Pengalaman melakukan liputan di Kompas.com |
Menjadi reporter lapangan merupakan tugas yang cukup berat.
Menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai kondisi di suatu tempat harus dilakukan dengan cekatan, baik, dan benar. Seorang reporter lapangan dituntut untuk tampil prima membawakan berita yang tengah terjadi dalam pantauannya dengan benar. Reporter lapangan juga harus dapat berkomunikasi secara efektif agar pesan yang ia sampaikan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat.
Dulu, saya sangat mengidolakan reporter lapangan yang mampu membawakan berita terkini dengan apik. Tak jarang, mereka juga mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi di tempat yang ia laporkan. Tak jarang pula, ia juga mampu berinteraksi dengan warga sekitar yang semakin mendukung laporannya.
Euforia Mudik yang Datang Kembali
Tahun ini menjadi tahun yang kembali menjadi tahun penting
bagi reporter lapangan. Alasan ini tak lain karena pada tahun ini, pemerintah
kembali melonggarkan peraturan mudik. Jika dua tahun sebelumnya mudik dilarang
dengan alasan wabah covid-19 yang belum reda, pada tahun ini pemerintah
melonggarkan larangan mudik.
Masyarakat diperbolehkan untuk mudik meski ada juga beberapa syarat seperti wajib booster bagi warga. Pemerintah juga malah memfasilitasi mudik gratis di berbagai daerah. Dengan pelonggaran ini, maka euforia masyarakat pun kembali bergairah. Berbagai jalan umum dan jalan tol kembali marak. Stasiun, terminal, pelabuhan, dan bandara kembali ramai oleh para pemudik sama seperti saat sebelum covid-19. Euforia ini tentu akan sangat penting untuk direkam jelas oleh reporter lapangan. Untuk itulah, peran mereka sangat penting dalam kegiatan mudik kali ini.
Baca juga: Pengalaman Menjalani Ujian Bahasa Tagalog
Nah, pada suatu hari, saya membaca sebuah pengumuman dari admin Kompasiana melalui grup WA yang saya ikuti bahwa tahun ini Kompas.com membuka kesempatan bagi Kompasianer untuk bisa menjadi reporter lapangan dan akan tayang secara live di You Tube Kompas.com.
Nantinya, akan ada giliran bagi Kompasianer yang terpilih untuk bisa memberikan reportase seacar langsung di lapangan bagaimana situasi terkini arus mudik maupun arus balik yang tengah terjadi. Kompasianer tinggal mengisi data diri pada Google form yang disediakan. Data diri tersebut memuat nama, alamat, nomor telepon, kendaraan yang digunakan mudik, dan rute mudik yang akan dilalui.
Mula-mula, saya ragu untuk mengisi pendaftaran tersebut karena saya kan baru mudik setelah lebaran atau menunggu ada acara halalbihalal di kediaman nenek saya di Kediri. Kalau dulu sih sebelum nenek meninggal saya biasanya mudik sebelum idulfitri atau sehari setelah salat id. Namun kini, saya memprioritaskan keluarga, tetangga, dan teman di sekitar rumah karena bagi saya mereka lebih banyak berinteraksi dengan saya. Makanya, saya mudik malah pada penghabisan hari libur lebaran.
Namun, saya kok merasa ini kesempatan bagi saya berlatih berbicara di depan umum dan ditonton pemirsa se-Indonesia Raya. Apalagi, pada 2019 saya dinominasikan oleh admin Kompasiana sebagai Kompasianer Best in Citizen Journalism. Nominasi ini bagi saya juga sedikit menjadi beban karena bak Puteri Indonesia yang sekali Puteri Indonesia tetap Puteri Indonesia bagi saya pun sama. Sekali dinominasikan dengan gelar tersebut rasanya saya kudu konsisten mewartakan kepada masyarakat informasi apa yang saya dapat. Siapa tahu, informasi ini berguna bagi mereka yang sedang membuthkan.
Nekat Mendaftar Untuk Melaporkan Arus Balik
Akhirnya, saya pun mengisi Google form tersebut dengan teliti. Saya menyatakan bisa mewartakan arus mudik dan balik sekitar tanggal 6 hingga 8 Mei 2022. Kebetulan, saya memang sempat liburan di Mojokerto mulai tanggal 6 hingga 8. Saya mengisi beberapa tempat penting seperti stasiun dan jalan tol yang saya lalui.
