Meskipun beberapa kali tampil di depan umum, bagi saya kemampuan public speaking saya masih perlu diasah lagi |
Sebagian besar orang akan senang membanggakan kelebihan mereka.
Entah menguasai di suatu bidang atau kelebihan lain yang membuat mereka percaya diri. Kelebihan yang dimiliki seakan sebuah anugerah yang bisa digunakan untuk bertahan hidup. Sementara, media sosial menempatkan diri sebagai panggung untuk menunjukkan kelebihan mereka. Tak jarang, media sosial menjadikan potret paripurna dari seseorang. Terlebih, jika ia adalah seseorang dengan pengikut yang cukup banyak. Rasanya, tak ada kelemahan yang bisa dimiliki oleh seseorang tersebut.
Padahal, jika ditelisik lebih dalam, diantara kelebihan yang dipertontonkan, ada kelemahan yang disimpan rapat. Tidak boleh diketahui oleh banyak orang. Sayangnya, persepsi untuk mempertunjukkan kelebihan dan menutup rapat kelemahan menjadi sebuah hal yang umum dilakukan.
Tidak boleh ada kelemahan yang bisa terkuak. Yang ada hanyalah kelebihan yang harus terus dipupuk. Walau ini terlihat bagus, nyatanya bisa menjadi bumerang sendiri. Alasannya, kelemahan akan berjalan beriringan dengan kelebihan. Ia akan tetap ada selama kita hidup meskipun kita rapat menyembunyikannya. Ia akan menjadi bom waktu jika kita kita tidak memenejnya dengan baik dan bukan menyimpannya rapat.
Contohnya saya sendiri yang memiliki kelebihan cepat dalam menyerap informasi dan menuliskannya kembali. Kelebihan yang saya miliki tidak berbanding lurus dengan kemampuan untuk menyampaikannya secara lisan. Perlu waktu lama agar orang-orang bisa memahami apa yang saya ucapkan. Terutama, dalam sebuah forum.
Kelemahan ini menjadi semakin nyata ketika saya belum bisa menjelaskan apa yang saya miliki secara langsung. Menata kalimat demi kalimat sungguh sulit. Tak semudah ketika menuliskannya dalam sebuah tulisan.
Nah dengan menyadari kelemahan ini, saya bisa banyak belajar dari mereka yang sudah memiliki kelebihan tersebut. Para vlogger misalnya. Mereka memang hanya terlihat cuap-cuap saja di kamera. Akan tetapi, itu butuh perjuangan yang tak mudah dan hingga kini saya pelajari.
Kelemahan ini tak lepas berkaitan dengan profesi saya sebagai guru, terutama guru SD. Saya terbiasa menerangkan dengan perlahan dan berulang. Bisa dikatakan, saya terbiasa dengan pedagogik alias ilmu yang mengajar anak-anak.
Sementara, jika saya berhadapan dengan orang dewasa dan berbicara di depan mereka, kadang kemampuan pedagogik yang saya miliki masih terbawa. Jadinya, saya secara tak sadar berbicara seperti saat menerangkan di depan anak SD. Padahal, yang saya terangkan ya orang-orang dewasa. Kemampuan andragogik – menerangkan sesuatu kepada orang dewasa – belum bisa saya miliki dengan baik.
Meski demikian, kemampuan ini terus saya asah karena saya berhubungan dengan banyak orang terutama wali murid. Tidak lucu juga kan menerangkan sesuatu pada mereka seperti saat menerangkan kepada putra-putri mereka.
Ketika mengajar di sekolah dulu, saya biasanya meminta pendapat dari guru senior terkait hal ini. Mereka yang sudah terlatih berbicara di depan wali murid selama bertahun-tahun sering memberi saya wejangan apa saja yang bisa saya sampaikan di depan wali murid pada momen tertentu. Semisal, saat pembagian rapor.
