Danau Unesa Lidah Wetan Surabaya |
Kalau kita mau menikmati suasana sekitar, sebenarnya tidak perlu jauh-jauh.
Cukup di dalam kota saja dan menggunakan transportasi umum. Salah satu kegiatan menikmati suasana sekitar yang beberapa waktu terakhir saya lakukan adalah berdiam diri di tepi Danau Unesa Lidah Wetan Surabaya.
Ceritanya, saya bosan jika harus menunggu teman di Mall. Kok rasanya mall lagi dan mall lagi. Sekali-kali mata ini ingin memandang hal lain tetapi bukan penampakan jin. Untung saja, tempat berbisnis saya tak jauh dari kawasan kampus Unesa Lidah Wetan yang berada di Kecamatan Wiyung Kota Surabaya.
Berebeda dengan kampus Unesa yang berada di Ketintang, di sini ada keunikan berupa sebuah danau yang cukup luas. Yah meski tidak seluas danau Rawa Pening, tetapi lumaya untuk memanjakan mata. Setelah menempuh perjalanan jauh dari Malang, Solo, atau Jogja, berhenti sejenak di danau ini seakan menjadi oase yang menyejukkan.
Tak hanya itu, bagi saya yang cukup perhitungan mengenai pengeluaran, bersantai sekaligus berwisata di Danau Unesa Lidah Wetan Surabaya ini juga menjadi candu. Lantaran, tak perlu banyak pengeluaran untuk menikmatinya.
Naik Kendaraan Umum ke Danau Unesa Lidah Wetan
Untuk bisa sampai ke Danau Unesa Lidah Wetan ini, kita bisa naik Suroboyo Bus rute R3/R4 (Unesa-ITS), atau rute R7/R8 (Terminal Intermoda-Joyoboyo). Cukup duduk santai di dalam bus ber-AC, perjalanan yang menyenangkan pun tak akan terasa hingga kita sampai di Halte Unesa.
Dari Halte Unesa ini, perlu jalan kaki sekitar 400 m. Meski harus berpanas-panasan sementara waktu, tetapi itu tak masalah. Banyak pedagang kali lima di sepanjang jalan yang menjajakan dagangannya. Mulai dari es, cilok, batagor, hingga warung ramesan. Saya sih senang sekali jika menemukan pedagang nasi rames yang berjualan di sini.
Para pedagang makanan di sekitar Danau Unesa Lidah Wetan Surabaya |
Saya bisa ngirit beberapa puluh ribu rupiah untuk mencari sarapan. Biasanya sih, saya makan di Mekdi atau Carls Jr Graha Family Surabaya. Tentu, sambil membuat konten blog atau Youtube. Namun, saya bisa menemukan nasi rames seharga 6 ribu rupiah saja. ditambah teh hangat seharga 3 ribu dan kerupuk seharga seribu rupiah, maka paket hemat sarapan 10 ribu rupiah pun saya dapat.
Seporsi nasi rames hanya 6 ribu rupiah saja |
Di dalam paket nasi rames itu, ada mie, telur, dan sambal goreng tempe kesukaan saya. yang membuat saya semangat adalah nasi rames itu dijual oleh Bapak Tua yang begitu mengharapkan menunggu pembeli. Alhasil, kini setiap saya menunggu teman dan menikmati alam di Danau Unesa Lidah Wetan Surabaya, maka saya pun menjadi langganan dari Bapak Tua itu.
Melihat Kegiatan Warga Memancing
Menyantap sarapan di pagi yang menjelang siang di sini memang paripurna. Walau tempat duduk tak begitu banyak, tetapi saya nyaman saja melahap nasi rames yang sudah saya beli. Sambil menyantap hangat dan sedapnya nasi rames, saya melihat banyak sekali orang yang memancing.
Warga yang memancing di Danau Unesa Lidah Wetan Surabaya |
Mereka membawa kail dan perlengkapan pancing yang cukup lengkap. Saya begitu kagum dengan kegemaran memancing orang Surabaya. Diberkahi wilayah dengan sungai yang besar, cukup mudah ditemukan orang memancing di pinggir sungai. Meski mereka memancing dekat dengan jalan raya dan ditonton oleh banyak orang, mereka seakan tak peduli. Yang penting bisa memancing dan dapat ikan sesuai keinginan mereka.
Kegemaran warga Surabaya memancing di Danau Unesa Lidah
Wetan ini karena cukup banyak ikan yang bisa dikonsumsi. Salah satunya adalah
ikan mujair. Kala saya makan di pertengahan, seorang pemancong mendapatkan ikan
tersebut. Tentu, ia tampak gembira dan segera memasukkan hasil tangkapannya ke
dalam ember.
Selain digunakan untuk memancing, Danau Unesa Lidah Wetan ini juga digunakan sebagai tempat untuk bersantai. Banyak abang-abang ojol yang melepas lelah sembari menunggu orderan. Di sekitar wilayah ini, ada dua konsentrasi para ojol. Selain di sekitar PTC, mereka juga banyak singgah sejenak di Danau Unesa Lidah Wetan ini. Angin sepoi yang bertiup di pepohonan di sekitar danau menjadi daya tarik tersendiri untuk singgah di tengah panasnya Kota Surabaya.