Seminggu kemudian, saya dikontak oleh seorang admin Kompas.com untuk mengkonfirmasi kapan saya bisa melakukan liputan. Ternyata, mereka malah membutuhkan orang untuk live pada tanggal 8 Mei 2022 atau saat arus balik. Wah, saya bingung dong karena saat tanggal itu saya sedang menghadiri halalbihalal. Saya pun menyatakan akan bisa melakukannya saat siang hingga sore hari ketika balik ke Malang.
Baca juga: Pengalaman PKL di Pabrik Gula Mrican Kediri
Lama tak ada kabar dari pihak Kompas.com membuat saya sudah yakin bahwa mungkin saya tidak bisa mewartakan liputan kali ini. Barangkali di lain waktu kesempatan saat saya sedang benar-benar bisa memiliki waktu yang pas, saya bisa melakukannya.
Akan tetapi, pada tanggal 7 Mei 2022, saat saya berada di Mojokerto, saya di WA kembali oleh admin tersebut. Ia menanyakan apa bisa saya melakukan laporan di lapangan keesokan harinya sekitar jam 2 siang. Kaget dong berarti memang masih ada slot bagi Kompasianer untuk melakukan liputan lapangan langsung tersebut.
Saya pun mengestimasi dan memastikan bahwa saya bisa melakukannya. Saya hitung acara halalbihalal paling telat selesai jam 12 siang. Dengan segala tetek bengeknya, paling lambat ya sekitar jam 1 siang saya sudah bisa kembali bebas. Akhirnya, kami sepakat bahwa saya akan melakukan laporan lapangan secara langsung sekitar jam 2 siang.
Pihak Kompas.com yang menghubungi saya. |
Admin tersebut memberi tahu pada saya agar saya tidak dalam keadaan menyetir. Saya pun membalas dengan informasi bahwa saya full menjadi penumpang. Ia juga mengatakan bahwa nanti saya harus memakai headset dan menunggu infrormasi selanjutnya serta stanby beberapa menit sebelum live. Saya juga diberikan link zoom untuk siaran live.
Apesnya, saat itu saya malah sedang akan sowan ke rumah teman ibu saya di Blitar. Alhasil, saya pun izin tetap di dalam mobil untuk bersiap melakukan live. Yakali saya mau live sambil bertamu dan makan camilan di rumah orang.
Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan hampir pukul dua siang. Tiba-tiba, saya diWA oleh admin dan ia mengatakan bahwa jadwal saya diundur sekitar jam setengah 3 siang. Baiklah, saya pun mengikuti instruksi tersebut dan tetap di mobil walau sudah dipanggil untuk masuk oleh ibu saya.
Beberapa menit sebelum saya live, saya pun masuk ke ruangan zoom. Dan tiba-tiba, saya di WA oleh admin bahwa saya harus mematikan mik karena sedang ada liputan dari jurnalis Kompas. Lah, mana saya tahu kalau belum di mute. Untunglah, saya cepat melakukannya dan keadaan bisa dikendalikan.
Setelah liputan dari jurnalis tersebut, saya di-briefing sebentar oleh produser lapangan bagaimana teknis laporan live nanti. Ia mengatakan bahwa saya tidak perlu nervous, anggap saja seperti bercerita. Saya dikenalkan dengan pembawa acara di studio Kompas.com bernama Mbak Winda. Setelah ber-hay dengannya, kami kembali diberikan instruksi agar melakukan laporan tidak dengan kaku. Berbeda dengan jurnalis pada umumnnya.
Ternyata laporannya memang dibuat agak santai biar pemirsa tidak tegang. |
Produser lapangan pun mengatakan bahwa Mbak Winda juga asli orang Kediri. Nah topik ini bisa jadi topik poembicaraan kami nanti. Akhirnya, setelah break iklan, kami pun bersiap untuk live. Produser menghitung mundur mulai angka sepuluh. Asli, jantung saya deg-degan karena ini merupakan pengalaman pertama seumur hidup. Apalagi saya belum cas-cis-cus layaknya kontestan Miss Universe.
Live Laporan Lapangan Berlangsung Seru
Live pun berlangsung. Saya pun nongol pada layar dengan wajah yang sudah cukup kusam. Mbak Winda membuka obrolan bahwa akan dilaporkan kondisi jalan di sekitar Jawa Timur. Ia pun menyapa saya dan mempersilakan saya untuk menyampaikan laporan secara langsung.
