Jangan ngiri ya |
Dasarnya saya memang belum bisa di rumah saja, maka untuk ke sekian kali saya berjalan-jalan keluar rumah.
Namun, karena wabah covid-19 belum mereda, rasanya masih ya dan tidak. Ya karena otak saya sudah benar-benar buntu. Mau beraktivitas dan berkreasi seakan jalan di tempat. Tidaknya tempat wisata menarik begitu ramai pengunjung.
Saya pun harus memilih kira-kira wisata mana yang aman tapi benar-benar berkesan. Dan pantai adalah jawaban. Pantai memberikan kebebasan pikiran yang tak saya dapatkan. Walau demikian, kini saya harus tetap memerhatikan protokol kesehatan yang harus dijalankan.
Berkelanalah saya ke pantai selatan Malang yang dikenal dengan pemandangan yang elegan. Jalan berliku dan berkelok harus saya lalu selama hampir 2 jam. Saya berangkat dari rumah sekitar pukul 8 pagi melewati daerah yang disebut Sumber Manjing Wetan (Sumawe).
Ngeri juga lama tak keluar rumah melewati jalanan sempit, berliku, rusak, dan banyak truk berlalu lalang. Saya sampai menahan napas ketika rekan yang membonceng saya tak sengaja melewati lubang jalan yang cukup besar.
Pantai Sendiki
Syukurlah, kami akhirnya sampai di jalan menuju Pantai Sendiki yang jadi target pertama kami. Walau demikian, kegembiraan kami tak lama. Saya masih ingat saat berkunjung ke tahun 2017, jalanan menuju pantai ini lumayan mudah dengan sebuah lapangan besar sebelum pintu masuk.
Eh ternyata, saat ke sana kemarin, rute jalan pun berubah. Berupa jalan naik turun yang amat rusak meski bisa dilalui mobil. Kami malah sempat takut tersesat tapi ternyata jalannya memang benar. Usut punya usut, ada proses pembangunan jalan masuk ke pantai ini agar melewati deretan warung milik warga.
Baca juga: Menjadi Satu-Satunya Pengunjung di Songgoriti Batu Malang
Tujuannya sih baik karena perekonomian warga bisa terangkat. Meski demikian, bagi wisatawan terutama yang baru pertama kali datang, kok bikin susah ya. Belum lagi, dulu kami hanya sempat turun sebentar untuk menuju pantai melalui anak tangga. Kini, anak tangganya lebih banyak dan lebih curam. Saya langsung lemas membayangkan berapa anak tangga yang harus saya naiki saat pulang nanti.
Untungnya, pantai yang saya rindukan menjadi vaksin yang amat manjur. Warna biru dan desiran ombak yang amat kencang membuat hati saya lega. Saya langsung berpose layaknya kontestan Miss Supranational yang berlenggak-lenggok di atas pasir pantai yang putih.
Perkenalkan, Mister Supranatural Indonesia 2020 |
Setelah puas melakukan sesi photo shoot, saya berkeliling pantai. Fasilitas pantai ini memang lengkap. Ada banyak tempat yang bisa digunakan sebagai camping ground. Ada juga rumah-rumah kayu di atas pohon yang bisa diinapi oleh pengunjung. Di dalamnya, lengkap dengan tikar dan bantal.
Penginapan di pantai |
Saya awalnya mengira pantai ini lebih cocok digunakan oleh anak-anak muda yang berwisata. Alasannya, medan berat yang saya hadapi pada awal perjalanan. Tiba-tiba, saya melihat rombongan keluarga besar dengan banyak balita dan manula. Saya ternganga dan membayangkan bagaimana mereka pulang nanti.
Main ayunan dulu |
Tapi saya kok bodo amat ya. Yang penting saya hepi dan mulai bermain ayunan yang ada di pinggir pantai. Meski hanya sebentar karena ada anak balita yang meminta ayunan saya. Baiklah saya berikan daripada anak tersebut menangis ya.
Baca juga: Menyambut Wisata “New Normal” Malang Raya dengan Mengunjungi Sumber Sira
Akhirnya, saya memutuskan pergi ke pantai lain dengan menaiki kembali anak tangga yang luar biasa banyaknya. Saya sampai di tempat parkir dengan kondisi ngos-ngosan bersama pengunjung muda lain yang merasakan hal sama. Tujuan selanjutnya adalah Pantai Ngudel yang tak jauh dari Pantai Sendiki.
Pantai Ngudel
Kami menuju Pantai Ngudel setelah melewati jalan beriku sebelum sampai di Jalan Lintas Selatan (JLS) yang amat mulus. Jalan ini amat panjang dan rencananya menghubungkan seluruh kabupaten bagian selatan di Jawa Timur.
