Gapura Kecamatan Bumiaji Kota Batu |
Seminggu ini saya merasa tidak selera makan dan seakan mau muntah.
Selain ada masalah pribadi, saya masih tertampar dengan beberapa kejadian yang membuat saya tak bisa berkata-kata. Mulai dari meninggalnya artis Vanessa Angel dan suami dan disusul dengan banjir bandang menerjang di Malang dan Batu. Kedua kejadian ini membuat saya semakin yakin jika kita tidak bisa memutuskan apa yang terjadi pada diri kita.
Kali ini, saya ingin memaparkan sedikit mengenai kejadian banjir bandang di Kota Batu. Banjir ini terjadi pada Kamis 4 November 2021. Saat itu, saya baru saja turun dari kereta api di Stasiun Malang. Melipir makan mie ayam sebentar, hujan deras pun tiba-tiba saja turun. Saya memutuskan pulang ke rumah menggunaan GoCar.
Sesampai di rumah lalu mandi dan rebahan, tetiba saya mendapat banyak kabar bahwa di Batu terjadi banjir yang mengerikan. Puluhan rumah terhantam banjir dan yang membuat ngilu beberapa orang terseret dan belum ditemukan. Ada juga seorang warga yang dalam sebuah video selamat dari bencana dan masih merapalkan doa. Ia tampak pucat dengan mata sayu karena masih diberikan nyawa oleh Sang Kuasa. Namun, yang membuat ngeri adalah air bah yang saya saksikan sangat deras, hitam, dan seperti tsunami besar.
Baca juga: Apa Beda Batu dengan Malang?
Berita pun berlanjut dengan evakuasi warga ke tempat yang aman. Lalu, tim BPBD dan Basarda melakukan pencarian korban. Hingga tulisan ini tayang, sudah ada 7 orang meninggal dunia akibat bencana ini.
Warga yang Tak Mengira Akan Terjadi Bencana
Selepas membaca dan mengikuti berita, saya pun penasaran di manakah lokasi banjir ini. Ternyata, lokasinya tak jauh dari pusat Kota Batu. Sebagian masuk wilayah Kecamatan Batu dan sebagian lagi masuk Kecamatan Bumiaji. Salah satu wilayah yang cukup parah terkena terjangan banjir berada di Desa Bulukerto, Bumiaji. Desa ini berada di sisi utara Alun-Alun Batu dan menjadi penghubung antara pusat pusat Kota Batu, kawasan Selecta, Cangar, dan Kabupaten Mojokerto.
Dari narasi berita yang saya baca, hampir semua warga yang terdampak banjir tidak mengira bahwa tempat tinggal mereka akan terkena bencana mengerikan ini. Alasannya, selama ini jarang sekali banjir melewati pemukiman mereka.
Sebuah sekolah di Batu membuka dapur umum sambil membuka donasi bagi korban banjir |
Sungai yang menjadi sumber bencana kali ini juga merupakan sungai mati yang aliran airnya hanya ada jika curah hujan tinggi. Lokasi banjir juga merupakan wilayah pemukiman yang cukup padat. Tidak seperti wilayah di atasnya yang mulai jarang dihuni oleh penduduk. Makanya, dari cerita saksi hidup bencana ini, mereka yang menjadi korban sebagian besar tidak siap untuk menyelamatkan diri saat hujan turun deras. Ada yang sedang menonton TV, memberi makan ternak, atau kegiatan lain. Mereka mengira bahwa hujan deras kemarin hanyalah hujan deras biasa.
Perubahan Penggunaan Lahan yang Masif
Saya penasaran dengan kondisi wilayah bencana ini sehingga pada hari Minggu, 7 November 2021 kemarin menyertai teman yang akan memberikan bantuan. Mula-mula, saya menuju ke wilayah sekitar Desa Punten yang menjadi akses utama Kecamatan Bumiaji. Baru masuk gapura Kecamatan, beberapa truk pengangkut alat berat, ambulans, dan beberapa mobil PMI sibuk berlalu-lalang.
