Para driver ojek online sedang menunggu antrean di Mie Gacoan |
Awal bulan lalu, publik dihebohkan dengan sebuah keributan di outlet Mie Gacoan Kotabaru Yogyakarta.
Dalam video viral yang beredar, tampak beberapa karyawan Mie Gacoan melempar kursi dan memukul driver ojek online yang sedang mengantre. Tak lama kemudian, outlet tersebut diserbu oleh ratusan driver ojek online dengan berbagai seragam untuk meminta pertanggung jawaban dari pihak Mie Gacoan.
Lantas, para karyawan yang melakukan tindakan tidak terpuji itu pun dipecat dan harus berurusan dengan polisi. Outlet itu pun harus ditutup dan tentunya menimbulkan kerugian bagi banyak pihak. Mulai dari pemilik resto, karyawan, driver ojek online, dan tentunya konsumen sendiri.
Akar dari masalah tersebut ternyata cukup kompleks. Api pemantiknya adalah tidak teraturnya antrean antara konsumen biasa dengan konsumen dari aplikasi ojek online. Tumpang tindih antrean di kasir yang hanya ada 1 buah tersebut pun berbuntut kacaunya urutan antrean. Ada banyak komplain dari ojek online bahwa antrean mereka diserobot oleh konsumen biasa yang melakukan takeaway. Protes pun kemudian bermunculan dan akhirnya timbul gesekan dan pertikaian.
Konsep Gig Economy yang Kompleks
Namun, jika dilihat lebih jauh, akar masalahnya lebih dari itu. Ada beberapa analisis yang mengatakan bahwa Gig Economy dan UMR Jogja rendah adalah landasan keributan tersebut meledak. Dua hal tersebut merupakan akar masalah ketenagakerjaan di Kota Jogja dan beberapa kota lain yang hingga kini belum selesai.
Pada kondisi Mie Gacoan, ada dugaan gaji yang kecil dengan beban kerja yang tinggi adalah pemantik keributan. Pemantik ini akan semakin besar ketika tidak adanya manajemen yang baik dalam pengaturan orderan. Dengan jumlah orderan sebanyak itu, maka seharusnya Mie Gacoan memiliki setidaknya 2 hingga 3 kasir.
Antrean untuk konsumen biasa |
Paling tidak ada dua kasir untuk memisahkan antara orderan dari konsumen biasa dengan orderan dari ojek online. Uniknya, pihak manajemen Mie Gacoan saat itu tidak menyediakan jumlah kasir yang cukup pun dengan tenaga kerja lain. Bisa jadi, mereka ingin memangkas biaya operasional dengan harapan keuntungan lebih.
Baca juga: Mencicipi Sate Komoh Kesukaan Gus Dur di Malang
Baik karyawan Mie Gacoan maupun driver ojek online merupakan sama-sama mitra dari konsep Gig Economy. Dengan kontrak jangka pendek, mereka dituntut untuk melakukan beban kerja yang sangat tinggi. Karyawan Mie Gacoan dituntut untuk bisa melayani dengan cepat dan banyak sementara driver ojek online harus mendapatkan orderan dengan banyak pula untuk mengumpulkan poin sehingga mendapatkan bonus lebih.
Antrean untuk ojek online |
Nah, ketika dua mitra Gig Economy dengan kepentingan sama bertemu dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka chaos pun akan terjadi. Di satu sisi, karyawan Mie Gacoan berharap para driver mau bersabar karena beban kerja mereka dalam menyiapkan makanan sangat tinggi. Di sisi lain, driver ojek online berharap orderan mereka segera kelar agar mereka cepat mengantarkan makanan ke pelanggan mereka.
Baca juga: Seni Ngirit Makan di Kereta Api
Ekspektasi dua mitra ini pun kemudian tidak tercapai dan akhirnya menimbulkan dendam yang sangat berbahaya. Jika dilihat lebih jauh, api dalam sekam ini tidak hanya pada Mie Gacoan saja tetapi pada outlet lain dengan kondisi serupa yang memiliki banyak orderan.
