Buddha, mengapa patung-Mu dibuat tidur??? |
Trowulan memang unik dan lengkap.
Saya menyebutnya miniatur Indonesia karena di tempat ini berdiri berbagai tempat penting bagi agama tertentu. Saya sudah ke candi yang bercorak Hindu, ke makam muslim, dan kini tiba saatnya untuk mengunjungi tempat suci agama Buddha.
Tempat suci ini bernama Maha Vihara Mojopahit. Kalau mendengar nama ini, mungkin banyak orang yang belum paham mengenai tempat ini. Namun, ketika mendengar kata patung Buddha Tidur, maka banyak orang akan mengenalinya. Ya, patung Buddha raksasa ini berhasil saya kunjungi ketika berada di Trowulan.
Saya sangat senang karena letak Maha Vihara atau Patung Buddha Tidur ini tak jauh dari beberapa candi dan makam yang sudah saya kunjungi sebelumnya. Tinggal menggeber motor beberapa menit, sat set wat wet, saya sudah sampai di kompleks Maha Vihara.
Maha Vihara Majapahit |
Kompleks vihara ini berada di sebuah perumahan yang cukup padat. Saya kira letaknya berada di tepi jalan raya. Ternyata tidak. Meski begitu, letak vihara ini yang cukup nylempit tidak menghalangi para wisatawan untuk mengunjungi tempat ini.
Baca juga: Hari Raya Agama Apa yang Paling Banyak dalam Setahun?
Baru saja masuk ke tempat parkir, saya dan rekan saya sudah bingung akan memarkirkan kendaraan di mana. Tempat parkir di vihara ini amat penuh. Kebetulan, kunjungan saya tepat saya hari libur. Berbagai kendaraan terparkir dengan rapi di depan kompleks vihara ini.
Patung Buddha Menjadi Magnet Wisatawan
Tak hanya ramai oleh pengunjung, di depan kompleks Maha Vihara Mojopahit ini juga penuh dengan para pedagang yang menjajakan dagangannya. Ada pedagang makanan, minuman, pernak-pernik, dan kaos oleh-oleh. Pihak vihara cukup bagus dalam menata mereka sehingga tertata rapi. Ini pertama kali saya ke vihara yang ramai oleh pengunjung. Sepanjang hidup, saya sudah tiga kali ke vihara, dua diantaranya di Malang dan satu di Trowulan ini.
Ramainya pengunjung menandakan bahwa patung Budda Tidur menjadi magnet dari vihara ini. Saya pun tak perlu menunggu waktu lama lagi untuk membeli tiket seharga 5 ribu rupiah. Untuk tiket anak-anak sendiri hanya 3 ribu rupiah. Harga yang sangat terjangkau mengingat perawatan fasilitas di vihara ini, terutama taman dan patung budhha-nya tentu membutuhkan biaya tak sedikit.
Sebelum menuju patung Buddha tidur, saya terlebih dahulu mengunjungi Sasono Bhakti. Tempat ini merupakan tempat inti atau pemujaan dari Maha Vihara Mojopahit. Ada dua patung raksasa berdiri di depan pelataran Sasono Bhakti. Dua patung tersebut adalah patung Raden Wijaya dan Patung Gajah Mada. Dua sosok yang begitu dihormati pada masa Kerajaan Majapahit. Di belakang dari dua patung tersebut, ada sekumpulan patung bhiksu dengan bunga teratai di depannya.
Patung Bhiksu |
Dua sosok penting tersebut ternyata juga dihormati oleh agama Buddha meski setahu saya keduanya adalah penganut Hindu walau ada beberapa teori yang menyatakan Gajah Mada adalah penganut Buddha. Pendapat ini dibuktikan dengan kitab Kakawin Nagarakertagama pada pupuh 19. Pada kitab tersebut tertulis bahwa Gajah Mada dianugerahi dukuh kasogatan atau dusun Buddhis yang bernama Madakaripura. Lokasi tanah itu berada di selatan Pasuruan.
