Salah satu gerai Giant yang tak lagi memajang barang akibat akan tutup total |
Dua nasib berbeda dialami oleh dua hypermarket, Giant dan Superindo.
Di saat Superindo masih eksis melayani para pembelinya, nasib berbeda dialami oleh Giant. Satu per satu gerai Giant pun tutup. Gerai yang sudah lama melayani para pembeli itu pun akhirnya harus menyudahi eksistensinya di dunia bisnis. Giant pun, sang raksasa hypermarket ambruk.
Terbaru, ada dua dua buah Giant di Malang yang mengobral barang besar-besaran lantaran tidak lagi mengambil stok. Barang pun diobral dari 10 hingga 90 persen tergantung jenis barang. Rak-rak yang biasanya penuh terisi oleh berbagai barang kebutuhan pokok mulai kosong. Ibarat kata, Giant sedang menuju napas terakhirnya.
Ambruknya Giant pada tahun ini merupakan lanjutan dari penutupan gerai besar-besaran pada tahun 2019. Kala itu, ada dua gerai besar Giant di Malang yang tutup, yakni di Sawojajar dan Kacuk. Padahal, dua gerai Giant tersebut bisa dikatakan menjadi salah satu semi pusat perbelanjaan di pinggir kota. Tak hanya ada gerai Giant, di sana pun banyak permainan anak-anak, pijat refleksi, restoran cepat saji, hingga food court. Kedua bangunan gerai tersebut pun terbengkalai cukup lama sebelum digunakan sebagai toko bangunan.
Kini, ada dua gerai Giant yang kembali tutup di Malang yakni gerai di Pulosari dan gerai di Mall Olympic Garden. Penutupan dua gerai ini bagi saya amat mengejutkan karena sebelumnya keduanya merupakan jujugan bagi masyarakat yang memenuhi kebutuhan pokok.
Berbalik dengan Giant, gerai Superindo pun tumbuh bak cendawan di musim hujan. Malah, saya baru tahu ada 3 gerai Superindo yang baru di Malang. Ketiga gerai tersebut pun juga lumayan ramai dikunjungi oleh pembeli setiap hari. Bahkan tak jarang, ketika hari Minggu,kasir gerai tersebtu dijejali oleh pembeli yang antre dengan barang belanjaannya masing-masing.
Lalu, apa yang menyebabkan dua hypermarket tersebut bisa berbanding terbalik? Kali ini, sebagai salah satu masyarakat yang sering berbelanja di dua gerai itu, ada beberapa hal yang mendasarinya. Ini hanya pendapat pribadi bisa saja tidak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh ahli ekonomi.
Pertama tentu saja masalah harga. Bagi saya, harga barang di Superindo –meski tidak semuanya – jauh lebih murah dibandingkan Giant. Barang kebutuhan pokok seperti telur, gula, beras, minyak goreng, dan lain sebagainya seringkali diobral.
Superindo memiliki jadwal mengobral barang kebutuhan pokok yang menurut saya cukup terjadwal. Misalkan minggu ini minyak goreng, minggu depan telur, dan lain sebagainya. Jadi, saya bisa sering datang ke Superindo demi membeli barang kebutuhan pokok yang sedang ada jadwal obral.
Sayuran yang tertata di salah satu gerai Superindo |
Beberapa hari yang lalu, saya mendapat telur dengan harga sekitar 19 ribu rupiah per kg. Padahal di toko lain harganya bisa mencapai 23 ribu rupiah. Meski harus memilih satu per satu telur karena ada yang retak, tetapi telur yang saya beli kualitasnya masih bagus. Kata ibu saya kualitasnya sama dengan kualitas toko meski harganya jauh lebih murah. Demikian pula minyak goreng yang bagi saya cukup banyak diskonnya.
Hal berbeda saya alami ketika berbelanja di Giant. Memang, sekitar tahun 2018-2019, Giant cukup ekspansif dalam memberikan diskon. Malah, dulu saya pernah bolak-balik membeli minyak goreng karena harganya yang murah. Sayang, sejak awal 2019, Giant sepertinya jarang memberikan diskon dan harga barang di sana pun bagi saya tidak semurah di Superindo.
