Jalan Mayjend Yono Suwoyo Surabaya |
Frasa kata Crazy Rich Surabaya memang tak asing di telinga kita.
Frasa ini sebenarnya bermula dari istilah Crazy Rich Asian, sebuah film mengenai keluarga kaya yang tenar di tahun 2018. Sejak saat itu, istilah crazy rich di tiap kota pun muncul untuk menandai status sosial seseorang yang amat tinggi di suatu kota. Saking tingginya harta kekayaan yang mereka punya, maka tak heran ada pula celotehan bahwa tak ada rasa berat sedikit pun ketika mereka mengeluarkan uang.
Nah di Surabaya sendiri, ada beberapa daerah yang dikenal sebagai tempat Crazy Rich. Salah satunya adalah daerah di Surabaya Barat. Jika tidak salah, ada tiga kecamatan yang dikenal sebagai Crazy Rich, yakni Wiyung, Dukuh Pakis, dan Sukomanunggal. Tiga kecamatan ini merupakan kawasan perumahan elit dan tempat berbagai landmark mewah.
Istilah yang Berkembang di Masyarakat
Istilah ini semakin nyata ketika ada sebuah peta plesetan Kota Surabaya yang sempat beredar. Plesetan ini dihubungkan dengan kondisi sosial budaya sehari-hari. Ada wilayah crazy rich, wilayah kontainer, wilayah macet, konsentrasi orang Madura mayoritas, hingga sebutan Republik Rakyat Rungkut Industri.
Kebetulan, rekan kerja saya bertempat tinggal di wilayah ini dan sedang menjalin kerja sama dengan saya. Alhasil, saya pun hampir sering mendatangi daerah ini. Selain mengurus pekerjaan, kadang saya juga menikmati berbagai pemandangan indah bak luar negeri di sini.
Peta kondisi sosial yang sempat viral. - Dok. Istimewa |
Pemandangan itu terlihat jelas saat saya melewati daerah Jalan Mayjen Yono Suwoyo yang tak jauh dari Kampus Unesa Lidah Wetan. Jika pertama kali datang ke sini, suasana khas perkotaan luar negeri akan sangat terasa. Gedung pencakar langit lengkap dengan apartemen mewah tampak di depan mata. Berbagai gerai kuliner yang cukup mewah juga bisa ditemukan di sini. Ada juga padang golf yang hanya biasa diakses oleh kalangan tertentu saja.
Pusat Perbelanjaan yang Masih Sepi
Di kawasan ini, juga ada dua pusat perbelanjaan yang cukup besar. Dua pusat perbelanjaan tersebut adalah Lenmarc Mall dan Pakuwon Mall. Dulu, saya pernah membahas mengenai sepinya Lenmarc Mall ini. Saya penasaran apakah pusat perbelanjaan tersebut masih sepi atau tidak. Ternyata, Lenmarc Mall masih cukup sepi karena efek pandemi belum berakhir.
Ikon gajah di Lenmarc Mall Surabaya |
Meski begitu, mall yang disebut-sebut sebagai kepanjangan nama dari Leni dan Marcia itu juga tetap dikunjungi warga yang sebagian besar adalah crazy rich. Mereka tetap berbelanja kebutuhan sehari-hari, nongkrong, atau bahkan melakukan fitness di mall ini. Ketika saya datang, di sana sedang ada pameran mobil antik mewah yang diselenggarakan. Lumayan juga bisa cuci mata sembari menikmati dinginnya AC mall.
Baca juga: Menikmati Sepinya Lenmarc Mal Surabaya
Pameran mobil di Lenmarc Mall Surabaya |
Berbeda halnya dengan Lenmarc Mall, Pakuwon Mall terlihat jauh lebih ramai. Mall terbesar di Surabaya ini masih terlihat meriah terutama jika malam minggu tiba. Parkiran motor dan mobil mulai penuh terutama semenjak level PPKM diturunkan menjadi level 1 di Surabaya.
