Kolam renang songgoriti Batu |
Lantaran sudah capai dengan aktivitas sehari-hari, saya pun
mulai merencanakan liburan singkat di sekitar Kota Malang.
Mulanya, pada hari Minggu kemarin, saya berniat menuju Candi Badut yang berjarak hanya sekitar 2 km dari rumah saya. Tetapi, ketika saya sudah sampai di candi tertua di Jawa Timur itu, pintu masuknya ditutup portal. Kata orang sekitar sedang di-lockdown.
Yah, saya jadi kecewa. Maksud hati menenangkan diri malah
harus menelan kekecewaan. Tapi tak masalah. Saya masih punya tujuan lain yakni
Candi Songgriti yang berada di Kota Batu. Saya pun menuju kota kecil tersebut
melewati jalur pintas di pinggiran Kota Malang.
Baca juga: Nongkrong dan Narsis di Kafe Sawah Pujon Malang
Tak sampai setengah jam, saya tiba di wilayah Songgokerto yang dekat dengan rumah kontrakan doktor Azahari yang saya datangi beberapa waktu lalu. Lepas memarkir motor di area parker dekat pasar wisata, saya pun langsung menuju kompleks candi.
Memotret Candi Songgoriti dari luar. |
Dan ternyata masih tutup juga. Ya salam, apa salah saya. Kok
rasanya belum mendapatka restu masuk candi. Yah sudahlah saya pun mengambil
foto candi dari luar agar perjalanan saya tidak sia-sia. Walau tidak bisa
melihat candi dari dekat, yang penting rasa kangen saya terhadap candi sedikit
terobati.
Baca juga: Pengalaman Tersesat di Taman Labirin Coban Rondho
Nah, selepas puas melakukan kegiatan memotert itu, saya sempat galau. Mau pulang kok ya eman. Tapi mau jalan lagi ya ke mana. Akhirnya saya memutuskan untuk masuk area kolam renang meski masih bingung akan melakukan apa di sana.
Sambil berjalan melewati pasar oleh-oleh yang masih sepi, saya mulai merasakan dingin yang menusuk ke dalam kulit. Memang saat ini udara Malang sedang dingin-dinginnya. Eh malah saya menantang diri ke Kota Batu.
Pasar Oleh-Oleh yang sepi dan banyak yang belum buka |
Suasana masih sepi terlihat di area loket. Tak ada pengunjung lain selain saya di depan loket meski sudah ada larangan jaga jarak. Ya iyalah saya jaga jarak sama siapa wong sendirian hehe.
Antara ya dan tidak, saya pun akhirnya memberanikan diri membeli tiket seharga 15 ribu rupiah. Prosedur pelaksanaaan protokol kesehatan pun dilakukan dengan meletakkan uang ke dalam keranjang kecil di meja loket. Nantinya, petugas akan memberikan gelang tiket dan saya bisa mengambilnya.
Tempat cuci tangan di depan loket |
Ternyata, prosedur yang dilakukan tak hanya itu saja. Petugas loket meminta saya untuk meletakkan KTP asli ke keranjang tersebut untuk difoto. Ia juga meminta nomor ponsel saya yang mudah dihubungi. Tujuannya tak lain sebagai upaya tracing jikalau ada kasus covid-19 pada hari kunjungan saya. Semoga saja tidak ada ya.
Petugas loket memotret KTP milik saya |
Saya pun dicek suhu tubuh sebelum masuk. Dan that’s a wrap. Inilah dia Taman Wisata Pemandian Songgoriti yang memulai pembukaan new normal.
Baca juga: Siswanya Outbond, Gurunya Narsis di Dancok Cafe
Fasilitas pertama yang saya lihat adalah ruang isolasi pasien terduga covid-19. Ruangan ini tak jauh dari pintu masuk dan amat sempit. Saya tak bisa membayangkan jika ada beberapa orang yang harus diisolasi secara bersamaan. Apa enggak pengap ya. Tapi sudahlah, saya tak berniat untuk memikirkan lebih jauh.
Ruang isolasi covid-19 wisata Songgoriti |
Saya memulai dari taman bermain anak-anak yang amat sepi. Tak ada orang lain selain saya di sana. Beberapa patung lucu masih terlihat apik walau sampah dedaunan cukup banyak berserakan di sekitarnya. Lantaran saya menjadi pengunjung satu-satunya saat itu dan taman bermain ini lama tak dikunjungi, saya merasa cukup creepy. Berasa sedang mengeksplorasi Taman Bermain Terbengkalai seperti apa yang dilakukan oleh Mas Joe Kal.