Kedua, masalah aksesbilitas layanan. Bagi masyarakat biasa, berbelanja kebutuhan pokok adalah alasan mereka pergi ke hypermarket. Saya sendiri paling beli minyak goreng, susu, dan lain sebagainya. Jika saya membeli kebutuhan lain semisal peralatan dapur atau peralatan rumah tangga lain, saya lebih memilih membeli di toko lain.
Nah, bagi saya meski Giant awalnya cukup lengkap menyediakan segala jenis barang, tetapi saya cukup kesulitan ketika mencari bahan kebutuhan pokok. Mau mencari minyak goreng atau sabun saya harus putar-putar dulu ke bagian elektronik. Inilah salah satu alasan saya lebih memilih Superindo.
Saya bisa langsung njujug – menuju langsung – ke bagian barang yang akan saya beli. Kalau saya ingin membeli sabun saya tak perlu berputar-putar lagi. Dengan demikian, sebagai konsumen, saya merasa cukup efisien menggunakan waktu berbelanja. Superindo memang tidak banyak menjual kebutuhan rumah tangga. Mereka lebih banyak menjual kebutuhan pokok yang benar-benar dicari oleh masyarakat.
Ketiga, menjadi member Superindo memberikan saya banyak kemudahan. Ini yang tidak saya dapatkan ketika berbelanja menjadi Giant. Entah mereka mengadakan semacam member atau tidak yang jelas saya tidak pernah ditawari menjadi member Giant. Saya biasanya hanya ditawari kalau ingin mengumpulkan kupon.
Ketika menjadi member Superindo, ada banyak diskon yang bisa saya dapatkan. Saya pun bisa menyusun jadwal berbelanja ketika jadwal diskon sudah tertera. Oh minggu ini ada diskon telur maka saya berbelanja telur. Minggu depan ada diskon minyak goreng maka saya berbelanja minyak goreng. Saya sering menggunakan diskon member untuk membeli produk sampo atau sabun yang kerap muncul.
Keempat, masalah layanan kepada konsumen. Meski pramuniaga Giant bagi saya baik, tetapi pramuniaga Superindo bagi saya memilki kelebihan. Tak lain, mereka kerap memastikan pelanggan nyaman membawa barang belanjaan. Opsi menggunakan kantong plastik, kadrus, atau kantung belanjaan juga mereka berikan.
Ketika saya memilih kardus misalnya, mereka tak segan memastikan seluruh barang belanjaan saya sudah terkemas rapi. Mereka bertanya apakah saya bawa mobil atau motor. Ketika saya menjawab membawa motor, mereka langsung menggandakan isolasi yang digunakan untuk membungkus barang belanjaan saya. Layanan ini sayangnya tidak saya dapatkan ketika berbelanja di Giant.
Terakhir, gerai Superindo banyak berdiri di sekitar perumahan. Ini berbanding terbalik dengan gerai Giant yang kebanyakan berada di sekitar pusat perbelanjaan atau bahkan berada di dalam pusat perbelanjaan. Bagi saya lokasi ini amat penting karena sewaktu-waktu masyarakat butuh barang dan mereka pasti memilih gerai yang dekat dengan mereka. Maka, berbelanja di Superindo adalah pilihan yang sering dilakukan.
Lima analisis tadi bisa jadi salah karena semuanya hanya pendapat saya pribadi. Namun, saya juga sangat menyayangkan ambruknya Giant yang sudah saya kenal sejak kuliah dulu. Saya masih ingat produk khas Giant seperti ayam goreng, pizza, roti, dan lain sebagainya yang bagi saya kualitasnya juga enak. Ketika berkeliling kota, seringkali gerai Giant adalah gerai yang saya jujug ketika berbelanja karena saat itu tak ada gerai lain. Semoga saja, jika penutupan gerai ini dilakukan untuk penataan, saya berharap Giant bisa memperbaiki diri sehingga kembali menjadi jujugan masyarakat dalam berbelanja.
Lantas, bagaimana dengan Anda? Mengapa menurut Anda gerai Giant banyak yang tutup? Atau ada preferensi berbelanja lain? Cerita yuk!
