Kalilo Banyuwangi |
Dijuluki sebagai The Sunrise of Java, Banyuwangi menjadi salah satu kota dengan keunikan alam dan budaya yang tiada tara.
Atas alasan itu, saya pun berjalan-jalan sendirian ke Banyuwangi pada penghabisan tahun 2018. Kalau tidak salah, beberapa hari sebelum tahun baru 2019.
Liburan saya ke Banyuwangi sebenarnya dalam rangka melengkapi tulisan dalam buku Just A Rail Trip untuk wilayah Daerah Operasi 9. Namun, saya harus gigit jari karena tiket kereta api saat itu sudah terjual habis. Saya pun akhirnya memutuskan untuk naik jasa travel dari Malang seharga 140 ribu rupiah. Kebetulan, saat itu sedang libur panjang sekolah. Jadi, saya lama berada di rumah saja selama hampir 3 minggu.
Perjalanan menuju Banyuwangi dimulai selepas Isya. Saya kebagian duduk di kursi tengah bersama seorang mbak-mbak yang baru lulus kuliah dan mendapatkan kerja di Banyuwangi. Kami pun mengobrol hingga larut malam sampai kami semua tertidur pulas. Tiba-tiba, menjelang subuh, kami merasakan guncangan yang amat keras.
Mobil yang kami tumpangi ternyata menabrak seorang pengendara motor hingga tak sadarkan diri. Bahkan, saking kerasnya tabrakan, bagian depan mobil tersebut rusak dan lampu seinnya rusak. Ternyata, tak hanya tabrakan saja yang terjadi tetapi ban mobil juga pecah. Tak cukup sampai di situ, pihak keluarga korban tak terima.
Kami harus tertahan cukup lama di Puskesmas Arjasa Situbondo karena banyak kerabat dan tetangga korban yang berdatangan. Walau tidak membawa senjata tajam, tetapi saya sempat berpikiran berlebihan andaikata terjadi carok. Itu tak lepas dari ketidaksetujuan sopir travel kami memberikan sejumlah uang kepada korban lantaran memang kesalahan ya dari pengendara motor yang tiba-tiba saja melintas. Yah bisa dikatakan sang sopir sedang apes pangkat 3.
Untunglah, beberapa saat kemudian, rombongan dari Sabhara Polsek Arjasa Situbondo datang dan memecahkan masalah tersebut. Aduh, benar-benar para polisi itu penyelamat. Kalau tidak ada mereka, entah sampai jam berapa kami tertahan di sana.
Tertahan di Puskesmas Arjasa |
Kami melanjutkan perjalanan dan melewati Hutan Baluran yang merupakan hutan diantara Situbondo dan Banyuwangi. Hutan ini cukup eksotik karena banyak tanaman yang sudah meranggas dengan kontur jalan yang berliku. Saya berasa sedang di Taman Safari lho. Kebetulan, saat itu matahari baru saja terbit sehingga rasa hangat menyelimuti kami.
Melewati Hutan Baluran |
Saya masih berbincang hangat dengan mbak-mbak tersebut. Ia cukup supel dan nyambung ketika saya ajak bicara banyak hal. Jadi, perjalanan lama itu tak terasa membosankan. Selepas beberapa jam, kami mulai masuk wilayah pesisir Banyuwangi. Ada beberapa pantai yang mulai terlihat dari balik kaca mobil seperti Pantai Watu Dodol.
Ikon Penari Gandrung di Pantai Watu Dodol |
Saya menyimpan dulu keinginan melihat laut dan berkonsentrasi untuk menghubungi penginapan yang saya pesan. Kebetulan, estimasi waktu kedatangan saya masih jam 8 pagi. Jadi, saya ingin memastikan apakah bisa check-in. Ternyata bisa karena kamar sedang kosong.
Syaa benar-benar tiba di penginapan jam 8 pagi. Penginapan ini tak jauh dari pusat Kota Banyuwangi dan bergaya using. Ukiran khas Bali tampak memenuhi bangunan karena memang dimiliki oleh orang Bali. Jangan kaget, walau unik dan terkesan wow, harga satu malamnya dibanderol mulai 40 ribu rupiah saja.
Namun, saya memilih kamar ber-AC dengan harga 60 ribu rupiah. Saya tak kuat dengan panasanya Banyuwangi. Harga itu merupakan ruangan kamar asrama yang terpisah antara pria dan wanita sendiri. Jadi, masih wajar lah dan cukup murah.