Taman bermain Songgoriti |
Suasana hening terasa. |
Halah, kok jadi berpikiran aneh begini.
Tapi memang suasana saat itu amat hening. Saya saja sampai bisa mendengarkan napas saya yang mulai berat karena jalan taman yang menanjak. Saya memutuskan beranjak ke tempat lain karena ya ngeri saja sendirian di tempat itu.
Baca juga: Menyambut Wisata New Normal Malang Raya di Sumber Sira
Pemberhentian saya selanjutnya adalah danau buatan yang menjadi ikon dari wisata ini. Di tepi danau itu, tampak rombongan Biksu Tong dan keempat muridnya yang sedang melakukan perjalanan suci ke barat. Entah kapan mereka sampainya kok masih di Songgoriti saja.
Patung Rombongan Biksu Tong |
Saya memilih duduk di sebuah bangku yang tak jauh dari seorang petugas kebersihan yang sedang membersihakan rumput. Paling tidak saya dak sendirian.
Lalu, saya pun membuka makanan dari rumah dan mulai menikmati alam. Sungguh, keheningan yang paripurna bisa saya rasakan dengan nikmat. Jarang-jarang lho saya mendapat kesempatan ini. sambil melihat video crowning moment Miss Universe tahun jadul, saya pun benar-benar merasa lepas dan puas dengan kegiatan wisata ala-ala itu.
Baca juga: Asyiknya Berwisata Petik Jeruk di Tengah Momen PSBB Malang Raya
Beberapa lagu berbahasa Tagalog pun saya dendangkan mumpung tak banyak orang di sana. Kapan lagi coba ya. Barulah setelah sekitar 30 menit saya puas dan beranjak untuk melihat fasilitas lainnya.
Fasilitas sepeda air menjadi pemberhentian saya selanjutnya. Untunglah, di tempat ini saya menemukan pengunjung lain yakni sebuah keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak. Mereka mencoba memainkan sepeda air untuk berkeliling danau. Sementara saya, lebih memilih memotret alam saja. Mau mencoba sepeda air kok malas sekali karena saya sendirian. Berat di pedal cuy.
Fasilitas sepeda air yang sepi. |
Bagus yha |
Fasilitas terakhir yang saya datangi adalah pujasera yang berdekatan dengan kolam renang. Beberapa pemuda tampak asyik berenang. Ada yang juga belajar berenang bersama seorang mentor. Saya memilih duduk di pujasera yang masih belum ada pedagang yang buka. Lagi-lagi, suasana creepy saya rasakan meski tak semenakutkan saat di taman bermain tadi.
Suasana pujasera Songgoriti |
Melihat sepinya taman ini saya rasa cukup sulit untuk bisa normal kembali. Padahal, saat hari Minggu, tempat ini dulunya tak pernah sepi. Kunjungan saya terakhir ke sini sekitar tahun 2016. Kala itu saya tak mendapatkan tempat duduk. Kini, meski ada tanda silang di berbagai tempat duduk untuk membatasi pengunjung, rasanya saya bisa menggunakannya seorang diri.
Memang dunia pariwisata belum sepenuhnya normal. Saya lantas pulang ketika hari mulai siang. kepulangan saya disambut berondongan pertanyaan dari para penjaja villa. mereka berharap saya menyewa villa barang semalam dua malam.
Hmm... menarik juga. Tapi ya kali menyewa villa sendirian...
Wkkk...sendirian..nyewa villa....horor nanti malahan yang ada.
ReplyDeleteAku pas ke Batu, nggak ke Songgoriti ini.. sekarang udah tau sepintas isinya, setelah mbaca postingan ini
Ah, nyebelin bener memang si Corona ini. Jadi was2 mau pergi, wisata sepi..job ngeblog sepi..
Halah ..malah curhat
wkwkw sabar mbak smeoga cepat berlalu
Deleteasline aku iki baca sambil guya guyu en ngikik ngikik tapi yo wedi hahahahhaha
ReplyDeletepo meneh sik bagian arep sosial distancing mbi sopo wong di situ adane mas ikrom tok hahhahah
eh ternyata mayan ketat juga ya protokole ada foto ktp go keperluan tracking, moga2 sih ga enek kejadian yo mas, semua aman terkendali
mas dirimu olehe totalitas arep ngonten meh podo aku, biasane nek sik arep takdatengin tutup aku kubek kubek dulu sekitare ada apa yang menarik, sayang bensin wes terlanjur mlaku je hahahah
btw sik patung diorama perjalanan ke barat apiiik...ini kecil kah? kok keidean gitu ya hahha
pujasera ijik tutup, mayan sangu mam seko ngumah hemat xixix
ga pa pa mas, ngonten di villa kapan kapan, itung2 golek konten eh ahhaha
lah ya aku bingung moro2 social distancing ambek memedi wkwk
Deletemakane paket hemat wae nggowo panganan saka omah
Duh, bacanya kok jadi miris mas. Covid 19 memang benar benar memukul sektor pariwisata ya. Tempat wisata seperti Taman Songgoriti yang biasanya ramai dikunjungi sekarang sepi sekali.