Dengan kelemahan yang saya miliki, saya bisa belajar untuk mengemukakan pendapat tanpa banyak polemik yang muncul. Alasannya, dengan berbagai tipe wali murid pasti ada banyak pendapat ketika sekolah akan mengadakan suatu kegiatan. Saya juga belajar banyak untuk bisa menjembatani berbagai saran yang ada. Lantaran, saran dari orang dewasa tentu harus dipertimbangkan.
Banyak ilmu komunikasi yang saya dapat ketika harus berhadapan dengan para guru atau wali murid saat rapat atau pertemuan tertentu. |
Jadi, kelemahan yang kita miliki sebenarnya menjadi sebuah
kelebihan jika kita bisa dan mau untuk belajar. Kalau saya tidak belajar dari
guru senior, saya tidak akan mungkin tampil di depan publik saat ada acara
blogger. Atau, membuat vlog yang isinya paparan dari saya sendiri. Saya akan tetap
nyaman dengan kelebihan menulis tanpa banyak perkembangan yang berarti.
Untuk itulah, jika ada kesempatan, rasanya saya ingin belajar kembali public speaking. Belajar bisa berbicara dengan asyik di depan umum sama asyiknya ketika saya menulis. Bukan saja lantaran saya sering melihat kelas public speaking para pelaku pageant, akan tetapi ada dorongan dari dalam untuk lebih maju dan berani mengungkapkan apa yang kita pikirkan.
Kelemahan selanjutnya yang kini saya kejar adalah dalam hal fotografi. Saya memang tidak bisa atau belum menguasai bidang ini. Terlebih, saya memiliki cacat mata miopi dan astigmatisme. Cacat mata yang membuat saya juga tak bisa memotret dengan baik. Namun, ini juga bukan alasan untuk memperbaiki diri. Perlahan, saya belajar cara memotret dan menyunting foto yang benar.
Kemampuan fotografi saya juga masih perlu diasah |
Sesekali, saya melihat beberapa orang yang sedang live mengajarkan cara memotret dengan benar. Untuk ikut kelas fotografi, saya masih melihat jadwal dan kondisi pandemi karena saya akan lebih bisa leluasa jika praktik secara langsung. Sementara ini, jika ada waktu luang, saya meminta bantuan rekan yang kebetulan memiliki hobi fotografi.
Nah, itulah arti kelemahan dalam hidup yang saya miliki. Semua
memang tergantung kita, apakah menutupi kelemahan kita, atau berproses
memperbaikinya. Bagi saya, kelemahan adalah teman terbaik yang saya miliki. Dan, saya yakin dengan ketekutan dan kerja keras serta doa, dua kelemahan tersebut akan menjadi teman terbaik saya sampai kapan pun.
Gaya bahasa yang berbeda dari Mas Ikrom yang biasa. Kesannya lebih serius dan menyentuh loh Mas...
ReplyDeleteBenar banget bahwa medsos adalah ajang untuk memamerkan "Ksempurnaan" dan kadang membuat kita lupa akan "kelemahan kita". Bahkan, kadang kita berusaha menutupi dan bukannya memperbaiki
Cool !!! Enak dibaca mas...
wkwkwwk bisa aja Pak
Deleteiya benar sekali Pak memang sekarang medsos jadi tempat kesempurnaan
meski engga semua juga
Tulisannya ringan dan bagus pak guru, tapi bagi saya medsos itu bukan untuk pamer kesempurnaan justru sekarang itu Mensos kebanyakan buat membulying dan kadang juga buat menipu orang sana sini
ReplyDeleteyah itu juga sih mbak terutama kalau engga sependapat
Deletenah menipunya dengan topeng kesempurnaan itu juga ya
Jadi selebritas di dunia maya seakan-akan enggak boleh terlihat cacatnya. Haha.