Orderan Mie Gacoan Terkenal Sangat Banyak
Saya sendiri jarang makan Mie Gacoan ini kecuali adik saya yang membelikan jika sedang di Malang. Alasannya, saya malas antre dan ngeri kalau melihat kekacuan yang terjadi. Pada 2019 lalu, sebelum pandemi, saya pernah mencoba makan di tempat pada salah satu outlet Mie Gacoan di Malang. Hampir setengah jam saya tak mendapatkan tempat duduk bersama rekan. Pada meja kasir, beberapa driver ojek online mengumpat kasar dalam bahasa Jawa Timuran karena orderan mereka lama disiapkan.
Antre menunggu orderan |
Meski begitu, saya penasaran apakah setelah kejadian tersebut Mie Gacoan mau berbenah atau tidak. Makanya, saya mencoba kembali untuk melakukan dine in sembari bersua dengan rekan di Malang. Rupanya, mereka sudah banyak mengalami perubahan.
Baca juga: Tersihir Kenikmatan Sate Ratu Jogja
Ketika masuk, saya sudah mendapatkan dua jenis antrean kasir. Satu untuk konsumen biasa seperti saya dan satu lagi untuk driver ojek online. Di depan meja kasir, ada kursi yang sangat panjang untuk menunggu antrean. Kursi tersebut cukup memuat banyak orang sehingga tak ada lagi pelanggan atau driver ojek online yang berdiri.
Anak-anak yang bermain Mie Gacoan |
Pihak Mie Gacoan juga melakukan hal apik dengan memanggil kostumer biasa atau ojek online yang sudah selesai orderannya dengan speaker. Suara karyawan yang memanggil tersebut amat jelas terdengar. Ketika ada ojek online atau pelanggan biasa tidak segera datang mengambil orderan, maka pihak Mie Gacoan memisahkan orderan mereka ke tempat tersendiri. Di sana, tertulis meja khusus bagi antrean yang sudah dipanggil lebih dari 3 kali tetapi tidak segera mengambil orderan. Dengan begini, alokasi waktu untuk memanggil pelanggan atau driver ojek online bisa dikurangi dan meminimalisasi penumpukan antrean.
Perbaikan dari Pihak Mie Gacoan
Untuk kegiatan makan di tempat, saya sudah merasakan perubahan yang cukup drastis dalam hal waktu tunggu. Jika dulu bisa sampai 30 menit, pada kesempatan tersebut tak sampai 15 menit makanan saya sudah sampai. Bahkan, ada dua karyawan yang mengantarkan orderan saya. Satu mengantarkan makanan dan satu lagi menyajikan minuman. Dulu, bagian pengantaran makanan dan minuman ini saya lihat dilakukan oleh orang yang sama. Dibanding dulu, saya lihat jumlah karyawan Mie Gacoan di resto tersebut lebih banyak. Jujur, saya cukup puas dengan pelayanan Mie Gacoan sekarang. Kejadian beberapa hari lalu memberikan banyak pelajaran pada mereka agar bisa mengatur resto dengan lebih baik.
Segelas teh tarik ala Mie Gacoan |
Mie Gacoan sendiri memang sedang naik daun. Dibandikan merk mie level lain, Mie Gacoan lebih digemari karena tekstur mie-nya menurut saya pas. Tidak terlalu lembek atau kering. Minyak yang membalur mie juga dalam takaran pas. Dalam satu porsi Mie Gacoan, entah Mie Setan, Mie Iblis, atau Mie Angel, pelanggan juga mendapatkan dua buah siomai kering. Padahal, harga satu porsi Mie Gacoan hanya 9 hingga 10 ribu rupiah. Tentu, harga ini sangat murah dan membuat banyak orang suka dengan Mie Gacoan.