ReplyDeleteSangat ketat sekali ya peraturannya, sampai harus meninggalkan KTP dan juga nomor hape. Duh, jadinya malah malas kalo terlalu ketat, tapi ini demi keamanan bersama ya.
iya mas jadi ketat banget sekarang
Deletetapi ya harus dilakukan demi keselamatan
Hahahaha... kerasa banget mas kalau sendiri di area seperti itu.
ReplyDeleteMemang sih enak dan bisa santay, cuma pasti creepy banget kalo ga ada yang lain.
Bukan cuma di sana saja situasinya begitu. Di Bogor pun masih banyak lokasi wisata yang nganggur meski secara resmi sudah dibuka. Pengunjung masih menahan diri untuk berwisata.
Memang masih serem sih mas karena lawannya "tidak terlihat".
hahahhaah iya pak lawannya itu yg bikin ngeri
DeleteOwwww ternyata penampakan biksu tong dan keempat muridnya di Songgoriti Batu tah. Nggak kebayang kl di sana penjadi pengunjung sendirian. Xixixi
ReplyDeletewkwkwk jangan dibayangin mbak
DeleteWaduh Mas, tahu gitu kami juga ke sana deh.
ReplyDeleteAsyik banget sebenarnya, lebih aman karena nggak ada orang.
Cuman kok ya jadi khawatir patung-patungnya pada hidup terus nemanin kita explore taman itu hahaha.
Saya udah lamaaa bange nggak ke Songgoriti, terakhir dulu kami piknik-piknikan di sana, duh kangen rasanya mengunjungi Batu :)
wkwkwk jangan sampai lah mbak
Deletengeri jadinya
Salah fokus sama tempat cuci tangannya, kok bisa kreatif banget sampai bikin seperti itu 😂👏🏻
ReplyDeleteProsedur pengecekannya-pun cukup lengkap, bahkan sampai meminta ktp dan no.hp. Aku nggak tahu kalau di tempat wisata yang ada di Jakarta seperti apa, tapi kalau masuk emol di sini hanya dicek suhu dan diminta cuci tangan aja.
Aku bayangin berada di tempat seperti itu sendirian, rasanya senang tapi menegangkan juga ya kak 😅 padahal pemandangannya bagus sekali. Sayangnya harus kena imbas corona 😢
Semoga corona ini bisa segera pergi, jadi tempat wisata sebagus ini bisa hidup kembali 🙏🏻
aku malah belum berani ngemall mbak takut aja wkwk
Deletemakanya ke tempat sepi kayak gini dulu
iya cuci tangan wajib dan KTP juga wajib
Wah kota Batu juga sudah mulai bergerak aktivitas pariwisata dan ekonominya. Semoga protokol new normal bisa dilaksanakan dan ditegakkan dengan disiplin. Bagus juga ide meninggalkan foto KTP dan nomor hp untuk memudahkan informasi kepada pengunjung bila ditemukan kasus baru Covid di lokasi.
ReplyDeleteSaya malah lebih suka kalau sepi begitu mas, tapi tidak sendirian juga sih. Di Jakarta, tidak ada lagi tempat yang sepi. Semua sudah nampak normal seperti sedia kala, tapi kasus terus bertambah setiap hari.
di sini yg rame mall dan pasar makanya aku gaberani mas
Deletekalau kayak gini masih sepi dan ya begitulah
Jawa timur termasuk tinggi sih ya mas. Jadi orang2 masih takut juga utk wisata. Tp bagi yg mau kluar, ada untungnya, jd berasa tenang kalo ga rame orang gini, walopun jd creepy jugaaa hahahahha.
ReplyDeleteTp jadi inget pas aku ke Selecta , beberapa THN lalu sih, itu sepiii juga. Ga tau deh Napa, bukan Krn covid pastinya. Apa Krn waktu itu udh banyak tempat wisata lain di malang dan batu yaa.
Eh tapi prosedur di Songgoriti sampe fotoin KTP segala yaaa. Aku blm nemu ada yg begitu di JKT ini. Bagus juga sih.. jd LBH gampang tracingnya