ReplyDeleteHm, saya pikir diri ini punya kelemahan yang sama. Dalam menulis saya mungkin bisa lancar menyampaikan keresahan dan gagasan saya, tapi jika berbicara langsung entah kenapa suka belibet. Kayaknya saya perlu latihan ngomong lagi di depan orang banyak, paling enggak jumlahnya sepuluh. Sayangnya, kondisi pandemi begini tidak mendukung. Direkam sendiri dan ngomong banyak hal aja kali, ya? Haha.
Fotografi juga sudah lama enggak mengasah. Sejak ada ponsel yang tinggal auto fokus, saya enggak pernah lagi memotret pakai kamera digital. Kini sejak di rumah aja juga enggak foto-foto lagi pakai ponsel. Semakin payah aja nih kemampuan memotret.
Hahahhahah iya mas
Deletebuat YT mas saya belum berani speak di depan kamera hahahah
sama pas meeting zoom bareng wali murid si
masih terbata bata kadang
HP saya kameranya jelek dan kebetulan ada 2 kamera digital
sayang kalau engga dimanfaatkan
dan mayan aja buat ngisi waktu wkwkwk
Memang, kelemahan mas itu adalah kelebihan karena mas tahu lebih banyak tentang ilmu public speaking tersebut. Kalau saya mana ngerti pedagogik dan andragogik :') Membuat saya diingatkan bahwa segala hal nggak bisa sembarangan, dan akan selalu ada ilmunya.
ReplyDeleteSaya juga ingin berani ngomong di depan kamera. Sepertinya itu dibutuhkan untuk saat ini. Tapi ya, belum berani, dan belum tahu apa yang akan disampaikan. Masih belajar konsisten menulis soalnya. Ke depannya, mungkin.
Tulisan yang bagus dan salam kenal!
hmmm mindset kelemahan dan kelebihan adalah teman terbaik masih coba saya pupuk mbak
Deletekarena memang ya manusia ada dua sisi ya
mengenai ilmu menurut saya tidak harus secara langsung mendalam kita kuasai akan tetapi kemauan belajar sambil berjalan juga bisa dilakukan
saya juga engga PD banget mbak malah seringnya ngumpet di belakang kamera hehe
makanya pengen belajar public speaking
terimakasih salam kenal mbak
Setuju dengan Pak Ikrom, terkadang perilaku hanya menampilkan kelebihan saja bisa berujung pada toxic positivity yang akhirnya tidak baik untuk kesehatan jiwa. Dengan memeluk pula kelemahan-kelemahan yang dimiliki, bisa membuat diri menjadi lebih damai dan dengan pelan-pelan mencari jalan keluar untuk mengatasi kelemahan tersebut.
ReplyDeleteSaya kagum lho sama orang-orang yang jago public speaking, saya suka grogi kalau tampil di muka publik. Kalau syuting Youtube juga tidak pernah menampilkan wajah karena demam kamera hehehehe. Saya ingin sih suatu hari nanti bisa lebih menguasai public speaking karena ya skill ini penting.
Terima kasih Pak Ikrom atas sudut pandangnya tentang keseimbangan antara menerima kekurangan dan kelebihan diri.
iya mbak toxic positivy ya istilhanya
Deleteini terlihat bagus tetapi ternyata malah bikin jiwa tidak sehat, begitu yang saya tahu dari beberapa psikolog/psikoater
berdamai dengan kelemahan adalah kunci walau sebaiknya dilakukan secara pelan pelan
sama mbak, video YT saya juga banyak yang di belakang kamera
masih engga PD hehehehe
terima kasih kembali atas kunjungannnya mbak
salam
Setuju sama Mas Anton, gaya tulisan Mas Ikrom kali ini beda dari biasanya, kek ada manis-manisnya gitu.
ReplyDeleteWell, kalau ngomongin medsos udah kayak gosip lambe-lambe. Balik lagi kita sebagai user bisa nggak mengontrolnya. Dari awal penciptaan, sebelum adanya "attention income", medsos lebih diperuntukkan buat connect with others g sih, biar teman dan kolega kita tahu kondisi kita saat ini, nggak cuman by phone yang pas jaman itu baru bisa sms sama lelepon.