Umat Hindu dan Buddha yang Berdampingan saat Kerajaan Majapahit
Meski begitu, saya yakin penghormatan kepada keduanya karena selama masa Majapahit umat Hindu dan Buddha hidup berdampingan. Makanya, ada istilah Dharmmadyaksa ring Kasaiwan bagi pejabat beragama Hindu dan Dharmmadyaksa ring Kasogatan bagi pejabat beragama Buddha pada masa kerajaan tersebut.
Patung biksu lagi |
Adanya dua patung tersebut memang menjadi bukti nyata bahwa pejabat atau pemimping Majapahit begitu menjaga keharmonisan kehidupan bernegara. Tak heran kerajaan ini dulu begitu kuat dan disegani.
Baca juga: Sejarah Masuknya Agama Kristen di Indonesia
Saya hanya memotret patung bhiksu dan dua pembesar Majapahit itu. Membaca larangan untuk mendekat bagian utama Vihara, saya pun mematuhinya. Sayang, ada beberapa pengunjung yang malah duduk di belakang altar dan melanggar larangan tersebut. Sudah seharusnya jika berkunjung ke rumah ibadah agama lain – termasuk rumah ibadah agama sendiri – jangan lupakan untuk menaati peraturan yang teman-teman.
Saya bukan penganut Buddha tetapi sangat menghormati dan terkesan dengan ajaran Sang Buddha Amitabha .... |
Saya lalu bergegas menuju patung Buddha tidur yang berada di bagian belakang dari Maha Vihara Mojopahit ini. Rupanya, patung ini berada di tepi dekat sebuah kolam yang penuh dengan bunga teratai. Agama Buddha memang sangat khas dengan bunga ini. Dulu ketika saya melihat serial kera sakti di TV, saya selalu melihat bunga teratai dalam berbagai pencerahan atas sebuah masalah yang muncul.
Ajaran Buddha dan Nostalgia Serial Kera Sakti
Ketika Dewi Kwan Im turun dari langit, ketika Biksu Tong sedang mendapatkan sebuah pencerahan kala ia dan murid-muridnya menghadapi masalah, maka teratai akan muncul. melambangkan kebangkitan. Teratai menjadi bunga penting dalam agama Buddha karena bunga ini menutup pada malam hari dan terbuka kembali saat pagi hari.
Baca juga: Berkah: Belajar Arti Berkah Hidup di Makam Syaikhona Kholil Bangkalan
Teratai yang muncul dari lumpur gelap dan kotor dipercaya oleh umat Buddha sebagai lambang dari pencerahaan. Alhasil, saya pun juga mendapat pencerahan untuk mendapatkan ide tempat mana lagi yang akan saya kunjungi setelah melihat bunga teratai yang berjajar rapi.
Lalu, pertanyaan pun timbul, mengapa patung Buddha ini berada pada posisi tertidur dan tidak duduk atau berdiri?
Rupanya, posisi tidur dengan miring ke kanan dengan tangan yang menyangga kepala ini untuk menggambarkan wafatnya Buddha Gautama. Buddha Gautama yang mengajarkan dhrama meninggal pada posisi seperti itu. Buddha Gautama yang wafat di Kusinagara, India juga beristitahat dengan posisi seperti itu.
Kalau lihat teratai saya jadi ingat Dewi Kwan Im. |
Patung Buddha tidur ini juga digunakan sebagai simbol untuk ritual pradakshina. Ritual ini dilakukan dengan mengelilingi objek-objek yang dihormati dalam ajaran Buddha di area vihara yang dilakukan searah jarum jam dengan posisi objek selalu di sebelah kanan. Saya jadi ingin melihat ritual ini sesekali. Semoga saja ada waktu ya.
Menyadari pikiran adalah kosong dan isi. |
Saya rasa kunjungan saya sudah cukup. Saya pun duduk sebentar di tempat duduk yang disediakan oleh vihara. Saya sungguh salut pada pengelola vihara yang menyediakan banyak sekali tempat duduk. Benar-benar mengajarkan welas asih seperti yang saya saksikan saat Dewi Kwan Im turun dari langit.
