Para pemenang Miss Earth 2018 |
Dibandingkan ajang lain, Indonesia belum menunjukkan prestasi yang bagus di ajang Miss Earth.
Sejak keikutsertaan Indonesia pertama kali di ajang ini pada tahun 2005, tak satu pun wakil Indonesia bisa menembus minimal babak semifinal. Entah 20 besar atau 16 besar. Wakil Indonesia hanya bisa tampil sebagai peserta. Bahkan, beberapa orang menyebut keikutsertaan Indonesia di ajang ini tak lain sebagai penggembira saja.
Malah, banyak diantara penggemar kontes kecantikan di Indonesia menyarankan agar Indonesia tak perlu lagi mengirimkan wakilnya ke ajang Miss Earth. Daripada menghabiskan uang, tenaga, dan waktu, lebih baik digunakan untuk mengirim ke ajang lain. Toh wakil kita akan mentok posisinya sebagai finalis saja dan mustahil untuk bisa masuk ke babak selanjutnya.
Baca juga: Kontes Kecantikan Mana yang Paling Prestisius?
Memang pahit melihat kenyataan saat kontes kecantikan lain wakil kita sudah bisa bertaji bahkan menjadi juara, tetapi pada kontes Miss Earth ini tak satu pun ada nama Indonesia dalam jajaran semifinalis.
Lantas, apa yang menyebabkan Indonesia belum juga meraih prestasi?
Sejarah dan Pemegang Lisensi Miss Earth di Indonesia
Sebelum membahas alasan tersebut, maka kita akan belajar sejarah pendirian Miss Earth ini. Ajang Miss Earth merupakan kontes kecantikan yang didirikan sejak tahun 2000 di Filipina. Lorraine Shuck yang dikenal sebagai Mutya Ng Pilipinas tahun 1979 merupakan tokoh penting dalam pendirian ajang ini.
Dengan tema Lingkungan Hidup, Miss Earth berfokus pada isu-isu global mengenai penyelamatan lingkungan. Dalam kegiatan karantina yang dilakukan, banyak sekali kegiatan tentang penyelamatan lingkungan. Beberapa diantaranya adalah menanam pohon, membersihkan sampah plastik, memberi makan hewan, dan lain sebagainya. Sejak pandemi, kontes ini berubah menjadi virtual melalui zoom sehingga tidak ada kegiatan karantina secara langsung.
Selama 20 kali penyelenggaraannya, beberapa negara telah tercatat memenangkan ajang ini. Filipina sebagai negara induk ajang ini menjadi pemegang gelar terbanyak dengan 4 kali kemenangan. Tentu, kemenangan terbanyak ini sempat membuat beberapa nada miring terembus. Banyak yang mengira, kontes ini hanyalah kontes yang diperuntukkan untuk Filipina saja. Sementara itu, Ekuador, Venezuela, dan Brazil telah memenangkan Miss Earth sebanyak dua kali.
Baca juga: Berapa Harga Lisensi Kontes Kecantikan Internasional?
Indonesia pertama kali mengirimkan wakil pada tahun 2005. Saat itu, seorang WNI yang tinggal di Singapura bernama Albert melakukan pemilihan secara tertutup. Pada tahun 2007, lisensi Miss Earth Indonesia beralih ke Yayasan Bumi Indonesia. Yayasan tersebut melakukan pemilihan secara terbuka dan setiap tahun mengirimkan wakil kecuali tahun 2011. Pemenang pemilihan tersebut diberi gelar Miss Indonesia Earth.
Sejak tahun 2013 hingga sekarang, lisensi berpindah ke El John Pageants yang juga memegang beberapa lisensi kontes kecantikan lain. El John Pageants juga melakukan pemilihan terbuka dan cukup meriah. Pemilihan tersebut menghasilkan 4 gelar, yakni Miss Earth Indonesia, Miss Earth Indonesia Air (runner-up 1), Miss Earth Indonesia Water (runner-up 2), dan Miss Earth Fire (runner-up 3). Hanya pemenang Miss Earth Indonesia yang berhak melaju ke ajang Miss Earth. Sedangkan gelar lainnya dikirim ke beberapa ajang minor seperti Miss Intercontinental, Miss Eco International, dan lain sebagainya.
Banyak Medali Tak Juga Panen Prestasi
Gagalnya wakil Indonesia di ajang Miss Earth sebenarnya bukan karena kualitas wakil kita yang buruk. Bahkan, dalam berbagai penilaian tambahan yang memperebutkan medali, wakil Indonesia kerap bertaji. Salah satunya adalah Nita Sofiani yang mewakili Indonesia pada tahun 2013. Nita bahkan memborong banyak sekali medali. Ia juga tampil total dan difavortikan oleh banyak penggemar ajang ini di Filipina. Sayang, ia tak mampu meraih placement.