Jalan Mayjend Yono Suwoyo, jalan di sebelah Danau Unesa Lidah Wetan Surabaya |
Ada juga para bapak yang mengasuh putra dan putri mereka di sini. Lantaran seringnya saya ke sini tiap hari Sabtu, bisa jadi mereka sedang libur kerja. Sehari mengasuh anak dan mempersilakan para istri bersantai atau melakukan tugas rumah tangga lain adalah kunci kebahagiaan rumah tangga. Di Danau Unesa Lidah Wetan Unesa ini, tak jarang mereka juga menyuapi sang anak agar mau makan. Bukan rahasia umum anak-anak akan mau makan jika pandangan mereka teralihkan dengan hal lain yang menyenangkan.
Para bapak yang sedang mengasuh anak mereka |
Danau Unesa Lidah Wetan Surabaya Wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi
Danau Unesa Lidah Wetan Surabaya ini merupakan danau buatan yang dibangun beberapa tahun lalu. Tujuan awalnya adalah agar mahasiswa Unesa yang berkuliah di Kampus Unesa Lidah Wetan ini tidak jenuh dengan gedung perkuliahan. Keberadaan danau di kampus memang menjadi oase tersnediri bagi mahasiswa.
Kampus saya dulu tidak memiliiki danau. Walau demikian, hutan dalam kampusnya penuh pepohonan yang rindang. Keberadaan hutan itu sudah cukup bagi saya untuk menghela napas sejenak di tengah padatnya perkuliahan. Sayang, semakin hari, semakin banyak pembangunan gedung kampus yang membuat hutan kampus menjadi terdesak. Alhasil, ketika saya datang ke kampus beberapa waktu lalu, suasana panas dan gersang pun sangat terasa.
Warga Surabaya menunggu Suroboyo Bus setelah berjalan-jalan di Danau Unesa Lidah Wetan Surabaya |
Walau kampus tampak megah dengan gedung berlantai tinggi, tetapi tetap saja ada sesuatu yang hilang. Tak lain, kesejukan yang dulu saya dapatkan kini pun berganti dengan kemegahan bangunan. Yah, sah-sah saja sih dengan pembangunan tersebut, tetapi alangkah lebih baik jika ruang terbuka hijau tetap dipertahankan.
Makanya, saya salut dengan pembangunan Danau Unesa Lidah Wetan ini. Apalagi, danau ini juga bisa diakses oleh masyarakat luas dan memberi banyak manfaat pada mereka. Slogan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang salah satu isinya adala pengabdian kepada masyarakat pun bisa diwujudkan. Kampus bukan lagi tembok besar yang tak terjangkau oleh masyarakat. Walau tentu ada batasannya, tetapi dengan keberadaan ruang publik di area kampus seperti ini paling tidak kebermanfaatan kampus bisa dirasakan langsung.
Oh danau ulesa wetan ini ternyata danau buatan dari universitas ya mas. Memang betul sih, kalo mengerjakan tugas kuliah terus menerus juga bosan, dengan adanya danau kan pikiran bisa seger.
ReplyDeleteBanyak juga bapak-bapak yang bawa anaknya kesini, buat rekreasi kali sama anak.
Mas Ikrom ngga bawa pancing juga mas? Barangkali dapat ikan duyung disana.🤣
akses ke tempat gini ini yang asyik dan menarik! semoga makin banyak tempat serupa di Surabaya! dan duh, aku ngiler lihat nasi ramesnya!
ReplyDeleteNgeliat ini aku jadi inget Ama danau kampus UI mas 😄. Tapi memang enak sih yaaa kalo di kampus atau tempat2 publik ada danau buatan yg rindang gini. Kalo kepanasan Ama cuaca saat itu, bisalah setidaknya ngademin mata .
ReplyDeleteMakan nasi rames sederhana, tapi sambil ngeliat view danau, yakin sih rasanya bakal lebih enak 😁
Nah...kayak gini malah asyik mas. Irit, ga banyak protokoler..😀 mau makan ga usah ribet nunjukin bukti vaksin, mau pake baju apa juga ga ada yang merhatiin detail. Coba ke gerai makan di mall...dah harus pastiin isi dompet tebal dulu, ntar baju lecek juga jd perhatian.
ReplyDeleteKlo nglarisi pedagang kecil kan sekalian berbagi rejeki ki bapak2 tua td...
Paket hematnya memikat, Mas Ikrom. Cuman 10 rb. Benar2 irit
ReplyDeleteya Alloh.....mas ikrom kih nek wes penjabaran makanan bikin aku cleguk cleguk liur deh...itu tolong ya nasi rames lempar ke aku...wkwkwkw..pagi pagi ginj liat sego rames ada mie goreng dan lawuh 6 ribu rasa perut meronta ronta hahhahaha
ReplyDeletelagi enak banget selain itu ada cilok batagor dan lainnya, fix sih aku nek ke situ malah goleke cemilan bukannya duduk ngliatin danau hahahha
Pengeeennn ke sini, tapi nggak ramah buat anak-anak saya dah, soalnya si adik sukanya lari-larian, mamak khawatir entar dia nyebur di situ :D
ReplyDeleteBtw, akhir-akhir ini kami sering banget naik Suroboyo Bus dong, sampai abis semua stiker botol, terus bayar pakai cashless.
Memang asyik sih, apalagi kalau tujuan kita di jalur bus.
Saya jadi bisa sering ke TP, naik bus dari depan CIto, pulangnya juga turun di depan Cito dan lanjut naik grab, lebih murmer.
Pokoknya membantu banget mamak-mamak bisa keluyuran sama anak-anak sih.
Saya juga baru sekali ikut bus jurusan Unesa itu, tapi ternyata nggak asyik, soalnya pakai acara lama berhenti di Mayjend :D