Foto ketika kuliah |
Ketika mengakses Facebook, saya sering sekali mendapatkan memori lama atau kenangan dari foto yang sudah saya unggah bertahun-tahun sebelumnya.
Entah setahun lalu, dua tahun lalu, atau bahkan 12 tahun lalu. Kebetulan, saya memiliki akun FB sejak 2008. Tepatnya, ketika jejaring sosial My space dan Friendster tak lagi banyak diakses. Booming Facebok yang terjadi pada era 2010an membuat banyak sekali foto yang saya unggah.
Kenangan Foto Lama
Jejak hidup saya mulai sekolah, kuliah, hingga kerja pun dengan teratur terunggah sesuai linimasa. Satu per satu teman pun bergantian mengisi foto saya. Kadang, jika pada suatu tanggal memori saya tiap tahun menampilkan foto lama, maka saya pun bisa mengamati perbedaan yang cukup mencolok. Baik dari diri saya maupun teman-teman saya.
Perbedaan yang paling utama tentu saja ukuran tubuh saya yang semakin melar. Saya yang begitu kurus saat SMA dan kuliah mengalami kenaikan berat badan yang cukup drastis saat bekerja. Alasan mendapatkan penghasilan dan kerap melampiaskan stress dalam bentuk makanan adalah alasan utama. Namun rupanya, perbedaan mencolok tidak hanya pada berat badan saya yang mengalami kenaikan.
Saya melihat tawa saya tak bisa lepas dalam foto-foto yang saya unggah ketika sudah bekerja. Bahkan, saat saya mengunggah foto liburan, rasanya raut muka saya terlihat capai menanggung beban hidup yang tiada akhir. Mata saya tampak sayu meski tetap berusaha menyunggingkan senyum pada kamera.
Tipe Senyum yang Menipu
Padahal, ketika saya sekolah dan kuliah, saya mendapat julukan si ketawa karena suka sekali tertawa akan hal lucu. Ekspresi senyum dan tawa yang saya keluarkan begitu lebar, lepas, dan tak dibuat-buat. Menurut Duchene de Boulogne, Bapak Elektroterapi, ada tipe senyum yang memang tulus dan tak terkesan dibuat.
Baca juga: Alasan Orang Menjadi Pribadi Altruis dan Psikopat Dilihat dari Otaknya
Senyum yang tulus adalah senyum yang lebar dan terlihat intens atau kontinyu. Jika ada beberapa potret yang diambil dalam waktu yang bedekatan, tak banyak perubahan posisi gerak bibir, dagu, pipi, dan alis ketika sedang tersenyum.
Masih menurut Duchene, ketika suatu senyuman terlihat tulus, maka hanya ada dua otot besar bekerja yang berada di pipi yang disebut otot zigmatik dan otot yang mengelilingi mata atau disebut otot orbicularis oculi. Gerakan dua otot senyum yang bergerak ini akan menginisiasi pergerakan 26 otot wajah lain.
Beberapa peneliti mempelajari anatomi wajah senyum tulus dan palsu. - Dok Istimewa |
Berkebalikan dengan senyum tulus dan menghasilkan tawa lepas saat sekolah atau kuliah, senyum kebohongan yang saya buat ketika bekerja bisa cukup jelas terlihat perbedaanya. Perbedaan ini berdasarkan literasi dari beberapa psikolog yang telah meneliti berbagai senyum palsu atau tak tulus tersebut.
Mata Menyipit, Kunci Senyum Tulus
Kunci untuk membedakan antara senyum tulus dan tak tulus adalah pada bagian mata. Ya, saya bisa melihat mata saya yang tak menyipit. Padahal, mata yang menyipit adalah salah satu tanda senyum tulus terlebih saat bisa melahirkan tawa lepas.
Mata yang teramati dari foto senyuman saya yang bekerja melahirkan bentuk kaki gagak. Berupa kerutan yang khas menyerupai kaki gagak di bagian ujung mata. Senyum ini biasanya akan keluar saat harus memasang wajah bahagia padahal di dalam hati sedang kalut, cemas, atau perasaan tidak enak lain.
Beberapa foto di tempat kerja cukup jelas memperlihatkan saat saya tersenyum memaksa semacam ini. Salah satunya adalah ketika momen foto bersama Kepala Sekolah dan para guru lainnya di lapangan upcara. Ekspresi wajah saya tampak jelas jika sedang memperlihatkan fake smile.
