: Soto Seger Khas Jawa Tenghan dan Soto Koya Khas Jawa Timuran
Saking lahapnya, saya tak perlu waktu 10 menit untuk menghabiskan soto sokaraja di depan saya. pemilik warung heran dengan lahapnya saya menyantap soto yang menggunakan ketupat tersebut. Saya pun bercerita bahwa bukan orang Banyumas dan baru saja jalan kaki dari klenteng. Ia pun terbahak. Pantas saja saya saya makan lahap.
Puas rasanya berjalan kaki saat panas terik sembari berolahraga dan kulineran |
Sambil menikmati denyut kehidupan di sekitar. |
Puas rasanya menyantap soto sokaraja ini di tempat yang tak begitu ramai dan harga yang murah. Semoga saja saya bisa ke sini lagi dan makan varian lain dari soto sokaraja.
Jan tenanan nek liputan jalan jalan sambil kukineran mas ikrom juarane story telling, sukses bikin ku cleguk cleguk mandeng tuh soto ya Alloh. Soto dimakan bareng kupat iki unik sih, opo maneh ada kerupuk warna warni sing koyo neng gado gado hwahahahha tambah maknyus...dicampur kecap utawa sambel dimakan panas panas jos tenan.
ReplyDeleteEh btw bus e saiki malih apik ya pada pembenahan...cepet lagi transite dan juga myrah. Aku juga paling seneng lungguh mburi sopir soale pemandangan jendela ngarep kan ombo serasa liat pemandangan jalane kui terpuaskan hahah...tapi yo ho oh sih nek wes diduduki anak anak mendingan lungguh mburine, moso kon rebutan hhaahahahha
aku juga nek lagi plesiran hawane ga pengen memvideo loh, nek foto sih tetep nggo bahan tulisan di blog, tapi fotone cepetan dan sat set sat set, lebar kui menikmati plesiran tanpa riweh dokumentasi wkwkkwkwk
eh...ngko sek...templatemu sing iki apik mas ikrom, birune adem dan penempatan fotone nek diliat dari hape pas...nek sing template wingi kayak gede gitu fotone..nah nek sing iki pas
soto sokaraja ancen sing khas kerupuk warnae mbak
Deletejan cocok pas panas panas
iyo mbak sekarang enak lumayan cepet ga nunggu lama
makane aku ingin menikmarti hidup dan gak banyak berkonten hahaha
ya ampun setelah lama akhirnya tiba di warung sotonya dengan harga 16k sdh sama es teh nikmat bener ya kak :) aku penasaran sama baso tetelannya nih
ReplyDeleteperjuangan ya teh ahahahha
DeleteHaduuuuh mas, aku jadi kangen soto sokaraja 😅🤤🤤.. tiap kali ke Purwokerto, soto sukoraja ini ga pernah aku skip. Pokoknya wajiiib mampir dulu makan sotonya. Baru setelah itu kuliner2 yg lain 😅.
ReplyDeleteMemang ENAAAK sih. Perpaduan rasanya ga terlalu asin. Apalagi pake lontong. Jadi ga begah makannya.
iya ini kayak semacam makanan wajib di sini ya mbak
Deleteaku penasaran sama kota Purwokerto, Purwakarta. Kayaknya feelnya gimana gitu ya, njawani atau apalah. Penasaran pake banget
ReplyDeleteapalagi ada bis kayak gini ya, kayak lebih gampang kalau mau kemana-mana, berasa kayak di luar negeri atau kota besar.
Baidewei, Purwokerto ini apakah termasuk kota besar dengan hiruk pikuknya khas kota metropolitan mas Ikrom?
aku liat dari foto fotonya terkesan "vintage" gitu ya
apakah disana ada ojol juga? biasanya kalau aku ke kota lain, andalannya pake transport umum dan paling ringkes biasanya pesen ojol :D
FYI Purwokerto itu belum jadi kota sendiri Mbak masih jadi satu sama Banyumas
Deletetapi udah rame sih udah maju
di sini memang jadi jalur penting dulu sebelum ibukotanya pindah ke purwokerto
makanya banyak bangunan jadul
kangen banget makan soto ayam di Puerto Rico, rasanya wueeenak puooool
ReplyDeleteenak bangett
DeleteCerita yg menarik. Jalan2 sambil kulineran. Asyik
ReplyDeleteterima kasih
Delete