Trans Jateng Solo-Sumberlawang berhenti di Halte Terminal Sangiran |
Trans Jateng merupakan moda transportasi aglomerasi perkotaan yang beroperasi di wilayah Jawa Tengah.
Saat ini, ada 6 rute aktif Trans Jateng yang beroperasi di 4 wilayah aglomerasi Jawa Tengah. Tiga rute beroperasi di wilayah aglomerasi Kedungsepur (Kendal, Semarang, dan Grobogan) yakni rute Semarang-Bawen, Semarang-Kendal, dan Semarang Grobogan. Satu rute beroperasi di wilayah Barlimaskaceb (Banyumas Raya atau saya sering menyebut Puerto Rico Raya) yakni rute Purwokerto-Purbalingga.
Satu rute beroperasi di wilayah Purwomanggung (Purworerjo, Wonosobo, Magelang, Temanggung) yakni rute Kutoarjo-Borobudur. Satu rute terakhir beroperasi di wilayah Subosukawonosraten/Solo Raya (Sukoharjo, Boyolali, Surakarta, Wonogiri, Klaten) yakni rute Tirtonadi-Sumberlawang.
Dari keenam rute tersebut, saya hanya pernah mencoba rute Semarang-Bawen, sebagian kecil Purwokerto-Purbalingga, dan Kutoarjo-Borobudur. Nah, pada kesempatan jeda liburan tahun baru ini, saya mencoba rute Tirtonadi-Sumberlawang yang melewati wilayah Sangiran. Selain menjajal rute ini, saya juga mau berwisata ke Museum Purbakala Sangiran.
Jadwal Keberangkatan Bus Trans Jateng Solo-Sumberlawang
Perjalanan ini saya mulai dari Terminal Tirtonadi Solo sekitar pukul 8 pagi. Ternyata, bus tujuan Sumber Lawang baru saja berangkat. Saya harus menunggu keberangkatan bus sesudahnya yakni sekitar pukul 8 lebih 20 menit. Lantaran bukan pada jam sibuk, jadi bus berangkat setiap 20 menit. Jika pada jam sibuk, jeda antar bus adalah 10 menit menyesuaikan kepadatan penumpang di jalan.
Baca juga: Akhirnya Keturutan Naik Trans Jateng Kutoarjo-Borobudur
Saya menemukan jadwal keberangkatan bus di Halte Trans Jateng Tirtonadi yang berada tak jauh dari Halte Trans Solo Tirtonadi. Jadwal ini terususun rapi mulai keberangkatan pertama sekitar jam 5 pagi dan keberangkatan terakhir sekitar jam 6 malam. Jadwal ini lumayan tepat waktu juga karena bus benar-benar berangkat pukul 8 lebih 20 menit. Jika ingin memastikan jadwal dan posisi bus, calon penumpang bisa menggunakan aplikasi Si Anteng yang dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Ada 14 armada yang melayani rute Tirtonadi-Sumberlawang ini. Semuanya menggunakan armada Mitsubishi FE 84 GBC, Touristo dari karoseri New Armada dengan pintu rendah. Armada ini kalau tidak salah pernah saya temui saat naik Trans Jakarta dulu yang melintasi wilayah Pondok Labu. Hanya saja, tempat duduk pada Trans Jateng ini dibuat menyamping tidak menghadap ke depan.
Trans Jateng Solo-Sumberlawang siap berangkat |
Untuk menaiki Trans Jateng ini, harga tiketnya masih sama yakni 4.000 rupiah untuk umum dan 2.000 rupiah untuk pelajar/mahasiwa/buruh/veteran. Tiket dibayar secara tunai dan belum ada moda pembayaran nontunai seperti pada BRT Trans Semarang atau BRT Batik Solo Trans. Kondektur bus selalu meminta penumpang membayar uang pas agar memudahkan transaksi.