Senyum palsu itu saya buat lantaran saat kondisi cuaca yang amat panas, saya harus tetap berfoto demi pembuatan kalender sekolah. Di saat yang sama, kelas saya sedang berlangsung, murid-murid saya -- dan murid kelas lainnya -- banyak yang keluar karena pelajaran sedang berlangsung. Meski hanya beberapa menit, tentu saja mengelurkan senyum di dalam tekanan tidaklah mudah.
Baca juga: Mengapa Banyak Sekali Cermin di Mall?
Senyum palsu yang tergambar dalam foto tersebut jauh berbeda saat saya melakukan wisuda bersama teman-teman kuliah atau sedang menunggu jam kosong kuliah. Tak ada beban lain yang timbul saat itu yang ada hanyalah kebahagiaan merekam momen bersama teman sembari mengisi waktu. Tak ada kerutan kaki gagak dan terlihat mata saya yang mulai menyipit.
Perbedaan senyum tulus dan senyum palsu ini memang tidak bisa dijadikan patokan langsung dalam mengidentifikasi foto lama yang kerap saya unggah. Yang pasti, dari perbedaan jenis senyum yang teramati tersebut, saya hanya bisa menyimpulkan bahwa beban hidup ketika sekolah atau kuliah tidaklah sebesar saat bekerja.
Saya hanya berfokus pada belajar dan mengumpulkan tugas. Meskipun belum mendapat uang dan penghasilan, nyatanya saya bahagia ketika bertemu rekan dan berfoto bersama.
Banyak Senyum Palsu Terlukis saat Bekerja
Kondisi tersebut bekebalikan saat bekerja. Ada banyak sekali beban, entah dari pekerjaan, keluarga, atau lingkungan sekitar yang membuat senyuman dan tawa jarang sekali bisa muncul. Terlebih, kerutan dalam wajah semakin banyak sehingga fake smile kerap terekam dalam foto bersama.
Fake smile saat foto bersama |
Beban tersebut kadang berhasil sekali tertutupi oleh fake smile yang terlihat dalam foto. Saya punya teman yang pernah berniat untuk bunuh diri dan masih menyunggingkan fake smile ketika berfoto bersama di sebuah kafe.
Kami tidak menyadari bahwa saat berada bersama di kafe tersebut, sebenarnya ia tengah menyimpang beban pikiran yang amat berat. Satu orang rekan hanya merasa ia sedang tidak baik-baik saja ketika saat berbicara, ia menatap gelas di depan kami dengan kosong dan memainkan kunci motor.
Foto seseorang yang sedang depresi, terjepret seminggu sebelum ia bunuh diri. Bisa menemukan sebuah kejanggalan? https://brightside.me |
Namun, saat akan berfoto dan kami bercanda ia tertawa. Saya tidak menyadari bahwa ia sedang menyimpan masalah yang cukup pelik terkait pernikahannya yang di ujung tanduk. Barulah, saat saya melihat foto bersama rekan -- yang semuanya pria -- di kafe tersebut, saya baru menyadari matanya yang tak menyipit dan kerutan kaki gagak yang terlihat di ujung mata. Matanya pun terlihat seperti baru saja menangis yang ia sembunyikan dengan memakai kacamata gelap hampir sepanjang pertemuan tersebut.
Pria berkacamata hitam tersenyum beberapa hari sebelum kematiannya akibat bunuh diri. Kacama hitam sering menjadi tameng untuk menunjukkan fake smile saat depresi. - Dok istimewa |
Untung saja, niatan bunuh diri itu tak sampai dilakukannya karena ada beberapa saudara dan temannya yang berhasil menenangkannya. Sejak saat itu, saya mulai tertarik mengamati kemungkinan senyum tulus dan senyum palsu dalam berbagai kesempatan. Dan suka atau tidak, sepanjang pandemi, saya belum menemukan senyum dalam foto diri yang benar-benar lepas dan tulus dalam foto yang saya unggah.
Apakah Anda menyadarinya juga?
Oh...malah baru tahu. Ternyata keliatan ya, mana yang senyum palsu atau senyum karena harus senyum.