Seorang anak memainkan mobil remote control seorang diri di arena balap Lenmacr Mall Surabaya |
Ada banyak tenant yang bisa ditemukan di Pakuwon Mall. Tentu, saya paling suka tenant makanan karena bisa mencicipi aneka makanan sambil berbincang dengan rekan. Sesekali, saya juga mendatangi tenant pakaian yang sedang melakukan pameran.
Suasana Pakuwon Mall Surabaya |
Kala melihat harga, saya kira cukup mahal ternyata tidak. Sama dengan harga pakaian di tempat lain. Ya sekitar 50 ribu sampai 150 ribu rupiah untuk satu potong kaos. Demikian pula untuk berbagai merk barang lain seperti sepatu dan tas. Tak sampai berjuta-juta.
Baca juga: Petang Mencekam di Delta Plaza Surabaya
Memang ada beberapa harga yang mahal dan wajar saja karena memang merknya mahal. Tentu, apa yang saya lihat ini merupakan kontradiksi dari label crazy rich yang ada. Artinya, tidak semua hal di wilayah crazy rich ini mahal dan tak terjangkau oleh masyarakat biasa seperti saya.
Beberapa tenant yang tampak sepi di Pakuwon Mall |
Dua Sisi Sematan Crazy Rich
Saya sempat berdiskusi dengan rekan saya yang saya anggap juga sebagai crazy rich. Ia memang memiliki beberapa ruko yang saya sewa untuk usaha saya. Menurutnya, anggapan crazy rich itu bagai dua sisi mata uang. Di satu sisi, ia senang diberi karunia Tuhan kelebihan materi sehingga tak kekurangan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Di sisi lain. Sematan crazy rich juga memberinya batas yang cukup besar agar ia bisa bergaul dengan orang biasa seperti saya. Namun, baginya yang terpenting dalam bergaul tidak memandang status sosial. Pemikiran tersebut adalah yang paling utama agar bisa hidup berdampingan. Meskipun, kadang ia juga ingin istilah crazy rich sudah seharusnya diakhiri.
Saya mengerti dengan apa yang ia rasakan. Sama seperti yang dirasakan salah satu Puteri Indonesia, Elvira Devinamira yang kerap disebut sebagai Crazy Rich Surabaya. Ia pernah menyatakan bahwa sebenarnya ia kurang nyaman juga disebut sebagai Crazy Rich karena menurutnya keluarganya juga biasa-biasa saja. Masih suka pakai sandal jepit, pakai kaus oblong, dan lain sebagainya. Semua orang adalah sama tidak ada yang membedakan.
Suasana Pakuwon Mall dari luar saat malam hari |
Pun demikian ketika saya mengantre lift di salah satu Mall dan bertemu dengan salah satu keluarga yang bisa dikatakan crazy rich dengan belanjaan seabrek mereka, tetapi mereka sangat ramah. Beberapa diantara mereka juga mengenakan celana pendek dan sandal jepit seperti pergi ke warung. Padahal, mereka datang dengan mobil yang cukup mewah. Yah kembali lagi masalah persepsi orang, tetapi sebenarnya sematan ini membuat beberapa orang tidak nyaman terutama bagi mereka yang tidak ingin terlalu memamerkan harta yang mereka punya.
Berwisata ke Kawasan Crazy Rich
Sebenarnya, kawasan Surabaya Barat dengan Crazy Rich Areanya ini bisa dijadikan jujugan wisata. Ada dua rute Suroboyo Bus yang melewati daerah ini yakni rute R3/R4 jurusan Unesa-ITS dan rute R7/R8 jurusan Terminal Joyoboyo-Yono Suwoyo. Wisata bisa dimulai dari melihat Danau Unesa di Lidah Wetan, berbelanja di PTC/Lenmarc Mall, dan wisata kuliner di sekitar Jalan Mayjed Yono Suwoyo.