Penumpang Bus Trans Jateng Solo Sumberlawang yang menunggu di dalam bus. |
Perjalanan dimulai dari Terminal Tirtonadi menuju arah Pasar Nusukan. Pasar yang berada di utara Kota Solo ini menjadi tempat pemberhaentian pertama Trans Jateng Tirtonadi-Sumberlawang karena banyak pedagang dan pembeli dari arah utara yang melakukan aktivitas kegiatan ekonomi. Dulu, kata seorang pedagang yang berbincang dengan saya, ia harus menunggu lama untuk bisa pulang ke rumahnya di daerah Gemolong, Sragen menuju Pasar Nusukan. Kini, dengan harga tiket yang lebih murah, ia bisa mengakses transportasi umum dengan nyaman untuk pergi ke Pasar Nusukan.
Baca juga: Beda Trans Jateng dengan Trans Semarang
Trans Jateng koridor ini merupakan gabungan dari enam Perusahaan Otobus (PO) yang biasanya melayani jasa transportasi di wilayah ini. Mereka tergabung dalam sebuah konsorsium dengan kontrak selama satu tahun. Keenam PO tersebut adalah PT Rela, PT Hadi Mulyo,Koperasi Sempulur Jaya, PT Raka Makmur, PT Pascalindo, dan Koperasi Roda Trans Bersemi. Dengan adanya konsorsium Trans Jateng ini, operator lama tidak akan dirugikan karena mereka juga ikut andil dalam pengoperasian Trans Jateng. Konsep serupa yang juga digunakan pada Trans Jogja saat awal persemiannya dulu.
Hayo, maskernya mana, Dik? |
Tidak semua trayek PO tersebut diambil oleh Trans Jateng, tetapi masih ada bus-bus lama yang beroperasi. Alasannya, para pedagang yang membawa barang dagangan dengan jumlah banyak tidak akan bisa naik Trans Jateng karena kapasitasnya terbatas. Mereka tetap akan menggunakan bus armada lama yang mampu menampung barang dagangan para pedagang. Pedagang yang berbincang dengan saya tadi juga mengatakan ia tetap menggunakan bus lama untuk berangkat berdagang buah dan kembali pulang menggunakan Trans Jateng ini.
Baca juga: Keliling Jogja dengan Trans Jogja
Dari Pasar Nusukan, Bus Trans Jateng menuju ke arah Kadipiro. Di sini, penumpang yang akan menuju Bandara Adi Soemarmo bisa melanjutkan perjalanan menggunakan kereta bandara. Bus berhenti tepat di depan Stasiun Kadipiro yang merupakan stasiun pemberhentian KA Bandara Internasional Adi Soemarmo (KA BIAS). Konektivitas antar moda cukup tejalin apik di wilayah ini.
Integrasi moda transportasi yang semakin dikembangkan di Jawa Tengah. |
Kadipiro adalah wilayah terakhir yang masuk teritorial Kota Surakarta. Bus selanjutnya menuju arah Kalijambe, Karanganyar yang merupakan wilayah dengan aneka situs purbakala. Sepanjang jalan menuju situs purbakala yang saya tuju, bus berhenti di beberapa sekolah. Ada SD, SMP/MTs, dan SMA/MAN. Jika ada beberapa sekolah yang berada berdekatan atau masih satu kompleks, maka halte yang tersedia hanya satu buah saja.
Masalahnya, namanya juga anak sekolah. Mereka sering tidak mau berjalan ke halte terdekat dan akhirnya tidak mau menggunakan transportasi umum ini. Kondisi ini dikeluhkan sopir yang melihat tak banyak anak naik di halte dekat sekolah meskipun banyak anak sekolah yang telah selesai belajar. Padahal, tujuan dari pengoperasian Trans Jateng rute ini adalah menarik para pelajar untuk menggunakan transportasi umum. Toh harga tiketnya juga murah hanya 2.000 rupiah saja.
Sampai di Terminal Sangiran |
Alhasil, para pelajar pun hanya duduk manis di dekat halte dan jarang sekali yang mau naik. Mereka menunggu jemputan dari orang terdekat padahal rumah mereka juga dilewati halte Trans Jateng. Solusi yang bisa dilakukan adalah menambah halte di wilayah sekolah agar mereka mau naik. Padahal, saya rasa Halte Trans Jateng rute ini sudah cukup berdekatan dibandingkan dengan rute lain yang cukup jauh.
