Wisata Tlogo Land Malang |
Ceritanya, saya masih ngelayap di seputaran liburan Natal kemarin.
Mumpung ada motor nganggur, saya kembali mencari wisata mana yang sekiranya masih bisa saya jangkau dan belum banyak diketahui orang. Pilihan pun jatuh ke wisata Tlogo Land Lawang Malang. Mulanya saya ragu untuk datang ke sini karena setelah membaca ulasan di Google Map kok isinya kurang baik.
Namun, saya melihat waktu ulasan tersebut ditulis. Rata-rata lebih dari setahun lalu. Saya menemukan sebuah ulasan yang menilai bagus beberapa bulan lalu. Itu artinya, tempat ini baru saja diperbaiki dari kondisinya yang kurang baik.
Saya pun berangkat dengan motor sport pinjaman ke wilayah ujung utara Malang ini. Jujur, saya kurang nyaman menggunakan motor sport dengan gigi coupling di tangan. Alemong capek cin apalagi kalau sudah terkena macet. Sebenarnya, saya takut lupa diri ketika menemui jalan sepi. Saya bisa ngegas dengan kecepatan cukup tinggi. Tak hanya itu, tinggi badan saya yang kurang proporsional membuat saya harus kepayahan saat akan naik. Menurut saya motor seperti ini cocok bagi mereka yang tingginya selevel kontestan Miss Universe.
Lokasi di Wilayah Pegunungan
Singkat cerita, saya sudah sampai di dekat Stasiun Lawang. Di seberang stasiun ini, ada jalan tembus menuju Kebun Teh Wonosari. Wisata Tlogo Land ini berada di jalan menuju wana wisata petik teh tersebut. Jadi, jika kita ingin ke kebun teh yang terkenal itu, kita juga sekalian mampir ke Tlogoland.
Dari arah jalan tersebut, kita hanya perlu mengarahkan kendaraan ke Desa Ketindan. Desa ini berada di kaki Gunung Arjono dan menjadi salah satu sentra perkebunan di Malang. Patokan yang saya ingat adalah SDN Ketindan 5 Lawang dan SMP Negeri 3 Lawang. Dua sekolah tersebut menjadi titik pengingat jalan jika kita ingin ke Tlogo Land.
Dari dua sekolah tersebut, nanti akan terlihat papan petunjuk jalan menuju Tlogo Land. Nah, setelah melewati jalan bercabang di dekat sekolah tersebut, kita harus berhati-hati. Pasalnya, jalan menuju Tlogo Land merupakan bukit yang curam. Saya sampai mengucapkan istighfar karena saya kira jalannya masih tidak terlalu curam. Untung saja, saat itu tidak ada kendaraan lain yang melintas.
Jadi, saya harus turun dengan curam, berbelok, dan kemudian naik lagi dengan sudut kemiringan ekstrem dengan kondisi jalan yang mulai rusak. Asli, setelah saya naik tanjakan dan akhirnya menemukan pintu masuk Tlogo Land, jantung saya serasa mau copot. Baru kali ini saya melewati turunan dan tanjakan ekstrem dengan mengendarai motor sport.
Tiket Masuk Hanya 10 Ribu Rupiah Saja
Saya pun memarkir mobil dengan keringat masih bercucuran karena nervous yang parah. Setelah minum air putih dan bernapas, saya menuju loket untuk membeli karcis. Harga karcis di Tlogo Land ini cukup murah hanya 10- ribu rupiah saja. Harga itu belum termasuk parkir motor sebesar 5 ribu rupiah. Jadi, total harga yang harus saya bayar adalah 15 ribu rupiah. Tiket ini juga belum termasuk toket kolam renang serta flying fox.
Tak saya duga sebelumnya, wisata Tlogo Land ini sangat luas. Dari pintu masuk, saya bisa melihat aneka fasilitas yang lengkap nu n jauh di sana. Ada Bukit Arjuna, Lembah Silem, kolam renang, taman, dan lain sebagainya. Saya bingung akan ke mana dulu. Akhirnya, saya menutuskan mengkuti saja alur jalan di taman dari arah pintu masuk.