Sayang di kota saya (Pekanbaru) ga ada Superindo.. Solutif sekali pelayanannya samlai mau dikardusin dll gitu.. Ga pernah nemu hypermarmet yang begituan saya :))
ReplyDeleteTapi di Pekanbaru, Giant masih anteng-anteng aja dan belum ada gerai yang tutup, kecuali 1 Giant Express yang lokasinya di antah berantah (wajar sekali tutup).
iya ckup solutif makanya banyak yang berbelanja
Deleteklo antah berantah ya sulit diakses ya mas
Aku terbilang jarang banget ke giant atau superindo mas, paling sering Lotte atau hypermart sekalian, yg deket sama kantor hahaha.
ReplyDeleteTp beberapa kali ke giant harganya menurut aku agak mahal, hahaha
lotte aku kadang kalau pas di YK masih murahan superindo menurutku mbak hehe
DeleteKalau menurut saya sih karena Giant "terlalu besar". Kebanyakan ruang mereka besar sekali sehingga ongkos operasionalnya menjadi besar juga. Hal ini berimbas pada biaya yang dibebankan dalam harga jual.
ReplyDeleteKetika pandemi datang, penghasilan menyusut dan penjualan menurun, pada akhirnya biaya operasional menjadi besar sekali (karena tetap harus dibayar) dan sulit ditutup.
Berat pastinya.
Semakin besar ukuran ruang, semakin besar biaya yang dikeluarkan. Superindo bisa bertahan karena konsepnya sederhana dan lebih kecil. Mereka menjadi tahan banting dan secara keseluruhan biaya operasional lebih kecil.
Itu menurut saya sih. Tau salah benernya mah
iya Pak terlalu besar dan banyak yang dijual
Deletetapi bahan pokoknya jadi engga begitu jadi prioritas
kalau terlalu besar ya operasionalnya jadi besar ya Pak
Pemikiran Kak Anton ada benarnya. Mengingat supermarket Giant dan Superindo yang terdekat dari rumahku, konsepnya persis seperti yang Kak Anton katakan.
ReplyDeleteAku nggak perhatikan ternyata Giant banyak yang mulai tutup, aku pikir mereka tidak ada terlalu goyang karena pandemi 😂
Tapi setuju sih, banyak kebutuhan pokok di Superindo yang sering diskon besar sedangkan di Giant udah jarang ada diskon. Dan aku sendiri agak malas ke Giant karena harus muter-muter dulu untuk bisa ke supermarketnya dibanding ke Superindo atau supermarket lain yang nggak perlu muter-muter langsung sampai ke dalam supermarket.
iya banyak diskonan ya mbak jadi suka berbelanja di sana
DeleteKasihan banget si kalah persaingan dengan Superindo. Terakhir, aku memang pernah melihat bangunan hypermarket Giant yang bener-bener sepi waktu masih di Jakarta sebelum pandemi. Tapi gak pernah tahu penyebabnya karena aku asli Padang. Ya kita tau di Padang gak ada hypermarket kayak Giant gitu.
ReplyDeleteAnalisisnya bagus bang. Tapi menurut bang ikrom bisa gak sih hypermarket Giant bisa bangkit lagi? apa mungkin Giant dan Superindo bisa berkolaborasi supaya Giant bisa bangkit dan Superindo juga mendapatkan profit yang bagus?
wah di Padang adanya apa ya mas yang rame
Deletebisa jadi karena kalau baca dari berita giant ini lagi siap siap buat konsep baru
sebagai aremanita #ciee, aku yang pernah stay di Malang cukup lama, perbelanjaan Hero di Pulosari udah jadi langganan aku, dulu seneng banget kalau tiap belanja kesana.
ReplyDeleteoia baidewei Mas ikrom, Hero dulu yang di pulosari apa ganti nama jadi Giant itu ta? soalnya pas terakhir lewat kawi atas, namanya bukan Hero lagi
dulu pas awal awal Giant udah mulai sepi, karena di Jember sini juga ada, ada berita kalau mau ditutup ceritanya, tapi sampe sekarang masih bertahan, tapi entah kalau yang terjadi di internalnya ada pengurangan karyawan.
wah salam satu jiwa mbak
Deletehero ganti giant sama yang di sawojajar juga
tapi dua duanya sekarang tutup
yang baru mau tutup yang di pulosari padahal rame lo ya liatnya
soalnya ada Superindo mbak deket dari situ di Raya Langsep
oh di Jember masih rame ya Giantnya
Belum pernah ke Superindo, karena memang satu-satunya hypermarket disini cuma Giant. wkwkwk
ReplyDeletedan untuk urusan harga, aku sepakat sama kak Ursula. Kenapa lebih mahal ya lebih murahan di IndoApril, atau mungkin ini karena belanjaku kurang jauh aja. ha ha ha
wah engga ada superindo ya
Deletedi daerah mana tuh mbak?