Tak terasa, sekitar 30 menit perjalanan, saya sampai di gerbang situs Purbakala Sangiran. Bus akan menuju Terminal Sangiran yang berada tak jauh dari Museum Sangiran. Sepanjang perjalanan ke terminal ini, kondisi jalan mulai menanjak tetapi tak seekstrem rute Kutoarjo-Borobudur yang melintasi daerah pegunungan.
Kondisi Terminal Sangiran yang gersang dan panas. Masih harus berjalan kaki sekitar 500 meter menuju Museum Sangiran. |
Bus pun sampai di Terminal Sangiran yang ternyata sebuah lapangan luas. Di sana sudah tersedia tukang ojek yang menjajakan jasanya. Ada juga mobil pick up yang dimodifikasi untuk mengangkut rombongan dengan harga tiket 3.000 rupiah per orang. Saya sih memilih jalan kaki saja sambil berpanasan sekaligus berolahraga. Tunggu reportase selanjutnya mengenai pengalaman saya wisata ke Museum Sangiran ya.
makin asyik karena transportasi makin banyak. Terobosan yang menyenangkan buat pejalan
ReplyDeletebenar sekali
DeletePetualang yang mengasyikkan tsk perlu jauh ke luar negeri ya, Mas Ikrom. Keren.
ReplyDeleteterima kasih Bu Nur
Deleteinformasi yang menarik
ReplyDeleteterima kasih
DeleteSiap menunggu yang hasil ke wisata Sangiran. Blm pernah sampe sana soalnya. Oh, trans jateng ini beda to sama bus batiknya solo...tak kira sama.
ReplyDeleteAku trans jogja aja dr awal launching dl pemgen nyobain, tapi kok nggak jadi2 sampe ending e.."wis lah, motoran wae...malah ora usah nunggu"...
Tapi seru juga sih naik bis gini. Aku malesnya klo bawa anak, mesti nunggu, dan anake ribut wae gara2 bosen😀
Iya mbak headwaynya ini yang bikin lama
Deletetapi engga selama Trans Jogja sih
Jawa tengah makin menarik ya, sekarang banyak bus bus trans Jateng yang memudahkan penumpang. Mana tarifnya agak murah cuma 4.000, kalo ada pembayaran nontunai bisa lebih praktis ya, tinggal tempelkan kartu.
ReplyDeleteKenapa anak sekolah ogah naik bus trans Jateng ya, padahal bus nya keren.
bisa jadi masih suka dijemput ortunya mas
Deletekan naik bus belum biasa anak-anak sekarang ga kayak dulu
Meski sekarang banyak daerah daerah seperti Semarang, Solo, Jogja yang menyediakan transportasi umum dengan niatan (mungkin) mengurangi penggunaan kendaraan pribadi agar tidak begitu macet, tetap saja peminat kendaraan umum masih tergolong rendah. Pada awal berlakunya Trans Semarang untuk ke suatu tujuan harus muter muter dulu dan pindah2 bus, namun sekarang bagaimana kurang paham karena sudah jarang naik. Tapi perlu diapresasi usaha pemerintah daerah
ReplyDeleteTerakhir aku 2019 juga lumayan lama si mas
Deleteengga tau sekarang soalnya kudengar Trans Semarang juga ada feedernya
kayaknya kok seru ya explore naik bis kayak gini, itu banyak rutenya aku kok jadi takut nyasar hahahaha
ReplyDeletememang kuncinya harus nanya-nanya ke orang lokal, gampang kan ya sebenernya?
Padahal bagus dan bersih busnya. Aku mah kalo bus nya begini mau sih naik. Kalo naik ojek online yakin LBH mahal. Anak sekolah zaman skr ga ngerti lah mikirnya gimana 😅
ReplyDeleteGa sabaaar baca cerita yg museum Sangiran. Aku sbnrnya udah pernah kesana mas. Tapi ntah kenapa ga tulis ceritanya di blog. Udah kelamaan, yg ada nulisnya juga udah ga dapet feel
Kemarin baru aja ke Semarang, pengen deh nanti kesini..
ReplyDeleteLagi cari wisata2 di desa-desa nih aku!