ReplyDeleteKlo aku tu tipikal yang nggak bisa klo harus bersikap "lamis". Klo memang lagi badmood ya tetep keliatan dr wajahnya.. ha..ha.. muka jutek😀
No peres peres club ya mbak heheh
Deletekadang aku juga gitu klo beneran engga mood
Bertambahnya beban dan tanggung jawab dalam bekerja serta semakin banyaknya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi, membuat senyum menjadi menyempit. :D
ReplyDeleteTapi jangan sampailah kita lupa untuk bahagia.
benar jangan lupa bahagia..
DeleteNggak tau ya kalau fotonya para lelaki, tapi kalau foto perempuan, apalagi selfie, believe me, banyakan sih fake wakakakak.
ReplyDeleteKalau menurut saya, kalau mau tau, mana yang beneran fake atau enggak dari sebuah foto adalah, cari di foto candid, itu paling mudah diliat sih, karena kadang, pas lagi happy, kalau disuruh foto bareng-bareng dan fotonya lama, jadinya tegang juga hahaha.
Tapi apapun itu, semoga kita bisa lebih peka terhadap orang-orang di sekitar kita, dan lebih peduli akan beban mental seseorang.
Zaman sekarang kan, orang akan berbondong-bondong peduli, kalau orang depresi udah bunuh diri, sementara ketika dia melawan depresi, dengan melakukan sesuatu, di mata orang awam tuh dia lebay.
Sedih sih ya, karena kalau udah mati, ya kagak ada gunanya lagi kita peduli kan ye.
Apalagi kematian orang yang bunuh diri karena depresi itu, sama sekali nggak bikin kita bisa lebih peka terhadap orang-orang depresi :(
nah iya foto candid juga bisa jadi salah satu patokan
Deletekeliatan fake sama engganya
bnere mbak kalau udah mati ya udah oercuma
makanya lebih aware pas dia hidup sangat penting
Aku jadi inget, pas masih kerja di bank yg trakhir, aku punya nasabah bule, yg biasanya selalu aku yg serve dia. Orangnya suka ngobrol tiap DTG ke bank. Tapi pernah suatu hari, aku memang lagi ada masalah, tapi mau gimanapun, senyum ttp harus terpasang pas udh di kantor, apalagi tugasku melayani semua nasabah. Nah nasabah bule ini, Krn punya kebiasaan ngajakin ngobrol, aku ladenin juga obrolannya. Tapi dia nyeletuk waktu itu, katanya, dia tau aku sedang ada masalah, dan ga fokus bicara dengan dia. Katanya walo aku senyum dan ketawa saat bicara, tapi mataku ga tersenyum :D.
ReplyDeleteAwalnya sempet bingung , mata tersenyum itu gimana. Tapi lama2 paham sih, setelah praktekin sendiri depan kaca :). Sejak itu aku latihan utk ttp bisa senyum tidak hanya di bibir, tapi juga mata, Krn nasabah ga akan mau tau kita sedang ada masalah ATO ga saat meladeni mereka :D.
Tapi aku ngalamin juga , saat berfoto dengan rekan kerja ga selepas kalo dgn temen sekolah. Mungkin Krn temen kerja itu sbnrnya saingan sih, bukan beneran temen hahahaha . Jadi senyum terpasang banyakan fake
wah pernah pengalama juga mbak memang engga bisa bohong ya mata itu
Deleteiya saingan tapi kita engga merasa kadang cuma mereka aja yang nganggap gitu jadi males kan akhirnya senyumnya fake hehe
Ternyata ada risetnya, saya bahkan kalau pake masker, kadang bibirnya senyum dikit aja, tapi matanya sipit wkwkwkw..
ReplyDeletekadang buat negor gitu, soalnya kalo pake masker yang keliatan cuma mata kan yah
bisa kok bang dari masker keliatan fake apa engga
Deletemaat kadang gak bisa dibohongin, kadang dari mata jelas terlihat kondisi orang sedang bagaimana
ReplyDeletebenar mata engga bisa bohong ya bu
DeleteMenarik artikelnya, dunia memang panggung sandiwara. Nikmatilah hidup, bercengkerama bersama keluarga, bernostalgia bersama teman lama dan nongkrong sambil ngopi. Memang sikap peka dan peduli perlu untuk membaca situasi hati teman atau lawan bicara. Menjadi teman bicara saja, banyak yang merasa senang dan mengurangi masalah hidup. Salam sehat dan selamat beraktifitas.
ReplyDeletedibawa enjoy aja ya Pak..
Delete