Ilustrasi. https://dubeat.com |
Suka atau tidak, pemberitaan mengenai SJ, salah satu artis yang baru saja bebas dari penjara akibat kasus pelecehan seksual memenuhi linimasa kita.
Inti masalah sebenarnya tidak lagi kepada apakah ia bersalah atau tidak. Hampir semua orang mengecam stasiun TV yang menayangkan artis tersebut saat disambut meriah layaknya Miss Universe. Ya, ia disambut dengan karangan bunga, dikarak dengan mobil bak terbuka, hingga dielu-elukan bak pahlawan yang akhirnya bisa merebut mahkota kontes kecantikan tersebut.
Sayangnya, mahkota yang ia rebut bukan mahkota Mikimoto yang dikenakan Catriona Gray – Miss Universe 2018. Mahkota yang ia rebut adalah mahkota kesucian dan kehormatan dari seorang korban yang sudah ia lecehkan.
Saya tidak bisa berkata-kata lagi selain makin yakin untuk tidak lagi menonton TV Indonesia dan menonton siaran TV berbahasa Indonesia. Entah berita atau apa pun, saya akan memilih siaran berbahasa Inggris, Tagalog, Mandarin, asal bukan TV Indonesia. Rasa kecewa saya sudah sampai di ubun-ubun melihat stasiun TV begitu tidak peka terhadap situasi yang terjadi. Saat mereka dengan bangga mempertontonkan sosok yang seharusnya tidak dicontoh.
Apa yang saya saksikan beberapa hari ini di TV Indonesia, semakin meneguhkan bahwa siaran TV kita sedang sakit. Bukan saja pada dugaan kasus pelecehan seksual pada lembaga penyiaran yang “amat suci” dan tak tersentuh, tetapi parade homecoming artis ini semakin meneguhkan tanda sakit itu. Tanda bahwa tak ada lagi tontonan yang benar-benar adil, aman, dan layak untuk dikonsumsi.
Saya tidak tahu apa yang ada di kepala pihak stasiun TV saat menayangkan parade homecoming dengan meriah tersebut. Demi rating kah? Demi cuan kah? Atau ada hal lain.
Yang jelas, dengan adanya siaran tersebut, maka akan timbul persepsi bahwa pelecehan seksual adalah sesuatu yang dianggap wajar. Ketika pelecehan seksual terjadi, pelaku akan mendapatkan karpet merah sedangkan sang korban akan meratapi sisa hidupnya yang merana. Sang korban tidak akan bisa bersuara dan takut karena aib mereka akan selalu dikorek dan menjadi buah bibir. Mental mereka akan jatuh bersamaan dengan pemberian kehormatan bagi pelaku pelecehan seksual.
Padahal, dulu televisi Indonesia cukup “genah” dalam memberikan porsi yang tepat bagi pelaku kekerasan seksual. Dulu, para pelaku kekerasan seksual diberitakan dengan masif dan opini publik pun kemudian mendukung korban. Apalagi, jika kekerasan dan pelecehan seksual itu telah dilakukan berkali-kali dan sang pelaku tidak kapok untuk mengulangi perbuatannya lagi.
Kesadaran untuk berlaku adil pada korban dan pelaku pelecehan seksual juga kerap dinarasikan dalam berbagai sinetron yang tayang. Pada sinetron ABG yang kini sedang saya lihat, tampak banyak adegan para tokoh yang sangat pro kepada korban kekerasan seksual. Mereka satu kata jika korban pelecehan dan kekerasan seksual tidak dibantu dan dilindungi, maka sang pelaku akan berada di atas angin.
Mereka tak akan merasa bersalah dan akan terus berusaha menutupi perbuatan mereka. Tidak hanya itu, kemungkinan besar mereka akan mencari korban baru demi memuaskan hasrat mereka. Mereka akan semakin yakin jika apa yang mereka lakukan adalah perbuatan yang wajar. Sama wajarnya dengan membeli boneka dan bermain dengannya. Tidak hanya itu, perbuatan mereka bisa saja dicontoh oleh orang lain, terutama generasi muda.