Truk yang mengangkut alat berat |
Mereka bekerja bergantian untuk mengevakuasi korban yang masih belum berhasil ditemukan. Barak pengungsian di Balai Desa dan lapangan pun masih diisi oleh para pengungsi. Beberapa mobil kemanusiaan juga terlihat lalu-lalang. Tak hanya dari Malang saja, berbagai kendaraan itu juga berasal dari luar Malang. Pun dengan mobil milik stasiun televisi yang tampak sesekali mewarnai konvoi kendaraan tersebut.
Mobil PMI yang membantu evakuasi |
Saya memutuskan untuk menuju ke wilayah Desa Bulukerto yang disebut-sebut sebagai daerah terparah dari banjir ini. Sayang, akses menuju lokasi bencana masih ditutup total. Hanya petugas keamanan, petugas kesehatan, dan warga yang benar-benar berkepentingan yang diperkenankan masuk. Dari informasi petugas jaga yang sedang melaksanakan tugas, saat ini memang sedang dilakukan proses pembersihan puing-puing bangunan karena korban meninggal terakhir baru saja ditemukan.
Jalan yang ditutup. |
Saya memahami sekali alasan ini dan berharap semoga para
relawan dan petugas diberikan kesehatan dan keselamatan. Maka, saya memutuskan
untuk menuju desa yang berada di atas desa yang terkena banjir ini untuk
melihat situasi saat ini.
Terakhir kali saya datang ke Bumiaji ini sekitar 2017. Saat itu saya pergi ke titik nol Sungai Brantas dan menemukan kesegaran serta kesejukan dari air hutan yang berdiri kokoh. Ketika bencana ini datang, saya mendapat info dari para pakar bahwa alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan di wilayah atas desa yang terkana bencana adalah salah satu penyebabnya.
Baca juga: Dari Sini Aliran Sungai Brantas Berasal
Saya pun menuju salah satu desa – tidak perlu saya sebutkan namanya – dan mendapati bahwa warga di desa tersebut sedang asyik bertanam sayuran dan bunga. Mereka masih menjalankan aktivitas normal meskipun desa di bawahnya sedang dihantam bencana.
Satu pemandangan unik yang ada di desa ini adalah tanaman yang ditanam tidak hanya satu jenis saja. Ada beberapa tanaman perkebunan yang tumbuh subur. Diantaranya adalah bawang merah, kubis, apel, jeruk, dan lobak.
Lahan perkebunan |
Tanaman tersebut berjajar rapi dan siap untuk dipanen. Saya tidak mau berspekulasi lebih jauh karena bisa jadi kegiatan berkebun mereka sudah dilakukan sejak lama. Namun, saat saya ke wilayah yang lebih tinggi lagi, saya tidak mendapati pepohonan besar yang memiliki akar kuat dan bisa menahan air.
Tanaman perkebunan yang tumbuh subur |
Iseng-iseng, saya pun mengecek ke google map ada wisata apa di sekitar saya, ternyata sebagian besar adalah wisata perkebunan seperti petik apel dan jeruk, serta wisata kafe kekinian. Lokasi wisata tersebut berada di atas desa tempat saya berpijak dan tak jauh dari lereng Gunung Arjuna. Artinya, sudah berapa banyak hutan di wilayah itu yang beralih fungsi?
Baca juga: Menapaki Jejak Gembong Teroris Doktor Azahari di Kota Batu
Hipotesis saya semakin kuat dari citra foto udara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang menggambarkan ada beberapa bagian hutan yang hilang dari bagian hulu. Bagian ini menjadi jalannya air yang menuju ke bawah, termasuk ke desa yang terkena banjir bandang kemarin. Tidak adanya vegetasi yang kuat menyebabkan ketika hujan turun deras di daerah hulu, maka air akan bergerak cepat ke bawah.
di sepanjang tebing alur lembah sungai di wilayah hulu.