Dengan sedikit helaan napas, saya pun memulai laporan. Saya bercerita kondisi arus lalu lintas di beberapa simpul kota yang saya lalui, seperti Kediri, Nganjuk, Kertosono, Jombang, Blitar, dan Tulungagung. Sesuai pengamatan saya pada saat itu arus kendaraan ke arah selatan cukup lancar dan cenderung sepi. Sementara, di beberapa titik terutama di sekitar pintu masuk kota dan pintu masuk tol, terjadi kepadatan lalu lintas menuju ke arah barat atau Jabodetabek. Artinya, saat itu memang arus balik sudah terjadi.
Baca juga: Pengalaman Kalap Belanja Buku di BBW Surabaya
Tiba-tiba, mbak Winda menanyakan mengapa saya melalui jalan itu dan kami pun ber-chit-chat soal Kediri. Yah tiba-tiba saja obrolan mengalir seperti itu. Lalu, tanpa diduga ia memberi pertanyaan bagaimana tips agar perjalanan mudik dengan mobil bisa berjalan lancar dan bagaimana saya mengatur istirahat saya dalam berkendara.
Waduh, ini kan tidak ada dalam briefing?
Saya pun mencoba tenang dan masih memberi senyum ala-ala kontestan Miss Universe yang maju ke abbak Top 5 dan diberi pertanyaan. Tiba-tiba, ada pikiran sekelebat bahwa saat itu saya sedang mampir ke rumah rekan ibu saya. Saya pun menjawab selain mampir di pom bensin atau posko mudik, kita juga bisa singgah di rumah kerabat yang dilewati dalam jalur mudik kita.
Dengan mampir ke rumah kerabat, kita bisa istirahat sejenak sekaligus menjalin sliaturahmi. Apalagi sudah dua tahun ini kita tidak berjumpa dengan mereka. Makanya, sebelum mudik alangkah lebih baik pula kita menghubungi kerabat yang rumahnya berada di jalur mudik kita. Siapa tahu mereka bisa kita datangi sekaligus bisa beristirahat. Seperti yang saya lakukan saat itu karena saya lewat Blitar dari Kediri menuju Malang, maka kami mampir dahulu di rumah kerabat di Blitar.
Wajah saya yang sok serius wkwk. |
Entah jawaban ini memuaskan atau tidak akan tetapi setelah jawaban tersebut saya pun sudah selesai memberikan laporan. Kalau saya hitung sih tak sampai 5 menit saya memberikan laporan. Saya pun left dari ruangan zoom dan kembali menjalankan aktivitas.
Sungguh, pengalaman melakukan liputan langsung ini benar-benar berkesan. Pengalaman yang tak terlinai seumur hidup saya. Dari pengalaman ini, saya semakin sadar bahwa tugas reporter lapangan cukup berat. Selain memberikan pemaparan keadaan jalan yang mereka ketahui, kadang ada saja pertanyaan di luar ekspetasi yang harus bisa dijawab dengan tenang dan baik.
Keren, Mas Ikrom. Sayang saya tidak nontonnya.
ReplyDeleteterima kasih Bu Nur
DeleteWih keren bangett yahh, sebuah pengalamaan yang tidak semua orang bisa dapatkan. Walaupun dalam suasana berkunjung kerumah keluarga masih bisa tetap fokus melaporkan apa yang ditanyakan, sampai sudah disuruh masuk juga hha.
ReplyDeleteWah keren lah pokoknya, dari jawaban diatas memuaskan banget saya membacanya. Sebuah kebanggaan bisa muncul di TV dan ditonton jutaan orang diseluruh Indonesia.
wkwkwk alemong udah mau copot ini jantung mas
Deletemakasih ya
Kak Ikrom keren banget!! Kebayang deg-deg-annya seperti apa hahaha tapi Kak Ikrom hebat euyy bisa menangani pertanyaan dadakan dengan sigap :D
ReplyDeleteSelamat atas pengalaman berharganyaa ini!! :D
wkwkwk deg degan banget mbak
Deletemakasih mbak lia
Wah keren mas, mencoba hal-hal yang baru seperti ini membuat makin bagus. Josss
ReplyDeleteterima kasih mas
Delete