Apartemen Life Taman Melati Surabaya |
Menjadi crazy rich adalah impian sebagian besar milenial di Indonesia.
Terlebih, menjadi crazy rich Surabaya yang bisa dikatakan sebagai barometer crazy rich di Indonesia. Sudah banyak kisah, video, maupun foto seputar crazy rich Surabaya. Saya pun termasuk salah satu milenial yang penasaran bagaimana ya rasanya menjadi crazy rich Surabaya. Apa lacur, untuk menjadi crazy rich tentu dibutuhkan biaya besar. Bahkan jika mau instan harus menipu orang. Eh.
Untunglah, saya tak perlu capai kerja keras dan mencapai nominal milyaran untuk bisa merasakan menjadi crazy rich. Saya hanya perlu merogoh kocek kisaran 200 ribu rupiah untuk bisa merasakan bagaimana sih seorang crazy rich menjalani harinya. Tak lain, saya memutuskan untuk menyewa sebuah apartemen cukup mewah di kawasan timur Surabaya. Apartemen tersebut adalah Life Taman Melati.
Baca juga: Lebih Dekat dengan Kawasan Crazy Rich di Surabaya Barat
Lokasi apartemen ini berada di Jalan Sutorejo, Mulyorejo Surabaya. Kalau dari arah pusat kota, kita tinggal menuju kawasan Unari Kampus C. Di dekat kampus tersebut, ada sebuah jalan kecil yang mengarah ke daerah Kalisari. Letak apartemen ini juga tidak jauh dari SMP Negeri 45 Surabaya. Meski tertutup pemukiman padat penduduk, tetapi dari pinggir jalan kelihatan bangunan tinggi menjulang yang menjadi ciri khas apartemen ini.
Tampak depan Apartemen Life Taman Melati Surabaya |
Saya naik Suroboyo Bus dari arah Wiyung dan turun di Halte Mulyorejo. Dari halte tersebut, saya harus menyeberang terlebih dahulu melewati Jalan Lingkar Dalam Surabaya (MERR). Jalanan ini cukup ramai karena dilewati kendaraan besar. Jadi, kalau menyeberang MERR kalian harus hati-hati ya.
Setelah berjalan sekitar 500 meter dari Halte Suroboyo Bus, saya tiba di depan apartemen ini. Ada dua orang satpam yang berjaga. Saya langsung mengatakan kepada mereka bahwa saya akan menginap semalam di sini karena takut dengan penampilan gembel saya saat itu, saya disuruh pergi. Mereka dengan ramah langsung mempersilakan saya masuk dan mengarahkan saya ke lobi.
Sebelum ke lobi, saya mampir dahulu ke minimarket di dekatnya. Minimarket ini cukup lengkap menjual berbagai kebutuhan pokok dan camilan. Bisa jadi, karena tak ada penjual di lantai atas, makanya minimarket ini dibuka. Meski kalau menurut saya harganya sedikit lebih mahal jika dibandingkan dengan minimarket pada umumnya. Yah maklum, yang tinggal kan masyarakat menengah atas. Crazy rich gitu. Harga segitu mah kata mereka:
Wah, murah banget.
Ternyata, di dekat minimarket tersebut ada beberapa fasilitas lain. Beberapa warung terlihat buka meski tidak ada pembeli. Ada juga jasa laundry yang menjajakan jasa mereka. Lagi-lagi, jika dibandingkan dengan harga laundry pada umumnya yah bisa dibilang agak mahal. Saya sangat maklum akan hal ini karena pasti harga sewa di sini cukup mahal. Beda lah dengan laundry di perkampungan atau pinggir jalan.
Suasana pujasera yang sepi |
Ada satu fasilitas co-working space yang saat itu sedang tutup. Asyik nih kalau saya beneran punya apartemen di sini. Saya bisa sering makan di warung bawah ini, bawa laptop. Kalau mau lebih nyaman, pasti saya akan menggunakan fasilitas co-working space ini. Sayang, saya harus mengeluarkan kocek yang sangat besar. Hmmmm…
Suasana co-working space yang sepi |
Oke, ternyata saya sudah tak sabar untuk masuk kamar. Saya pun menuju lobi dan ternyata check in belum bisa dilakukan. Kata Mas Resepsionis harus jam 2 siang tepat. Baiklah saya pun menunggu di dekat seorang sales marketing dari apartemen Taman Melati. Saya diberi sebuah brosur olehnya barangkali saya minat untuk memiliki apartemen di sana.