Setelah berkembang, teknologinya makin-makin. Nah di sini, tugasnya kita untuk bijak ke diri sendiri. Karena aku sendiri nggak munafik, cara kerja medsos ini ngeri, bagaikan pisau bermata dua, salah-salah aku yang ditikam. Makanya sejak beberapa tahun lalu, aku lebih selektif menciptakan lingkungan sosmedku. Salah satunya ada hubungannya sama kelemahan yang Mas Ikrom sebutkan, public speaking.
Influencer yang aku follow berfokus pada niche self-development, jadi lumayan kecipratan tuh ilmu-ilmunya, gimana mereka manage supaya bisa tampil di depan umum. Kayak Jonathanend dan Fellexandro Ruby. Mungkin karena punya kepribadian yang sama, introvert, aku relate dengan apa yang mereka jelaskan. So, untuk saat ini latihanku berupa tampil depan kamera buat cuap-cuap dan aku share di IGTV ku.
hahahaha ada ada saja mbak kayak iklan wae
Deletenah iya bagai pisau bermata dua. memang bagus awalnya kalau bagi saya untuk menjalin silaturahmi. tapi, lama-lama kok saya merasa ada yang salah ya dan memang tergantung siapa yang kita follow
akan tetapi, ya namanya medsos kan kadang yang keluar tidak hanya yg kita follow saja mbak, yang engga kita follow pun kadang masih nongol. itulah pisaunya, apalagi di twitter ya... hehe
saya juga follow yang produktif macam dr jiemi, mas adjiesantosoputro, atau beberapa penulis lain yang asik
sama juga sih aku juga introvert mbak jadi cocok aja dengan apa yang mereka pikirkan....
Ini tulisannya keran banget mas, ada bedanya gitu.
ReplyDeleteAnyway mas, dulupun aku cukup memiliki kemampuan public speaking yg bagus, ini sampai saat aku lulus kuliah, karna dulu aku aktif ikut kegiatan ini itu dan sering ikut pelatihan publik speaking & jurnalis, jd akupun termasuk orang yg cepat menerima informasi, tapi, kalau lg ngomong santai sama orang (bukan ngomong di depan banyak orang saat bawa acara) aku itu ngomongnya cepet banget, aku ga suka ngomong lambat, nah ini jadi masalah karna ga banyak orang yg bisa menangkap apa yg aku sampaikan.
Itu kelemahanku juga karna ga bisa ngomong dgn lambat, sukanya cepet hahaha.
hehehe menurut saya sama sih dengan tulisan lain cuma mencoba wise aja mbak heheh
Deletewah aktif organisasi ya mbak bagus banget itu
apalagi ada jurnalisnya juga tentu sering dapat pengalaman berbicara di depan banyak orang
masalah ngomong cepet saya kadang juga si tapi seringnya kelambatan kayak ngajar ke anak SD, kebayang kan mbak hehe
Iyah kan setuju banget sama tulisan Mas Ikrom satu ini.. well, aku juga kadang masih sering menyembunyikan kelemahanku.. tapi skrang sadar bahwa kelemahan ini merupakan bagian dari diriku dan harus segera diperbaiki... namanya berdamai dengan diri sendiri.. yg saya sadar saya masih kurang banget dalam hal ini..
ReplyDeleteSemangat buat kita mas dalam mengejar impian yg ada.
nah iya mas memang butuh proses dan engga harus benar benar dilakukan segera
Deleteyang penting kita nyaman dan tetap berusaha memperbaiki kelamahan kita
semangat ya mas
Bicara depan umum itu juga kelemahan ku mas :). Ga pernah biasa dari dulu. Makanya aku LBH cocok dengan kerjaan di belakang layar. Di mana aku ga harus bicara, tapi lebih ngandelin analisa di belakang meja.