Ruang bersantai di penginapan |
Selepas mandi, saya pun sarapan bekal nasi yang masih belum basi. Lumayan juga pengiritan sekaligus menghemat waktu cari makan di luar. Saya duduk di taman penginapan yang cukup lengkap dengan aneka permainan seperti ayunan. Sayang, acara bersantai tersebut sedikit terganggu oleh kehadiran 2 ekor anjing yang berlarian mendekati saya.
Sebenarnya saya tidak takut dengan keberadaan mereka karena
termasuk anjing yang jinak dan badannya kecil. Pemilik penginapan pun mengerti dan
menarik perhatian mereka agar tidak mendekati saya. Yah walau sebenarnya mereka
lucu-lucu dan ingin rasanya bermain bersama mereka, tetapi apa daya. Saya tidak bisa bermain bersama mereka, huhu.
Selepas istirahat sebentar, saya pun keluar penginapan untuk pergi berwisata di dalam kota. Tujuan pertama saya adalah kawasan wisata Kalilo yang merupakan kampung warna-warni di Banyuwangi. Dari penginapan jaraknya hanya 2 km saja. Saya menggunakan jasa ojek daring untuk sampai ke sana.
Kawasan wisata Kalilo merupakan kawasan wisata kampung tematik yang berada di dekat sungai. Sama halnya dengan Kampung Warna-Warni Jodipan, Kampung Kalilo ini juga mengecat aneka rumah dengan berbagai warna. Sepintas memang mirip hanya saja luas kampung Kalilo ini lebih sempit dan letaknya berada di bawah permukaan jalan raya.
Para pengunjung berfoto di Kalilo |
Untuk masuk kampung ini tidak dipungut biaya. Hanya saja, sebagai pengunjung yang baik, tentu kita harus menjaga ketenangan dan kebersihan area sekitar demi kenyamanan bersama. Saya sempat melihat beberapa kisah permulaan dari kampung wisata ini yang ternyata mirip dengan Kampung Warna-Warni. Yakni, usaha untuk melakukan pembenahan Daerah Aliran Sungai yang kumuh.
Penataan sungai yang bersih di Kalilo |
Meski konsepnya serupa, tetapi saya melihat pola penataan
aliran sungai yang lebih rapi dilakukan oleh Kampung Kalilo. Semisal, adanya
beberapa penataan aliran gorong-gorong yang mengalir dari sungai. Beberapa jembatan
kayu juga tampak apik menghiasi kampung ini. Saya juga tidak merasakan bau
sungai yang anyir meski saya berada dekat dengan alirannya. Usaha semacam ini
yang membuat pengunjung dari luar kota betah.
Seorang ibu melintasi kawasan wisata Kalilo |
Saya mengambil beberapa potret yang akan saya jadikan kenang-kenangan. Walau tak terlalu sempurna, bagi saya keindahan yang ditampilkan kampung ini sudah cukup.
Selepas puas memotret bagian kampung sejengkal demi sejengkal, saya pun kembali menuju jalan raya untuk berjalan kaki ke tempat wisata selanjutnya. Tempat wisata ini masih berhubungan dengan Peristiwa G30S/PKI dan berbagai dramanya.
Hmm…Kira-kira, tempat apakah itu?
Tunggu kelanjutannya ya.
Wah, wah, pesiar kok ya pakai acara tabrakan segala.
ReplyDeleteLagi apes haha
DeleteWaduh, berangkatnya ternyata ada kejadian kecelakaan ya pak. Untungnya ada patroli polisi yang bisa menyelamatkan ya, ngeri memang membayangkan dikelilingi warga desa yang marah.
ReplyDeleteUntunglah ada teman perjalanan yang menyenangkan sehingga perjalanan lama tidak terasa.
Kampung kalilo unik juga ya pak, rumahnya warna warni, enak dilihatnya.
iya jadi engga bosen ya
Deletebagus banget kampungnya
Kadang kita setir mobil sudah hati-hati, eh ada yang salip, tetap kita yang disalahkan *curcol* 😂 kebayang apesnya supir travel mas Ikrom ~ terus kelanjutannya bagaimana, mas? Tetap bayar kah? Semoga yang ditabrak sudah sehat dan lebih berhati-hati lagi ke depannya 😁
ReplyDeleteBy the way, kalau dengar nama Banyuwangi yang saya ingat itu hotel baru yang lumayan terkenal. Namanya Dialoog 🤣 kebetulan ingin sekali ke sana sambil tentunya menikmati Sunrise ~ terus mau lihat hutan yang pohonnya besar-besar, lupa namanya. Mungkin mas Ikrom sempat ke sana, saya akan dengan sabar menanti ceritanya 🙈
nah iya mbak lagi apes aja
Deletesaya engga tau soalnya sopirnya ganti di dekat asembagus itu dan kayaknya ketahan di sana huhu kasian
iya semoga saja ya mbak
wah di mana ya mbak saya engga ke sana soalnya haha
Harga penginapannya murah banget Mas, bisa dijadiin pilihan juga nih kalo nanti ngetrip ke Banyuwangi.
