Dapur Ibu Malang |
Setelah sempat sakaw dengan menu selat karena nafsu makan mulai aktif, saya pun mencari informasi apakah ada penjual selat solo yang ada di Malang. Saya pun bertanya kepada khlayak ramai di akun @infomalang apakah ada warung di Malang yang menjual selat.
Puji Tuhan, banyak sekali warga Malang yang memberikan infromasi. Bahkan ada yang menjual menu tersebut dan secara terbuka mau mengantarkan makanan yang saya pesan. Saking banyaknya informasi, saya jadi bingung mau pilih yang mana.
Akhirnya, karena kebetulan saya baru saja menengok saudara di Lowokwaru, maka saya mencoba warung yang direkomendasikan di daerah Celaket. Saya penasaran karena letak warung ini dekat sekali di dekat kantor UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Klojen. Saat masih mengajar dulu, saya hampir tiap hari ke kantor ini untuk mengantarkan surat atau dokumen.
Namun, saat itu saya belum ngeh kalau ada warung yang menjual selat dan bistik di ruko dekat kantor UPT. Saya kira di sana hanya ada penjual baju dan beberapa bahan bangunan. Ketika saya ke sana, ternyata benar ada. Warung ini berada diantara penginapan backpacker dan beberapa toko baju.
Saya datang sekitar pukul 11 siang dan suasana masih sepi. Saya disambut oleh seorang pria muda yang memberi saya menu makanan. Ada beberapa menu utama di warung ini, mulai dari selar daging, selat galantin, selat jumbo, beberapa gorengan.
Saya sih langsung memilih menu selat daging karena ingin sedikit membandingkan rasa selat daging dengan yang saya makan saat di Solo dulu. Apakah akan seenak selat daging di kota spirit of java itu etau malah lebih enak. Namun, dari harga yang tertera, menu selat di sini rata-rata hanya 15.000 rupiah saja. yah hampir sama sih dengan menu selat yang saya makan dulu.
Suasana warung yang sepi |
Saya pun memesan selat daging dan satu gelas teh hangat. Sambil menunggu pesanan, saya pun melihat sekeliling warung tempat saya makan tersebut. Walah sudah mendekati jam makan siang, tetapi belum ada satu pun pembeli yang datang selain saya. Semenit dua menit belum juga ada pembeli. Kadang saya jadi kasihan kalau ada warung yang belum ada pembeli sama sekali. Apalagi saat saya datang, sang ibu dan anak yang berjualan di warung tersebut cukup sumringah karena akhirnya ada pembeli yang datang.
Tak lama kemudian, pesanan saya pun datang. Saya cukup takjub karena irisan sayur yang ada di atas piring terpampang nyata begitu menggairahkan. Bahkan, lebih banyak dan lebih menarik dibandingkan selat yang saya makan di Solo dulu. Irisan kentang, buncis, dan wortel amat rapid an benar-benar menggugah selera. Jujur, kalau masakan daging dan sayur, saya biasanya lebih tertarik dengan sayurnya. Alasannya, jika bercampur dengan bumbu selat ataupun bistik, rasanya benar-benar menggairahkan.
Akhirnya bisa makan selat Solo lagi |
Setelah melakukan sesi pemotretan dengan sepiring selat daging, saya pun mulai menyantap wortel dan buncis. Dan alamak, ternyata rasanya berbeda sekali dengan selat daging yang saya makan di Solo. Tidak berarti lebih enak atau sebaliknya, tetapi bagi saya pemilik warung ini mencoba untuk mengadaptasi masakannya dengan lidah orang Jawa Timur.
Daftar harga di Dapur Ibu |
Masyarakat Jawa Timur memang gemar mengonsumsi makanan berpetis yang cenderung asin dan gurih. Sementara, jika mengacu pada pakem selat solo, menu ini harusnya asam dan manis. Namun, selat daging yang saya makan di sini cenderung asin dan gurih. Ada sih sedikit rasa manisnya tetapi tidak mendominasi. Rasa manis baru saya rasakan ketika menyantap daging yang cukup empuk. Pemilik warung ini sebenarnya sudah berusaha agar selat dagangannya bisa diterima oleh lidah orang Jawa Timur.
Saya suka sayurnya banyak |
Lantaran lidah saya masih Jawa Timur meski sudah mulai terbiasa dengan lidah Jawa Tengahan atau Jogja, makanya saya tak perlu waktu lama untuk menghabiskan selat daging yang saya pesan. Engga terasa saking saya begitu menikmatinya. Perpaduan bumbunya si kalau menurut standar orang Jawa Timur enak. Lebih dekat dengan semur yang memang asin dan gurih.
Jadi, saya bisa datang ke sini lagi untuk mencoba menu lain semisal Selat Gelantin. Siapa tahu bisa lebih enak dari menu selat solo yang saya pesan. Untuk yang di Malang dan yang sedang ke Malang, jangan lupa ke sini ya.
Sering denger nama makanan ini tp belum pernah liat penampakannya sih, kalau dilihat isinya mirip2 sama steak ya mas cuma ini telur, timun sama daun lalapannya, kalau harganya segitu murah ya mas, soalnya kan pake daging
ReplyDeleteiya mba mirip steak tapi lebih manis
Deletemurah si menurutku soaknya daginya mayan banyak dan tebel juga
Selat Solo di resto ini rapih banget platingnya 🤣 udah bisa masuk masterchef nih koki di resto ini 🤣
ReplyDeleteKelihatannya lebih bervariasi ya untuk isi Selat Solo di resto ini. Menarik 😆
iya bagus banget ya mbak platingnya
Deleteaku juga suka
Emak saya bisa bikin ini. Jadi kangen selat bikinan emak.
ReplyDeletewah mau dong om
Deletekirim lah
Harganya murah sekali
ReplyDeleteSangat terjangkau
Saya jadi pengen mencobanya
silakan bang
DeleteDuh, sudah lamaaaa sekali ga makan selat solo. Mana di daerahku skrg ga ada yg jualin. Ah, coba bikin sendiri dulu deh.. #ngiler
ReplyDeletebelum pernah cobain selat, justru kalau ke solo pengen cobain disana
ReplyDeleteehhh teryata di malang ada dong ya. wahhh mas ikrom kalau kangen sama selat nggak perlu jauh jauh ke solo nih
oh em G....ini mah postingan selat sik taktunggu tunggu kae wingi lho hahahahha
ReplyDeleteselat daging regane 15 k...woalah takpingin jungkir balik...murah tenan cak..terlihat endes...ada kenyel kenyel juicy dan racikan sayur juga telor rwbus pindang...ini mah sikaaat
jadi penasaran yang gelatinnya :D