Suroboyo Bus yang berhenti di Halte PTC saat malam hari. |
Taman-taman yang tertata rapi. |
Suka atau tidak, sematan ini akan menjadi sematan yang berlangsung hingga sekarang. Namun, dampak positifnya adalah wilayah ini lebih tertata dan terlihat rapi dan menjadi salah satu pusat keramaian baru di Surabaya. Meskipun, bagi sebagian orang yang dianggap Crazy Rich, sebutan ini membuat mereka tidak nyaman.
Pakuan Mall emang really Crazy Rich.
ReplyDeleteGajah depan Leni Marcia lucu banget...
lucu banget emang gajahnya mbak
DeleteDi setiap kota ada model2 crazy rich gini ya. Surabaya lebih kentara pasti. Jogja..crazy rich nya kotabaru apa babarsari ya? Ha..ha,aku jarang mas touring dari mall ke mall..klo pas butuh aja. Sekarang untungnya ada sleman city hall, deket rumah
ReplyDeletekotabaru bisa baciro juga mbak
Deletehahahha iya mbak deket rumah ya SCH
duh lama ga ke sana
Ada-ada saja istilahnya, mas 😆
ReplyDeleteKalau di Bali mirip-mirip sih tapi istilahnya lebih sering dipakai untuk turis, macam turis kere perginya ke Kuta, turis middle class ke Seminyak, kalau yang high class ke Nusa Dua. Kan jadi nggak enak dikotak-kotak begitu, padahal siapapun bisa ke mana saja selama memang cocok, pun di Kuta meski terkenal dengan backpacker-nya, ada mall bagus di sana yang saya suka kunjungi, plus pantai Kuta salah satu destinasi terkenal 😂 hehehehe.
Jadi bisa paham kenapa teman mas Ikrom merasa nggak nyaman, meski deep down inside pastinya bersyukur hidup cukup tanpa kurang, tapi label itu jelas jadi buat gap antar satu sama lainnya seperti yang mas Ikrom jelaskan di atas 😁
Eniho, thanks for sharing, mas 🥳
wah iya seminyak high class banget itu mbak
Deletebener gap yang membuat mereka engga nyaman
padahal mereka sebenarnya biasa aja kok
bandar ini didiami oleh orang kaya-kaya ka mas
ReplyDeletesungguh kaya sekali
Deletelenmarch mall jenenge apik yo mas..ternyata ada kepanjangane leni dan marcia...koyo rasa rasa keeropa eropaan...mungkin kalau di jakarta semacam koyo PI dan GI kali ya wkwkwkkw..apa Senci, biyen jamane isih kerja ndek jakpus mben minggu folan muteri mall betah banget...tapi mung golek makan siang, nek tuku tuku macam tas n klambi sih aku sanggupe mlipir di itc itc an hehehehhe...maklum sesuai gaji hahhahahah
ReplyDeletebisa dikatakan seperti itu mbak
DeleteGI kan emang high class ya
duh jadi kangen GI aku
hahahha iya klo aku ke DTC aja yang ada TC nya dijamin murah
sesuai kemampuan sahaja
Crazy Rich di Surabaya malah pada low profil ya, mereka malah tidak nyaman dengan sebutan itu. Salut sama mereka yang ke mall juga biarpun pakai mobil mewah tapi masih pakai sandal jepit.
ReplyDeleteJadi ingat dulu ada selegram yang pamer katanya jadi orang kaya nongkrong di mall. Salah satu Crazy Rich Surabaya lalu posting kalo dirinya cuma bisa makan mie ayam di pinggir jalan, tapi di belakangnya ada banyak mobil mewah seperti Lambo dan Ferarri parkir di rumahnya.😁
iya mas low profile
Deletetemenku malah engag punya IG
padahal doi hobi banget ke luar negeri hehe
udah ga butuh eksistensi sih