ReplyDeleteKampung warna-warni nya cakep, apalagi sungainya juga keliatan bersih. Jadi bikin betah kalo nyantai di sana.
boleh silakan mas
Deletesungainya bersih banget
Aku ga kebayang gimana kalo jd tuh supir. Apes banget yaa haha.
ReplyDeleteBtw, informasi ini sangat bermanfaat, mas. Aku bisa tahu jadi gimana kalo mau ke banyuwangi, apalagi ada penginapan yg cukup murah yaa 40rb itu
kasian banget emang mas
Deleteboleh silakan kemari
Eh iya, kalau dilihat-lihat, kampung Kalilo ini mirip sama Kampung Warna Warni yang ada di Malang ya. Keren karena warganya berinisiatif untuk membuat kampungnya menjadi tempat wisata yang unik 🤩
ReplyDeleteLalu, aku jadi penasaran, tempat yang berkaitan dengan G30S yang Kakak sebutkan di akhir itu, tempat apa. Ditunggu post selanjutnya Kak 😁
mirip cuma lebih kecil mbak hehe
Deletesudah tayang mbak, silakan hihi
Ya ampunn ada2 aja yah kejadiannya. Tapi emnk di Indo berlaku banget "Yang salah selalu mobil" Bapak saya selalu bilang kalau bawa mobil hati2 takut nyerempet atau apa.. Yah walaupun seringnya bukan kita yg salah, tapi motor vs mobil selalu yg menang itu motor.. Saya nggak tau budaya kaya gini dteng darimana...
ReplyDeleteSaya pengen banget main ke banyuwangi tapi nggk pernah kesampaian..
Itu kampungnya bagus banget.. seandainya daerah rumah saya juga setuju buat dibikin warna-warni.. hhaha
nah iya mas mobil selalu salah
Deleteitu berlaku di manapun ya huhu
boleh banget ke sini
kalau mau kampungnya juga boleh asal ada kemauan aja mas hehe
Wah, duduk bersama mbak-mbak lulus kuliah dan ngobrol sampe larut malam pastinya menyenangkan... :D
ReplyDeletemenyenangkan sekali
DeleteSuka banget liat rumah warna warni di kampung Kalilo dan sungainya yang bersih itu nilai plusnya, memang gak salah ya bisa jadi objek wisata kayak gini
ReplyDeletedaerah kalilo jadi makin cantik dengan adanya jembatan yang colorfull seperti ini
ReplyDeletejuga sungainya bersih, salut sama warga banyuwangi dan pemerintah setempat
Ini lumayan ngagetin juga pas baca, sampean sempet kena kecelakaan.
ReplyDeleteUntung gpp ya mas, syukurlah..
Yah, emang suka gitu, kita udah ati-ati yang luput malah orang lain. Terus kita yang kena. Jadi keinget pas berangkat kerja, abis ngelewatin prapatan kena tabrakan beruntun karena ada motor mogok tiba-tiba. Untuk aku masih pelan-pelan, soalnya abis dari lampu bangjo perempatan dan rame. Jadi nggak sampai jatoh.
Bagusss.. suka melihat penataan kali yang seperti itu soalnya di rumah justru berantakan bangeet..
ReplyDeleteKesannya bukan cuma bersih saja tapi juga ceria...
Mas Ikrom sekarang bener-bener jadi wartawan neh.. ngiri gue..
menariknya rumah warna warni! mesti gigih mengecatnya, kan? ;-)
ReplyDeleteKonsepnya mirip kampung Jodipan, Malang. Tapi ini sungainya bersih dan kampung lebih rapi ya.
ReplyDeleteBelum pernah ke Banyuwangi aku, Mas. Pernah ikut kuliah pendek Pak Anas di Surabaya jadi makin mupeng pelesiran ke sana. Lewat jalur darat di pinggir hutan lalu patai asyik juga ya, semoga nanti kesampaian. Terima kasih info penginapan yang murah meriah. Jadi kebayang ngopi osing, joss!
ReplyDelete