— BNPB Indonesia (@BNPB_Indonesia) November 7, 2021
Ditemukan enam alur lembah sungai yang sisinya sangat terjal, tidak dilindungi oleh vegetasi yang rapat & memiliki akar kuat. Ketika hujan turun dengan intensitas tinggi, kondisi tersebut memicu longsoran-longsoran(cont) pic.twitter.com/ngLBaUfHQv
Topografi Kota Batu dengan Lembah yang Terjal
Meskipun menyandang status kota dan bukan kabupaten, jangan berpikir bahwa Kota Batu memiliki wilayah yang datar seperti kota-kota pada umumnya. Sebagian besar topografi kota ini adalah kawasan dataran tinggi dan perbukitan yang berlembah-lembah. Wilayah yang bisa dikatakan cukup datar hanya ada di sekitar alun-alun, Jatim Park, dan balaikota saja. Selebihnya, pengendara motor perlu mengatur persneleng ketika berkendara di kota ini.
Salah satu anak sunga brantas yang tampak kering. Anak sungai ini akan menbawa air bah jika hujan turun deras di daerah hulu |
Pun demikian ketika saya mulai kembali ke pusat kota, saya harus mengerem motor saya dengan dua rem – depan dan belakang – agar motor saya tidak terjun bebas. Saya bisa merasakan sendiri motor saya berjalan amat cepat walau saya sudah mengerem cukup kuat dan hanya membuka sedikit bukaan perseneleng gas. Artinya, ketika ada sebuah obyek dari atas yang akan turun ke bawah, maka dengan sudut elevasi yang mendekati 90 derajat, obyek tersebut akan turun dengan cepat.
Kondisi itu pula yang membuat air hujan dari bagian hulu akan sangat cepat menuju daerah hilir sehingga banjir pun terjadi. Nah, saya mendapati fakta lagi bahwa di desa tempat saya mengabadikan banyak foto, ada cukup banyak tanda jalur evakuasi yang dibuat oleh BPBD.
Jalur evakuasi yang dibuat oleh BPBD |
Tanda ini mengarah ke beberapa lokasi vital, diantaranya balai dusun, balai desa, sekolah, hingga ke jalan utama. Keberadaan tanda ini menjadi bukti bahwa sebenarnya warga di desa ini sudah tanggap dengan bencana. Kalau saya perhatikan, bencana yang bisa mengintai desa ini bukan banjir melainkan tanah longsor.
Mengapa banyak cerita yang saya dapatkan dari pemberitaan bahwa warga di sana menganggap wilayahnya aman-aman saja?
Padahal, jika dirunut wilayah mereka juga merupakan kawasan yang rawan bencana bahkan berpotensi lebih besar?
Jalanan yang terjal |
Pertanyaan ini belum terjawab sambil menunggu BPBD akan melakukan susur sungai dari daerah hulu ke hilir guna memetakan lebih lanjut arah aliran air dan potensi bencana yang timbul. Kegiatan ini juga sekaligus untuk melakukan penataan lebih lanjut kawasan vegetasi di daerah hulu maupun hilir agar kejadian mengerikan ini tak terulang kembali.
Stop Penambahan Kawasan Wisata, Mulai Menata Kawasan Rawan Bencana
Setelah bencana ini terjadi, saya semakin yakin dengan kemajuan Kota Batu pada 15 tahun terakhir ini, ada yang salah dalam penataannya. Terlebih, dari data yang saya dapatkan, persentase ruang terbukahijau (RTH) Kota Batu justru di bawah Kota Surabaya. Batu hanya memilii 13,5 persen ruang terbuka hijau jauh di bawah Surabaya yakni sebesar 21,9 persen. Sebuah kota dianggap memiliki RTH layak jika berada di atas 30 persen.