Narsisme sesungguhnya kosong. Kosong yang terlihat berisi. Isi adalah kosong. |
Sambil duduk, saya melihat para wisatawan yang semakin banyak memenuhi pelataran depan patung Buddha tidur. Mereka sangat asyik memainkan ponsel sembari memortet diri mereka di depan patung Sang Buddha. Saya lalu teringat perkataan Biksu Tong:
Kosong adalah isi. Isi adalah kosong.Kalimat itu mengena sampai sekarang dan menjadi ajaran agama Buddha yang paling saya pahami. Kalimat yang berasal dari kitab sutra hati itu bermakn manusia dan barang-barang yang tampaknya ada (materi), sebenarnya adalah kosong (tanpa diri) karena tidak ada yang bisa mengaturnya untuk tidak mengikuti sifatnya. Maka dari itu, sudah saatnya kita tak mengikuti sifat dari barang yang kita miliki karena semua itu adalah kosong.
Pujasera di dekat vihara |
Nah berbicara masalah kosong dan isi, saya jadi ingat perut saya masih kosong belum terisi dari pagi. Pantas saja kepala saya agak ngleyang saat berada di depan patung Buddha. Saya pun bergegas mengajak rekan saya untuk makan di luar vihara.
Karena perut saya kosong, mari isi dulu. |
Kami memutuskan makan di pujasera depan vihara. Di sana banyak menu makanan yang sangat murah. Rata-rata harganya hanya 10 ribu rupiah. Kami pun memutuskan untuk memesan nasi soto panas saja. Tanpa banyak kata, perut yang kosong segera kami isi dengan dengan nasi tersebut. Mari makan!
Keren mas ikrom sat set sat set numpat motoran nyampe trowulan dan bisa meliput Patung Budha Tidur dan wisata sejarah Mojopahit....aiiih aku kok dadi kelingat ips sejarah bab awal ki nek cerita kerajaan Majapahit...
ReplyDeleteSuasanane rindang ya. Sing bagian area Patung Budha tidure ada kolam teratai...jadi tahu kalau filosofi teratai pencerahan...njuk bar iki pencerahane arep nyang ndi maneh mas ikrom wkwwkkw...dienteni liputane loh.
Jadi penasaran juga ritual pradhaksina gimana...moga moga nextnya bisa ngliat rangkaian rituale mas ben dibaleni neh kunjungane
Dan seperti biasa ya...penutup ditutup dengan soto campur nasi panas sek ketoke segerrrr tenanan...ah nyoto pas panas panas emang nikmat tenan og...murah meriah...weteng anti luwe alias langsung wareg tudak kosong lagi....
wkwkwk nunut ojek mbak
Deleteiya aku juga zaman SD memorable banget ya
hmm mau ke mana ya liat post selanjutnya ya mbak hahahahha
sotone ancen seger opo maneh pas luwe
Wah jalan jalan ke Mojokerto juga ya mas. Kalo bicara Mojokerto ingatnya cuma Trowulan tempat kerajaan Majapahit. Ternyata ada tempat wisata lain yaitu patung Buddha tidur ya.
ReplyDeleteBerarti Patih Gajah Mada itu beragama Hindu ya, tapi ada teori katanya beragama Islam, nama aslinya Gaj Ahmada mas.😅
wah kalau teori beragama islam sepertinya kurang kuat mas karena banyak sekali prasasti yang mengatakan dia hindu atau buddha
DeleteAku eprnah datangin beberapa Budha tidur dan Budha berbaring, di Thailand dan Myanmar, tapi malah belum pernah liat yg di negara sendiri 😅. Padahal sama bagusnya.
ReplyDeleteKalo ga Diksh tau lokasinya, aku bakal mikir ini Thailand mas 😁.
Dulu sempet juga Diksh tau Ama guide di Myanmar beberapa arti dari posisi Budha. Ntah itu tidur, atau hanya berbaring dengan mata terbuka. Bahkan jari tangannya aja ada arti. Paling suka kalo melihat tempat wisata agama bersejarah gini sambil ditemani guide yg mengerti . Jadi banyak dpt info