Sepasang muda-mudi Filipina memainkan Tinikling, permainan bambu asal Filipina. - https://gtactivity.ca |
Hay, Kamusta?
Mungkin ketika sedang membaca tulisan ini, Anda semua tidak sedang baik-baik saja karena ada PSBB di Jawa dan Bali. Daripada pusing memikirkan hal itu, otak saya pun kemudian mengatakan bahwa saya harus lebih intensif lagi belajar bahasa Tagalog. Maka, saya rela membayar langganan per bulan dari pembelajaran ini sebesar 100 ribu rupiah. Lantaran, saya sudah kehabisan akun email untuk mencoba menu trial selama 7 hari.
Nah, pada kali ini, saya akan mengupas sedikit cultural insight alias wawasan budaya dalam masyarakat Filipina yang unik. Pada setiap lesson, ada 1 cultural insight mengenai berbagai hal, semisal kegiatan ekonomi, cara berpakaian, romantika kehidupan, dan aspek lain. Bagi saya, cultural insight masyarakat Filipina ini unik karena merupakan perpaduan budaya ketimuran dengan budaya barat.
Berbeda dengan masyarakat Indonesia yang masih menjunjung tinggi tradisi ketimuran, banyak cultural insight masyarakat Filipina yang berada diantara kedua budaya tersebut. Terutama budaya Spanyol. Makanya, kedua native speaker amat semangat ketika membahas mengenai hal ini meski hanya beberapa menit.
Lalu, apa saja cultural insight masyarakat Filipina yang menarik bagi saya? Berikut 5 diantaranya.
1. Carinderia
Carinderia adalah restoran lokal Filipina yang disajikan seperti fast food atau masakan cepat saji. Mungkin jika di Indonesia, carinderia ini seperti warung prasmanan/warteg. Kita bisa mengambil menu apa saja yang tersaji di depan kita dan tinggal kita membayar selepas makan. Tentu, penjual akan mencatat menu apa saja yang sudah kita makan.
Carinderia. - Making it happen vlog |
Carinderia memiliki harga yang lebih murah dibandingkan restoran cepat saji atau restoran berkelas lain. Ini juga hampir sama dengan warteg yang menjadi jujugan mahasiswa ataupun pekerja dengan penghasilan menengah. Selain mengambil menu sendiri, ada juga carinderia yang melayani pembeli dengan cara menyajikan makanan yang ditunjuk oleh sang pembeli. Jadi, pembeli tidak mengambil makanan sendiri.
Cara seperti ini disebut dengan “turu-turo”. Unik ya namanya. Carinderia yang menggunakan cara ini biasanya yang memiliki tempat yang kecil. Yah hampir sama sih dengan warteg kecil yang tak memberikan keleluasaan pada pembeli untuk mengambil makanan sendiri.
Carinderia hampir bisa ditemukan di berbagai sudut negara Filipina. Menu yang disajikan pun beraneka ragam seperti nasi goreng telur, nasi telur hotdog (hotsilog), dan berbagai makanan lain. Beberapa makanan yang cukup popular lainnya adalah Chicken Adobo, Kare-Kare, dan Nilaga.
2. Harana
Dalam kegiatan berkencan, masyarakat Filipina memiliki tradisi unik bernama Harana. Jika dialihbahasakan, harana berarti serenade alias rayuan. Ketika melakukan harana, seorang lelaki akan merayu seorang wanita dengan menyanyikan sebuah lagu. Kegiatan merayu ini disebut sebagai kundiman.
Ketika melakukan harana, seorang pria akan menyanyi di hadapan wanita pujaannya. Ia akan meminta jawaban dari sang wanita apakah cintanya diterima atau ditolak. - https://steemitimages.com |
Kundiman sendiri berarti “jika tidak” yang mengekspresikan
rasa jatuh hati sang pria. Jika tidak bertemu sang wanita maka rasanya seperti
hampa. Jika tidak menatap mata sang pujaan maka akan terasa berat. Tanda bahwa lamaran alias ungkapan hati pria diterima adalah sang wanita akan keluar daari beranda atau balkon rumahnya. Jika ia tidak menampakkan batang hidungnya, maka sang pria telah tertolak.
Meski demikian, budaya harana telah mendarag daging dalam masyarakat Filipina. Buktinya, ada beberapa lagu dengan judul tersebut yang cukup populer. Salah satunya dinyanyikan oleh grup Parokya Ni Edgar. Lagu ini amat romatis dan bisa dinyanyikan ketika seorang pria ingin menembak sang pujaan hatinya.
3. Barkada
Saya tidak tahu istilah ini dalam bahasa Indonesia. Kalau dipadankan dalam bahasa Inggris artinya Best Friend Forever alias clique. Atau mungkin sahabat sejati ya. Istilah ini merujuk pada perkumpulan beberapa orang, bisa pria, bisa wanita, atau bahkan keduanya yang memiliki ikatan yang cukup erat.
Barkada bisa terbentuk lantaran persamaan sekolah/kampus, tempat tinggal, atau hobi. Satu orang bisa saja memiliki lebih dari satu barkada. Mereka akan sering melakukan kegiatan bersama, semisal liburan, makan, atau pun hal lainnya. inilah alasan saya lebih sering melihat video di orang di Filipina – sebelum pandemi tentunya – bersama-sama di suatu tempat. Beberapa teman FB dari Filipina juga lebih sering mengunggah foto bersama barkada mereka dibandingkan berfoto sendiri.