Di Bali nggak ada Giant mas, Superindo juga nggak ada sepertinya, nggak pernah lihat. Jadi orang-orang kalau belanja kebutuhan, carinya di Lotte, Carefour atau Hypermart. Plus beberapa supermarket kecil seperti Pepito dan Primo hehehe 😁
ReplyDeleteCuma uniknya di Bali, justru yang terkenal adalah Tiara Dewata, ini supermarket lokal sudah ada dari jaman supermarket dengan cabang di mana-mana itu pada buka. Sampai sekarang, Tiara Dewata masih bertahan dan tetap jadi favorit banyak orang. Padahal supermarketnya sudah jaduuuuul bingits, mungkin karena harganya murah 😁
Ohya, supermarket di Bali itu sering jadi salah satu rute travel bus, jadi banyak driver bawa turis ke supermarket untuk belanja snacks, etc 😂 Duh jaman sebelum Corona, biasanya diparkiran bisa penuh mobil-mobil travel yang isinya turis China, Jepang, Malaysia, dan banyak negara lainnya. However sekarang, supermarket juga jadi salah satu yang terdampak Corona, karena penurunan drastis luar biasa ~
Eniho, supermarket Hero justru sudah nggak kedengaran ya, mas. Dulu padahal sering dengar namanya, karena cabangnya cukup banyak. Apa mengalami kejatuhan? 😲
dua hypermart ini kayaknya di Jawa aja yang banya mbak
Deletekalau hypermart dan lotte juga ada
kalau pepito engga ada ditempatku
oh tiara dewata aku pernah beli pas ke DPS dulu
lumayan lengkap si
huum udah kayak jadi mutualan sama travel ya
dan memang dampak coroces ini warbiasa termasuk di supermarket juga
Hero itu jadi Giant mbak nah sekarang malah pada tutup
yang punya Giant ya yang punya Hero kalau engga salah
Waahhh saya pecinta dan langganan Giant, dulunya Carefour, tapi setelah tutup kartu member, harganya jadi kerasa mihil.
ReplyDeleteKebetulan yang dekat rumah memang giant, jadi lebih sering ke Giant, cuman memang harganya unda undi ya bahasanya?
Ada yang mahal, ada yang murah kalau lagi diskon.
Kalau masalah kudu keliling dulu, saya sering belanja di satu Giant, jadi hafal semua letak barangnya, ini ngaruh banget biar nggak keliling ga jelas dan malah lapar mata :D
Kalau super indo yang saya suka buahnya lebih murmer sih :D
iya Giant masih banyak do Siodarjo surabaya ya mbak
Deletekalau saya agak jauh malahan giant
iya si harga buah di superindo memang murah
tapi kadang harga di Giant juga murah klo pas lagi diskonan
Sebetulnya, yang harus dicari tahu adalah mengapa Superindo bisa memberikan harga yang murah. Saya bukan ahli ekonomi ya, jadi ini kira-kira aja. Giant itu model bisnis jaman dulu yang modalnya besar. Superindo modalnya lebih kecil karena bebannya dibagi dengan investor (waralaba), jadi bisa lebih fokus di bisnis. Kalau soal harga sih, jujur saya bisa dapat lebih murah kalau langganan toko online, makanya saya jarang belanja di supermarket besar.
ReplyDeletenah itu saya belum nemu artikelnya mbak
Deletepenasaran juga karena superindo ini sebenarnya enggga sebesar Giant tapi fokus gitu
makanya barang kebutuhan pokoknya banyak dan murah
di tempat saya jarang yang onlen jadi ya mau engga mau datang ke supermarketnya