Bukit ala-ala Hollywood |
Jalan ini ternyata menuju tempat untuk melakukan outbond. Saat saya datang, ada beberapa anak yang sedang melakukan outbond bersama orang tua mereka. Duh, saya jadi ingin outbund tapi lagi sendirian dan tak ada teman. Mungkin lain kali saja ya.
Dari tempat permainan outbound ini, saya melihat jalan yang saya lalui tadi. Alamak, memang curam sekali kontur tanah yang saya lalui. Pantas saja tadi jantung serasa mau copot. Untung saja, pemandangan indah yang saya temukan. Bunga-bunga yang begitu memesona tumbuh subur dengan bernaeka ragam. Cocok sekali tempat ini juga digunakan sebagai wahana pembelajaran IPA.
Anak-anak yang sedang outbond |
Saya kemudian berjalan menuju padang rumput yang cukup luas. Di sana, ada bapak-bapak yang sedang bermain dengan putri kecilnya. Percayalah, padang rumput dan taman adalah tempat untuk melakukan bonding asyik antara ayah dengan anak.
Tak jauh dari situ, ada kolam renang anak-anak yang terlihat segar. Bagaimana tidak segar, di sekeliling kolam penuh dengan aneka pohon yang rimbun. Beberapa bahkan berbuah seperti buah ceri, mangga, dan sebagainya. Kolam renang ini juga bisa dilihat dari ketinggian sehingga sangat ikonik.
Kolam renang alami |
Saya memutuskan untuk mencari tempat ganti dan bilas kolam renang tersebut karena ternyata saya harus melewati jembatan dahulu. Cukup capai juga kembali berjalan jauh. Akhirnya, saya smapai di pintu masuk kolam renang.
Untuk masuk dan berenang, pengunjung harus membayar tiket lagi sebesar 5.000 rupiah. Jika ingin menyewa ban, pengunjung juga harus merogoh kocek dengan jumlah yang sama. Yah menurut saya masih murah dengan harga segitu kita bisa puas berenang sembari menikmati udara segar.
Di dekat kolam renang, ada juga hutan pinus yang bisa dijadikan sebagai tempat relaksasi. Menurut saya, tempat ini adalah yang paling nyaman karena belum banyak dipermak. Masih alami dan belum banyak spot foto kekinian yang mengganggu. Asli, saya juga kini tak terlalu suka jika wisata alam dibuat aneh-aneh sehingga tak tampak lagi keasriannya.
Hutan pinus yang menyejukkan |
Saya duduk cukup lama di hutan pinus itu. Suara serangga yang bersahut-sahutan menambah syahdu acara relaksasi yang saya lakukan saat itu. Sayangnya, semakin siang jumlah pengunjung semakin banyak. Bukan rahasia umum lagi saya cukup menghindari keramaian saat ini. Terlebih, jika banyak diantara pengunjung yang baru datang tidak menggunakan masker. Rasanya jantung saya lebih deg-degan dibandingkan menaiki jalanan berliku sebelum masuk ke wisata Tlogo Land ini.
Saya kembali berjalan ke arah pintu keluar. Dalam perjalan tersebut, saya masih menemukan beberapa spot foto menarik lain. Mulai jembatan dari kayu, spot foto ikatan cinta, dan lain sebagainya. Lagi-lagi, saya tidak tertarik berfoto di tempat tersebut. Makanya, saya terus berjalan mendaki bukit untuk menuju pintu keluar.
Jembatan cinta |
Beberapa warung tampak berjajar rapi di dekat pintu keluar.toilet bagi pengunjung juga berjajar rapi dengan air yang super dingin. Bagaimana tidak dingin, wong tempatnya di pegunungan. Selepas kencing sebentar, saya pun memutuskan untuk pulang. Sudah cukup lama juga saya berada di sana karena saat di hutan pinus tadi saya sempat meditasi.
Jembatan ehem |
Sebelum saya pulang, saya bertanya dahulu ke petugas parkir apa ada jalan lain selain tanjakan tajam tadi. Sebenarnya ada jalan lain yang bisa digunakan. Namun, saya harus memutar agak jauh menuju pemakaman kelas elit dan cukup creepy juga. Ya sudah saya pun memilih jalan pertama tadi yang saya lewati. Sambil mengucap bismillah, saya menggeber motor besar yang saya pinjam dan alhamdulillah bisa melewatinya dengan selamat.