Lobi yang tampak nyaman |
Saya pun menerima dengan senang hati sambil membaca fasilitas apa yang ada di apartemen Taman Melati. Ternyata ada kolam renang juga yang saat itu sedang direnovasi. Letaknya memang saya akui cukup strategis. Dari brosur tersebut, dipaparkan pula jika apartemen ini memang menyasar para mahasiswa yang akan berkuliah di Surabaya, terutama di kawasan timur kota itu.
Baca juga: Sejenak Melegakan Pikiran dengan Staycation di Lifestyle Hotel
Makanya, saya sering menemui mahasiswa yang memang tinggal di sana dan tidak hanya staycation seperti saya. Mereka tampak bahagia, selamat sentosa layaknya lirik lagu Majulah Singapura. Di dalam apartemen itu ternyata juga ada lapangan basket. Sayang, lokasinya sama dengan kolam renang dan masih diperbaiki jadi saya tidak bisa masuk.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya saya pun melakukan check in. Sebagai deposit kunci kamar, saya diberi pilihan apakah menyerahkan uang 100 ribu rupiah atau KTP. Saya memilih KTP saja karena uang 100 ribu akan saya buat untuk makan. Sebenarnya sih ada ATM di dekat lobi apartemen Life Melati ini. Cuma ya begitu, saya kan crazy rich (dadakan) yang irit alias pelit.
Saya meminta resepsionis untuk memberi saya kamar di lantai paling atas. Ia pun memberi saya kamar lantai 30. Meski masih ada dua lantai lagi, tetapi bagi saya sudah cukup. Saya malah takut kalau berada di lantai paling atas.
Saya sempat bingung untuk naik ke lift karena akses lift ternyata dibatasi oleh sebuah pintu kaca. Pintu ini baru bisa terbuka jika kita mengetap kunci kamar di sebuah mesin pemindai. Dasar saya yang udik atau memang masih crazy rich baru, eh pintu itu saya paksa dong agar bisa terbuka lebar. Sayang, karena memang tingkat keamanan maksimal jadinya ya pintu itu tak kunjung terbuka. Saya smapai dilihat oleh orang sekitar. Maklum lah, saya kan crazy rich baru.
Nikmatnya jadi crazy rich |
Akhirnya setelah mengetap kartu, saya pun menuju lift dan naik ke lantai 30. Jujur, ini pengalaman saya naik lift di atas 10 lantai. Terakhir kali saya naik lift sampai lantai 10 saat staycation di sebuah hotel juga. Merasakan naik lift hingga 30 lantai rasanya deg-degan. Melihat angka di layar lift berjalan lambat membuat saya berpikir sulit juga ya punya apartemen di lantai atas. Bagaimana kalau ada kondisi darurat?
Pemandangan dari balik kaca apartemen |
Namun, saya yakin dengan apartemen Life Taman Melati ini karena lift di dalamnya bekerja maksimal. Dalam waktu tak kurang dari dua menit, saya tiba di lantai 30 dan langsung mendapatkan pemandangan Kota Surabaya yang spektakuler di kaca lorong apartemen. Saya langsung menuju kamar apartemen saya.
Baca juga: Hanya Perlu 200 Ribuan untuk Menginap di POP Hotel Diponegoro
Ya Tuhan, saya tak bisa berkata-kata ketika membuka pintu kamar. Sungguh sebuah fasilitas yang amat menyamankan bagi siapa saja yang tinggal di sana. kasur berukuran king yang empuk, wastafel yang bersih, AC yang dingin, dan televisi ukuran besar. Ketika saya membuka korden, sungguh pemandangan menakjubkan bisa saya dapatkan. Hamparan hijau lapangan bola dan ilalang di sekitar apartemen berpadu dengan pemukiman padat penduduk serta gedung pencakar langit.
Fasilitas yang lumayan lengkap |
Sejak kecil, saya benar-benar berpimpi lho bagaimana bisa tinggal di lantai tinggi yang bisa melihat pemandangan indah seperti itu. Terlebih, saat saya membuka korden bertepatan dengan saat matahari terbenam. Rasanya sungguh bahagia sekali.
Belum lagi, air panas di dalam kamar mandi benar-benar panas dan tak perlu menunggu lama. Saya juga mendapatkan satu buah handuk serta peralatan mandi seperti sikat gigi, pasta gigi, dan sabun. Meski tidak terlalu luas, bagi saya kamar mandinya sudah cukup nyaman.