Orang Filipina yang tidak memiliki barkada amat jarang sekali. Mereka akan merasa sangat kesepian tentunya. Kadang, ikatan dalam barkada bahkan hampir sama dengan keluarga sendiri. Mereka akan peduli dengan anggota barkada mereka.
4. KKB dan Libre
KKB adalah kependekan dari Kanya-Kanyang Bayad. Dalam bahasa Jawa, istilah ini berarti bayar dhewe-dhewe alias bayar sendiri-sendiri. Istilah ini merujuk pada kegiatan membayar makanan dan minuman sendiri saat makan bersama. Yah hampir sama juga dengan masyarakat Indonesia yang juga perhitungan saat makan bersama.
Meski demikian, bukan berarti kedua masyarakat tersebut pelit. Pada beberapa kondisi tentu ada seseorang yang mau membayarkan makanan dan minuman bersama, semisal ulang tahun atau ada rezeki lebih. Bahkan, masyarakat Filipina juga kerap mentraktir orang terdekatnya meski tidak ada kegiatan tertentu. Yah lagi suka atau pingin saja mentraktir. Kegiatan ini disebut sebagai “libre” alias free atau gratis.
5. Bakla
Bagian terakhir ini cukup sensitif terutama bagi masyarakat Indonesia. Bakla adalah istilah lain untuk banci. Alias, seorang pria yang memiliki penampilan feminim atau seperti wanita. Berbeda dengan masyarakat Indonesia yang belum bisa terbuka mengenai sosok seperti ini, masyarakat Filipina jauh lebih bisa menerima mereka. Ini sejalan dengan penerimaan LGBTQ yang dilakukan oleh masyarakat Filipina.
Penerimanaan masyarakat Filipina terhadap bakla sudah
terjadi sejak zaman kolonisasi atau masa penjajahan. Meskipun demikian, ada
sebagian kecil masyarakat Filipina yang menolak kehadiran mereka, terutama
masyarakat religius. Ada juga sebagian
masyarakat yang masih takut jika anaknya ikut menjadi bakla lantaran pengaruh
lingkungan sekitar. Terutama, dari para ayah.
Dengan penerimaan tersebut, bakla pun cukup eksis dalam berbagai bidang. Semisal, dalam berbagai hiburan dan entertainment, bakla hampir selalu hadir. Dalam serial TV Filipina, ada saja tokoh bakla yang dihadirkan. Tak jarang, ada TV series yang khusus menyangkan cerita bagaimana seorang pria menjadi bakla. Bagi orang Indonesia seperti saya mungkin cukup sensitif melihatnya. Akan tetapi, ketika saya lihat secara seksama, ternyata perjalanan hidup yang berliku bisa saja membuat mereka demikian. Kita pun tidak bisa begitu saja menghakimi mereka dalam hitam atau pun putih.
Salah satu artis Filipina yang kerap menjadi ikon bakla dalam serial TV adalah Sef Cadayona. Ia kerap tampil dalam serial TV atau pun FTV miniseri dengan gaya kocak khas bakla. Sosok lain yang cukup fenomenal adalah artis multitalenta Vice Ganda. Ia yang kini lebih menekuni karir di bidang MC tersebut menjadi ikon bakla yang kini menjadi transpuan Filipina yang cukup fenomenal.
Sef Cadayona. - GMA |
Nah itulah lima cultural insight masyarakat Filipina yang bisa saya bagi. Ini berlaku secara umum di sebagian besar masyarakat lantaran sama seperti Indonesia, masyarakat Filipina juga multikultural. Mereka pun juga memiliki tradisi berbeda di tiap daerah sama dengan di Indonesia.
Wow senangnya di Philipina ada warteg juga, eh namanya Carinderia ya mas. Berarti warteg sudah go internasional ya.😆
ReplyDeleteYah, namanya perubahan memang akan menggerus budaya, salah satunya ya harana yang ada di Philipina, padahal dengan merayu wanita cara harana, siapa tahu nanti cowoknya bisa jadi penyanyi ya, soalnya kan merayu harus menyanyikan lagu.
Berarti bayar dewek dewek bukan cuma disini ya, tapi disana juga ada.🤣
Ternyata masyarakat Filipina tergolong open dan welcome terhadap teman-teman dari komunitas LGBTQ+ ya Kak, saya baru tahu lo... Jadi takjub nih!
ReplyDeleteFilipina ini kalau saya lihat cukup terbuka dengan budaya asing, tapi dari sini saya sekarang tahu bahwa budaya mereka pun tetap terpelihara dan dilestarikan dengan baik. Ya kalau ada satu atau dua tradisi yang mulai luntur karena akulturasi saya rasa itu wajar saja salah satunya karena jumlah generasi penerus tidak sebanding dengan penyebaran budaya asing yg masuk ke negara mereka.
ReplyDeleteoooo banyak juga ya pengaruh dari Philippine ni... kalau di sini, penggunaan bahasa paling banyak pengaruhnya...
ReplyDeletehehehe BDD alias bayar dewe dewe, kalau ini masih aku pegang hahaha,, apalagi kalau keluar rame rame sama temen, dan biasanya paling males kalau belakang belakangnya totalan, jadi mending di awal BDD
ReplyDeletebaca ini aku jadi tau tradisi dan nama-namanya sungguh asing di telingaku ya.
dan mungkin beberapa juga nggak beda jauh sama kebiasaan masyarakat kita