Pemberian panggung juga semakin mewajarkan jika korban pelecehan adalah laki-laki adalah hal biasa. Tentu, pemahaman ini akan sangat berbahaya lantaran tidak semua laki-laki bisa melawan ketika ia dilecehkan. Tidak semua laki-laki bisa bernai untuk speak up jika ia menjadi korban pelecehan. Ia akan memendam apa yang ia alami dan kemungkinan akan mengalami trauma yang berkepanjangan. Jika ini terjadi, maka akan sangat mengganggu kehidupannya terlebih dalam usaha membina rumah tangga.
Saya sangat mengapresiasi dengan beberapa artis yang langsung mengecam tindakan stasiun TV yang memberi panggung pada artis tersebut. Mereka bisa jadi benteng terakhir agar bisa menarik masyarakat kembali ke pemahaman yang benar. Kecaman yang diikuti oleh banyak orang ini akhirnya menjadi gelombang dahsyat yang membuat stasiun TV tersebut meminta maaf.
Nah, berbeda dengan stasiun TV Indonesia, stasiun TV di Filipina malah terus mengkampanyekan kesadaran untuk melindungi korban pelecehan seksual. Banyak serial yang berdasarkan kisah nyata terkait peristiwa tersebut. Serial tersebut juga banyak mengangkat kisah korban pelecehan seksual yang dialami oleh seorang pria. Mereka juga kerap mengangkat bahwa pelaku pelecehan seksual bisa saja berasal dari background pekerjaan yang dianggap mulia. Seperti guru, polisi, dokter, dan lain sebagainya.
Berbagai serial tersebut semakin meneguhkan bahwa siapa pun yang menjadi pelaku pelecehan seksual harus dihukum berat. Nama baik akan segera rusak dan berbagai hukuman, entah pidana maupun sosial akan menanti.
Penggambaran mengenai dampak yang ditimbulkan juga ditayangkan dengan nyata. Meski diselingi dengan adegan yang cukup hot dan tak akan mungkin tayang di sini, menurut saya itu jauh lebih baik. Paling tidak, masyarakat bisa tahu bagaimana mereka memperdaya korbannya hingga sang korban merasa hidupnnya gagal. Di akhir cerita pun juga diselingi informasi mengenai pencegahan agar kasus tersebut tak terjadi dan pasal-pasal hukum yang bisa menjerat.
Apakah informasi semacam ini ada pada tayangan TV Indonesia? Tenru saja tidak karena yang mereka kejar adalah rating dan rating. Mereka tidak sadar ketika mereka mengejar rating mereka sedang menyuguhkan sampah.
tv indonesia udah sampai tahap yg mengkhawatirkan... bukan kualitas yg turun tp udah minus...
ReplyDeletebener mas minus kuadrat ya..
DeleteAku nonton juga, dan sempat heran. Bukannya ia pernah bermasalah...kenapa malah dielu2kan. Kayak nggak dibikin efek jera gitu yaa..
ReplyDeleteTak pikir SJ ini begitu dipenjara, terus karir keartisannya meredup...nggak laku lagi di dunia hiburan...eh, ternyata tetep masih punya fans, trus mbikin konten juga...
Heran aku.
iya mbak aneh banget ya malah diberi panggung
Deletedan tetep konten nomor satu
Uhhhh. Kesell emang Mas.. aku yg cuma baca via internet rasanya "Ya Allah. Kok bisa2nya gitu..." parahh sih..
ReplyDeleteItu kn yg ngarak dnger2 dpet uit berapa puluh ribu gtu. Yailahh.. 🤔🙄
Makanya skrang Antena nggk aku bnerin. Mending youtube dehh.. atau film2 lain..
wah malah dapat duit pantesan aja rame ya mas
Deleteiya mending YT aja atau netflix jauh lebih baik
Sudah benar pilihan saya tidak menonton TV sejak 5 tahun lalu. Haha. Tapi saya pasti tahu berita semacam itu dari media sosial. Sudah malas menanggapi, mending menganggap dia enggak ada aja.
ReplyDeleteKadang yang lucu, beberapa teman aktris atau aktor itu malah belain si pelaku, ya. Saya paham enggak boleh menghakimi masa lalu seseorang, tapi kan kehadiran dia di layar kaca bisa memicu trauma si korban. Ada-ada aja memang~