Beberapa wakil Indonesia selanjutnya juga memiliki kualitas yang mumpuni seperti Michelle Victoria Alriani dan Ratu Vasthi. Michele mewakili Indonesia pada 2017 dan Vasthi pada 2018. Vasthi merupakan kontestan Puteri Indonesia pada tahun yang sama dan kemudian gelar Puteri Indonesia Daerahnya dicabut oleh YPI karena berpindah yayasan dalam masa kontrak.
Baca juga: Drama dan Catatan Miss Universe Era Trump
Kemampuan public speaking keduanya juga tak kalah dengan peserta lain. Tema yang diangkat pun juga baik. Sayang, dewi fortuna masih belum berpihak pada Indonesia. Keduanya harus gigit jari tak mendapatkan placement untuk Indonesia.
Petuah dari Kanjeng Nyai Ibasco
Dalam ajang Miss Earth ada seorang pemenang yang begitu diagungkan oleh pageant lover. Ia adalah Karen Ibasco. Banyak PL Indonesia menyebutnya sebagai Nyai Karen. Ada juga yang memberinya gelar lengkap yakni Kanjeng Ratu Bumi Penguasa 4 Elemen Nyai Karen Ibasco Hadiningrat. Nyai Karen berasal dari Filipina dan memenangkan ajang ini tahun 2017.
Baca juga: Tradisi dan Obsesi Orang Filipina pada Kontes Kecantikan
Mulanya, ia banyak dicaci karena wajahnya yang dianggap sebagai representasi peran antagonis di serial kolosal. Namun, ia sangat baik dan cerdas. Lulusan pascasarjana bidang Fisika Material tersebut juga kerap diundang dalam berbagai seminar internasional untuk menjelaskan tema lingkungan berdasarkan ilmu yang dipelajarinya. Ia juga tak keberatan dipanggil Nyai dan sangat menghargai gelar tersebut.
Sungkem dulu Nyai……
Pada suatu kesempatan, Nyai Karen memberikan pandangannya mengenai kriteria apa yang dicari oleh Miss Earth. Setiap negara sebenarnya memiliki kesempatan yang sama. Namun, sebelum berbicara mengenai advokasi, karena ini kontes kecantikan tidak salah jika kecantikan dan kemampuan catwalk juga penting.
Nyai Karen mengingatkan agar peserta memiliki advokasi di bidang lingkungan hidup yang tidak biasa. Advokasi tersebut harus konsisten dan tidak berubah sebelum peserta tersebut memenangkan atau ditunjuk sebagai representasi negaranya.
Dari sekian isu lingkungan, pilih satu yang sekiranya kuat untuk ditampillkan. Entah masalah air, energi, udara, tanah, atau bahkan isu lingkungan lain. Fokus pada satu topik dan tidak tumpang tindih dengan topik lain. Riset mengenai advokasi para pemenang juga bisa jadi salah satu cara untuk memenangkan ajang ini. Bisa jadi, ada advokasi pemenang tahun sebelumnya yang belum selesai dikembangkan. Peserta pada tahun berikutnya dapat mengembangkan advokasi tersebut tentunya dengan gayanya sendiri.
Baca juga: Mengapa Kontes Kecantikan Pria Tak Begitu Diminati?
Untuk masalah medali, Nyai Karen mengatakan bahwa sama sekali tidak mempengaruhi posisi placement. Medali diberikan agar peserta semakin semangat dan percaya diri selama masa karantina. Pre-judging seperti deep interview sangat menentukan dalam meraih placed. Sama dengan kontes Miss Universe yang juga memberikan porsi besar.
Menurut Nyai, ada tiga penilaian utama dalam ajang Miss Earth. Pertama adalah saat datang karantina tanpa make up. Juri akan menilai kecantikan peserta tanpa menggunakan make up sama sekali. Kedua, adalah deep interview dan terakhir adalah ketahanan fisik peserta.
Nah pertanyaan di dalam deep interview lebih banyak ke isu lingkungan di negara peserta. Mereka akan ditanya mengenai isu lingkungan apa yang harus segera dipecahkan di negara mereka. Serta, bagaimana advokasi yang diperjuangkan oleh peserta sesuai dengan isu penting tersebut. Intinya, mereka harus paham mengenai seluk-beluk isu yang mereka angkat.
Bisa jadi, kegagalan wakil kita adalah belum bisa menjawab secara tepat isu lingkungan di Indonesia. Maklum, suka atau tidak, isu lingkungan di Indonesia cukup gelap untuk diperbincangkan. Mulai kebakaran hutan, alih lahan sawit, limbah tambang, dan lain sebagainya.
Berbicara vokal dan memberi masukan dalam advokasi yang dibawa oleh peserta kita di ajang ini juga termasuk harus mengkritik kebijakan pemerintah yang belum pro masalah lingkungan ini. Posisi wakil kita cukup sulit mengingat Miss Earth Indonesia kerap bermitra dengan Kementrian Lingkungan Hidup sebagai pembuat kebijakan mengenai lingkungan hidup.