ReplyDeletePas msh kerja, ada sih bbrp kali aku hrs bawain presentasi di depan semua staff. Tapi saat itu aku msh lumayan tenang, Krn topiknya aku kuasain, kedua, dari segi posisi, mereka masih di bawah ku, yg mana bisa naikin PD juga. Beda cerita kalo aku harus bicara depan umum yg pesertanya level lebih tinggi wkwkwkwkw itu demam panggung pastinya :D.
hehehe sama mbak suka di di depan laptop aja ya
Deletetapi kalau udah kepepet ya gimana lagi
akhire kadang bisa sendiri
Hola mas Ikrom 😁
ReplyDeleteWell, bisa punya kemampuan bicara di depan banyak orang itu nggak mudah, perlu rasa percaya diri tinggi menurut saya 🙈 Selain rasa percaya diri, kemampuan menyampaikan kata demi kata pun patut diperhitungkan. Saya pribadi sangat suka berbicara di depan orang, especially jaman sekolah, pasti sering maju untuk presentasi mewakili kelompok saya. Cuma meski begitu, saya tetap ada kurangnya, saya sempat ada pada fase mendadak nggak suka berdiri di depan orang hahaahaha. Akhirnya saya sempat ada dibalik layar, especially pada usia QLC 20'an 😅 Akhirnya saya mulai dari nol lagi mas, belajar dari awal. Dan saya percaya, mas Ikrom pun bisa melakukannya especially karena mas Ikrom seorang guru yang sudah terbiasa mengajar banyak anak 😍
Kata mentor saya, salah satu poin yang membuat kita bisa lebih mudah berbicara di depan publik itu kalau kita bisa menguasai materi yang kita bawakan. Menguasai, bukan menghapal, jadi lebih ke memahami, dan buat keynote di kertas (untuk avoid jika sewaktu-waktu kita mengulang kalimat atau materi yang sama). Dan selain itu, salah satu proses belajar yang saya lewati waktu itu adalah, coba menulis artikel atau post tanpa ada pengulangan. Which kinda hard at first hahaha 😂 Well, apapun itu, saya doakan mas Ikrom bisa keep improving skill mas, yaaa 🥳🎉
Goodluck!
iya mbak engga harus menghafal
Deletepoin poinnya aja
cuma ini kan kebiasaan ya
kalau engga terbiasa ya gimana hehe
amin makasih ya mbak
Kak Ikrom, aku selalu salut dengan orang-orang yang pintar public speaking. Aku selalu ingin bisa seperti itu, tapi aku anaknya demam panggung �� jadi saat udah mempelajari banyak hal untuk diucapkan, tapi saat udah didepan umum, semua jadi buyar ��
ReplyDeleteSkill fotografi juga salah satu skill yang ingin aku perdalam! Soalnya teknik fotoku masih cupu banget wkwkwk.
Semangat dalam proses mengembangkan skillnya, Kak! ����
iya aku juga salut apalagi yang lancar banget ya
Deletemakanya pingin banget ngembangin skill ini
apalagi di masa sekarang ya
Kayaknya yang disebutkan Mas Ikrom ini bukan kelemahan deh. Aku rasa ini lebih tepat disebut kurang terampil. Karena kedua hal ini, public speaking dan fotografi, bisa dipelajari. Dan pasti bisa dikejar, asalkan mau!
ReplyDeleteKalau aku kebalikan dari mas Ikrom. Aku pribadi suka banget bicara. Bahkan bicara lebih mudah buatku daripada menuliskannya. Mempunyai blog mengasahku untuk lebih rajin menulis. Iya, ketrampilan menulisku sedang kuasah. Ini bukan sebuah kekurangan kok 😊😊
Sekarang mah musim korona, sarana belajar online semakin marak. Buat kita jadi lebih mudah mau belajar hal baru. Semangat buat 2021!
yah sama aja di mbak kelemahan hehe
Deletetiap orang memang punya kelebihan dan kekurangan ya mbal
makanya kita harus tetep mau belajar