Kamar mandi yabg nyaman |
Ada juga sebuah kursi dan meja yang bisa digunakan untuk bersantai atau mengerjakan tugas. Sambil melihat pemandangan berupa lanskap Kota Surabaya, saya yakin ide di dalam kepala ini akan mengalir deras. Jika ingin merokok atau mencari udara segar, ada juga balkon berukuran 1x 2 meter. Saya bisa merasakan sepoi angin yang cukup kencang karena bertiup dari lantai 30.
Jangan sampai loncat ya |
Suasana malam hari |
Meski bersyukur dan bahagia, saya tiba-tiba merasakan ngilu juga. Dari atas apartemen ini, saya bisa menyaksikan pemukiman padat penduduk. Kira-kira, apa ya yang mereka bayangkan ketika ada apartemen mewah berdiri di dekat tempat tinggal mereka?
Pemukiman padat penduduk di sekitar apartemen |
Saya juga kepikiran soal fasilitas air bersih yang mereka dapatkan karena saat akan masuk apartemen, saya melihat seorang balita sedang dimandikan ayahnya dengan air yang tidak terlalu bersih. Sementara, beberapa saat kemudian saya bisa mandi dengan air yang sangat bersih lengkap dengan air panasnya. Untuk pertama kali, meski saya sedang berada di atas, rasanya sungguh kurang nyaman. Sila kelima Pancasila begitu gaman untuk saya hafal dan bunyikan.
Ya sudah, itu saja ya yang bisa saya ceritakan. Kalau kalian mau menginap di Taman Melati ini, pesan saya jangan lupa untuk berbagi juga ya.
Wow, murah juga ya, cuma 200 ribuan sudah bisa menginap di apartemen life taman melati yang merupakan apartemen elit, jadi crazy rich dadakan ya mas.😁
ReplyDeleteIdealnya memang disamping apartemen mewah ada hunian yang bagus atau elit ya mas, tapi hidup kan kadang tidak ideal, yang ada pemukiman padat penduduk yang biasa
iya mas idealnya memang seperti itu tapi mungkin karena keterbatasan lahan ya mas jadi di dekat rumah padat penduduk
DeleteWah ..., mantap. Zaman sekarang apa yang tidak bisa. Meskipun tidak kaya bisa juga menikmati bagainana rasanya jadi Crazy rich. Terima kasih telah berbagi informasi, Mas Ikrom.selamat berpuasa.
ReplyDeleteiya bu nur bisa menikmati jadi crazy rich ya
Deleteselamat berpuasa juga...
Enaknya apartm lantai tinggi, Krn viewnya LBH bagus, ga ush kuatir nyamuk mau buka pintu slidenya sekalipun 😄. Tapi ga enaknya, kalo ada kebakaran atau bencana, wajib pake tangga wkwkwkkw. Kebayang dulu pas apartmn suami blm disewain, akupun udh kepikir kalo hrs turun ke bawah dari lantai 20 🤣🤣. Kaka ipar yg kerja di lantai 42 gedung BCA, pas ada fire drill, kan hrs turun lewat tangga. Bengek sampe bawah ahahahaha.
ReplyDeleteOke nih apartemennya mas. Tapi studio yaaa tipe nya. Aku LBH suka di apartm sbnrnya, Krn privacy terjaga. Ga harus sosialisasi Ama tetangga. Aku tipe yg ga suka soalnya. Tapi suami LBH supel orangnya. Makanya aprtmen kami JD nya disewain, dan kami tinggal di rumah skr.
nah aku juga mikirnya kalo kebakaran gimana mbak huhuhuhu
Deletemakanya bayangin klo harus turun sampe bawah rasanya gimana gitu
aku juga si lebih suka yg privasi gini jadi engga denger omongan tetangga hhahaha
tapi kadang kangen juga sama rumah tapak ya
Sering liat di OTA nih, tapi jujur belum kebayang letaknya, dekat Unair ya?
ReplyDeleteKampus C ini yang kedokteran Hewan bukan ya?
Udah lama banget jarang lewat sana, jadi bingung.
Jadi pengen ke sana juga ah kapan-kapan, anak-anak pasti suka nih kalau nginap di tempat ketinggian gini, bisa liat pemandangan yang luas.