Beranikah Miss Earth Indonesia bersuara atas hal ini? Saya rasa cukup sulit dan akhirnya kita hanya akan sebagai peserta saja. Beda dengan kontes lain yang meski kadang kita bermitra dengan pihak pemerintah tetapi ada saja wakil kita yang berani bersuara. Contohnya, Frederika Alexis Cull yang mengusung advokasi akta kelahiran. Ia mengangkat isu pembuatan akta kelahiran di Indonesia sangat sulit sehingga isu ini amat penting diangkat. Isu ini pun diganjar prestasi dengan masuknya ia menjadi Top 10 Miss Universe.
Harapan Pada Wakil Indonesia Tahun 2021
Meski begitu, harapan untuk meraih placed masih ada untuk Indonesia. Saat ini, Indonesia diwakili oleh Monica Kho. Gadis ini mulai panas dalam membabat pertanyaan juri pada sesi interview. Ia juga terlihat paling niat dan tampil prima dibandingkan peserta lain yang terkesan ogah-ogahan karena kontes digelar virtual.
Pihak El John Pageants yang selama ini kurang memerhatikan masukan para pageant lover mulai berbenah. Mereka mempersiapkan wakil Indonesia juga dengan baik. Mereka memasang latar belakang layar saat Monica tampil dengan cukup apik. Mereka juga memberikan penampilan Monica menjadi cantik.
Baca juga: Sesi Deep Interview, Sesi Hidup Mati Peserta Miss Universe
Untuk saat ini, Monica menjadi representasi terniat di ajang ini. Jika ia konsisten dan bahkan lebih baik, bukan tak mungkin Indonesia akan pecah telur di ajang ini. Syukur-syukur bisa meraih mahkota. Asal, wakil Indonesia diberi kebebasan yang tepat jika menyuarakan isu lingkungan di Indonesia. Kita sebenarnya tak kekurangan isu lingkungan. Kita hanya kekurangan nyali untuk menyuarakannya.
Go Monica, go get the crown for Indonesia.
Masyaallah, Mas Ikrom.ulasanmu lancar meluncur. Belum tentu ada blogger perempuan yang bisa mengulasnya sedetail ini. Apalagi nenek2 seperti saya. Selamat sore. Terima kasih telah berbagi.
ReplyDeletewkwkwk namanya hobi bu Nur
DeleteSaya setuju bahwa masalah lingkungan di negeri ini sepertinya masih blur seperti kasus-kasus yang Mas Ikrom sebutkan, dari masalah kebakaran hutan sampai pertambangan. Bagaimana kita bisa bertaji ketika masalah lingkungan di kita tertutupi dari bukti
ReplyDeletebenar tidak boleh ada yang ditutupi ya Pak
DeleteSeperti biasa mas Ikrom kalo membahas ajang Miss Miss selalu detil, seperti Miss Earth ini, dari sejarahnya, tokoh yang berpengaruh sampai saran dari nyai Dasima eh Nyai Karen. Unik juga ya panggilannya nyai kayak urang sunda.
ReplyDeleteJadi itu sebabnya Indonesia belum pernah jadi semifinalis apalagi juara di ajang Miss Earth ya, harus punya keberanian mengupas masalah lingkungan di Indonesia.
Mungkin takut kali kalo bersuara lantang masalah batu-bara yang menimbulkan kerusakan lingkungan, bisa-bisa dicyduk.😂😂😂
nah makanya jadi takut ya mas kalau mau bersuara
DeleteMengapa Indonesia belum bisa meraih posisi pada ajang Miss Earth?? Naahloo..😳😳 Yaa meski banyak berbena dulu mungkin baik dari segi lingkungan dan sebagainya. Dan bukan itu saja mungkin dukungan keseriusan pemerintah serta orang terkait belum sepenuhnya terjalin.😊😊
ReplyDeleteiya mas isu lingkungannya beoum bisa dipaparkan dengan maksimal
Deletejgn putus ada akan tiba masanya untuk menang
ReplyDeletebenar tetap semangat
DeleteMas Ikrom mah terbaik kalau masalah miss miss an kayak gini, saya dulu suka miss universe, sekarang untung sering main ke blog ini, jadi masih tau kabar ajang seperti ini.
ReplyDeleteSemoga Indonesia bisa meraih juara melalui Monica ya.
Di Indonesia gudangnya isu lingkungan, tapi bener sih, sedikit yang berani bicara :)
iya mbak belum berani lebih speak up ya
DeleteThank you banget, baru tau deh permasalahan sebenarnya..
ReplyDeleteMoga moga next time yah, kita benah benah dulu deh 😊🧡
iya mbak berbenah diri dulu ya
Delete