Sebuah bus wisata dari luar kota putar balik karena akses jalan yang ditutup. Baru saja tempat wisata dibuka, Batu sudah didatangi para wisatawan walau saat ini sedang ditimpa bencana. |
Fakta ini menandakan bahwa pembangunan besar-besaran kawasan wisata yang tak didukung dengan menjaga ruang terbuka hijau akan membuat bencana. Kafe kekinian, hotel, vila, dan spot-spot selfie di perkebunan adalah salah satu bom waktu yang akhirnya meledak dengan banjir bandang. Suka atau tidak, fakta inilah yang berbicara. Terlebih, saya cukup kaget ketika beberapa rekan mengunggah spot foto perkebunan di tempat cantik yang saya kira daerah itu adalah hutan.
Bencana memang memberikan sebuah pelajaran berharga. Dengan bencana ini, sudah saatnya Kota Batu menghentikan ekspansinya membangun kawasan wisata. Apa lagi sih yang mau dibangun toh sudah banyak sekali tempat wisata di kota ini? Apa mau bencana ini terulang kembali?
Masuk musim penghujan udah mulai dgr berita banjir lagi, menyedihkan. Tapi ironisnya, sumur bor dirumahku kekeringan trs mas, aku tinggal di Bekasi, jadi tiap tengah malam pak suami selalu nampung air, th kemarin aku udah memperdalam bornya, masa thn ini harus memperdalam lagi, tapi kalau tengah malam air lancar. PDAM belum masuk, ribet bgt hahhaa.
ReplyDeleteSemoga apapun musimnya, kita semua selalu diberi keselamatan dan dibebaskan dari bencana ya.
ribet ya mbak memang kalau pas lagi banjir
Deleteamin semoga saja engga ada banjir lagi
Turut berduka cita dengan musibah yang menimpa warga Kota Batu dan sekitarnya. Semoga segera membaik dan saudara-saudara kita yang tertimpa musibah diberi kesabaran
ReplyDeleteamin terimakasih semoga saja lekas pulih
DeleteKomplet. Sip.
ReplyDeleteSaya sendiri heran kenapa sampai terjadi banjir dan longsor sehingga langsung ngontak teman asal Batu, tanya kapan terakhir kali banjir. Dia bilang 20 tahun lalu.
Beberapa banjir di kawasan pegunungan, misalnya Sumowono tahun lalu, menyadarkan kita jangan terlena dengan topografi.
sekarang Batu sudah banyak yang gundul mas hutannya
Deletekalau orang luar mesti heran kok bisa ya
turut berduka dengan musibah yang terjadi mas, memang musibah bisa datang kapan saja, yang terpenting tetaplah jaga kebersihan dan memperbaiki tempat-tempat yang menyebabkan banjir :)
ReplyDeleteTurut berduka atas berita yang terjadi mas. Semoga ke depannya tidak terjadi hal yang demikian. Bumi sudah semakin tua dan oranag - orang semakin tidak peduli dengan lingkungan. Semoga bisa disegerakan main ke Malang haha
ReplyDeleteamin terima kasih mas
Deleteayo main ke Malang
Turut berdukacita atas musibah banjir bandang yang terjadi di kota batu.
ReplyDeleteSepertinya gara gara banyak pembukaan tempat wisata baru di kota batu makanya terjadi bencana alam banjir bandang ini.
Kirain aku cuma dataran rendah saja yang bisa kena banjir, kota batu yang topografinya daerah lembah juga kena ya, ngeri.
Kasian ya. Setiap musim hujan, ada saja daerah yang terkena banjir. Tapi anehnya, kok bisa ya, ada banjir yang datangnya tiba2. Mungkin ini adalah bentuk kemarahan alam kepada manusia. selamat malam, Mas Ikrom
ReplyDeletesemoga semuanya baik-baik sahaja
ReplyDeletesemoga semuanya kembali pulih.
ReplyDeletepembukaan lahan secara tidak teratur, secara besar-besaran mmg sering jadi punca banjir kilat (ini panggilannya di Malaysia)..