Mie Iblis Level 0 |
Suasana malam syahdu di Mie Gacoan |
Pengalaman merupakan guru terbaik. Reputasi Mie Gacoan memang sempat tercoreng dengan insiden tempo hari. Gesekan rakyat kelas bawah pun menjadi kisah miris dari sebuah usaha yang berkembang pesat. Namun, jika pihak manajemen mulai memperbaiki diri, tak ada salahnya dicontoh oleh usaha lain yang mulai berkembang pesat. Memanusiakan manusia adalah kunci sebuah kesuksesan usaha. Pelanggan hepi, karyawan bahagia, dan ojek online pun senang dengan orderan mereka. Manajemen resto juga bisa menikmati keuntungan dari perputaran bisnis makanan yang mereka lakukan.
Ngomong-ngomong, apakah kalian sudah pernah makan Mie Gacoan?
Di Bali ada Mie Gacoan, kadang saya jajan itu, tapi kalau di Bali nggak pernah alami menunggu lama, mas. Paling lama kayak 20 menitan gitu, driver ojol sudah sampai rumah. Ternyata kasirnya sudah dari awal dipisah ~
ReplyDeleteDipikir-pikir memang sudah seharusnya antara kasir ojol dan kasir dine in dipisah, apalagi perputaran Mie Gacoan cenderung cepat, kalau digabung yang ada pasti jadi keributan. Hehehe. By the way, di Bali, ada yang sama persis kayak Mie Gacoan tapi beda brand (namanya Mie Kober), entah pecah kongsi atau bagaimana, but menunya sama. Jadi kalau Mie Gacoan sedang trafik, saya pesan di Mie Kober akhirnya 😁
Ohya, saya pribadi instead of jajan Mie, prefer menu-menu dimsumnya, yang mana enak untuk harga affordable around 10k++ ~ semoga dengan semakin banyaknya customers mereka, pelayanan juga semakin ditingkatkan agar sama-sama nyaman 😆
kalau cabang yang baru speetinya sudah bagus mbak pengaturannya
Deleteyang masih agak kacau cabang yang lama kayak di malang dan kogja
kalo mie kober itu beda merk
dia masih satu grup sama mie setan
duluan mie kober kalau gak salah
iya dimsumnya enak banget hahah
tapi mienya juga enak si menurutku
Aku belum pernah makan mie gacoan mas. Setiap lewat pasti selalu ramai. Jadi mikir 2x kalau mau makan di sana. Belum lagi antrian driver online yg selalu memanjang. Apalagi aku ga biasa makan di tempat yg ramai.
ReplyDeleteBegitu juga untuk pesan lewat aplikasi. Belum pernah sama sekali.hiiks
coba aja deh mas enak lo
Deletenanti kalau sudah di Jawa bisa order mas
mas Ikrom sama kayak aku, aku termasuk jarang mau di ajak makan di Gacoan, ga kuat antriannyaaaaa hahaahha, ampun dah, aku sendiri heran kok bisa rame banget dari zaman pertama buka di Jember sampe sekarang
ReplyDeletesiang, sore malam, tetep aja parkiran meluber sampe ke jalan-jalan. Dan biasanya ojol paling banyak
nahh waktu kasus yang rame kemarin, aku juga mikir, pasti akan berdampak image nya ke cabang yang lain, tapi di Jember masih tetep rame
Wah, di tengah pedagang makanan lain mengeluh karena sepi pembeli, Mie Gacoan ini diserbu pembeli, sampai2 timbul masalah antara pengorder satu dengan lainnya. Sungguh merupakan berkah bagi pemilik usaha. Seharusnya menereka menjaga reputasinya, kalau tak mau kehilangan brand.
ReplyDeleteBelum pernah...wkk
ReplyDeleteLiat antriannya udah males aku. Biasanya liat yang di Babarsari.
Nah, klo aku pesan online..jadinya mahal. Jadi ya udah, ga pernah penasaran dengan mie gacoan. Indomie goreng wae lah...😀😀😀
menurut saya mie gacoan udah banyak berubah sih mas, tp image pekerja mie gacoan = budak modern belum bisa berubah sih
ReplyDeleteIya karyawan kerja 9 jam cuti 6x doang dalam setahuj
Delete