Selama perjalanan, saya sempat berkelinginan menuju pantai lain yang saya lewati. Ada Pantai Bajulmati, Pantai Teluk Asmoro, Pantai Batu Bengkung, Pantai Watu Leter, Pantai Sendang Biru, dan beberapa pantai lainnya.
Lagi-lagi saya tak teralihkan karena rekan saya berpendapat Pantai Ngudel apik untuk didatangi karena banyak pohon cemara yang rindang. Ternyata benar, saat baru masuk saya terkesima dengan jajaran pohon cemaran yang amat rapi bagai peserta Miss Universe yang akan melakukan opening number.
Pengunjungnya cukup banyak |
Parkir pun amat luas dan sayangnya pengunjung amat banyak . Mereka juga tidak jaga jarak dan banyak tak memakai masker. Yang bikin saya deg-degan adalah banyak yang berasal dari Surabaya Raya yang terlihat melalui plat mobil L dan W yang mereka gunakan.
Haduh, saya mulai parno. Akhirnya saya memilih duduk di sebuah tempat yang tak terlalu ramai. Kami makan dulu sambil rekan saya memasang hammock. Sepertinya saya juga akan duduk manis saja sambil melihat video kontes kecantikan. Mau ke bibir pantai kok ngeri melihat kerumunan yang cukup banyak.
Baca juga: Asyiknya Berwisata Petik Jeruk di Tengah PSBB Malang Raya
Pantai ini sebenarnya bagus karena pasirnya putih. Ada pulau karang yang berbentuk seprti udel (pusar) sehingga ombak laut tak begitu ganas. Ketika surut, hamparan bebatuan terlihat jelas. Banyak anak kecil bermain pasir yang dijaga oleh ayahnya sebagai pemecah ombak.
Lucu juga tapi melihat ayah-ayah itu yang dengan cerdik menjadi penghalang ombak agar anaknya bisa bermain leluasa. Sementara para ibu tentu berada di belakang anak. Sungguh potret keluarga bahagia sesuai amanat Pancasila dan UUD 1945.
Jangan lupa bahagia |
Kami sempat makan siang dan cemilan sebelum akhirnya memutuskan untuk ke pantai selanjutnya karena pengunjung semakin banyak. Memang wabah covid-19 benar-benar mengubah pikiran saya untuk tak berlama-lama di keramaian. Kami pun beralih ke Pantai Jolangkung.
Pantai Jolangkung
Saya memilih Pantai Jolangkung sebagai tempat wisata terakhir kami karena saat melintas menuju Pantai Ngudel pantai ini terlihat sepi. Tak hanya itu, dari jalan raya pantai ini sudah terlihat jelas. Kami pun langsung menuju ke sana.
Ternyata, pantai ini sedang surut. Kami melihat ada bebatuan yang ditumbuhi tanaman air. Benar-benar unik. Beberapa pengunjung tampak berswafoto ria sambil tertawa. Iya, mereka beruntung bisa menemukan pantai yang cukup sepi.
Pantai Jolangkung yang sepi |
Bebatuan tersebut ternyata sebuah gugusan karang yang menghubungkan Pantai Jolangkung dengan Pantai Parang Dowo. Kedua pantai ini hanya dibatasi oleh sebuah karang besar. Dari jalan raya, keduanya juga tampak berdekatan. Makanya, ketika saya melihatnya pantai ini dari pinggir jalan, saya sempat ragu memilih.
Airnya jernih sekali |
Diantara batu karang itu, ada sebuah pipa air yang membujur dari karang paling dekat dengan laut menuju sebuah parit kecil. Parit itu bermuara ke sebuah cekungan dengan air yang amat jernih. Saking jernihnya, saya sampai bisa berkaca. Entah apa tujuan dari pemasangan pipa ini yang jelas kedua pantai ini layak dikunjungi.
Wajah lama enggak ngepantai |
Sepinya pengunjung bisa jadi tak banyak pepohonan yang tumbuh. Jadi, saat siang hari terik matahari terasa menyengat. Namun, ketika sore hari, saat air surut, kedua pantai ini menyuguhkan atraksi luar biasa. Berjalan di atas batu karang yang licin dan basah amat menyenangkan. Saya saja sampai melakukan 4 kali sesi photo shoot seperti peserta Miss Grand International.
Mau sesi bikini masih malu wkwkw |
Ada kolam alami buat berenang |
Mengenai nama kedua pantai ini, saya belum paham dasarnya. Yang pasti, jika kita datang dari pantai Jolangkung kita bisa ke Pantai Parang Dowo dan sebaliknya. Asal, air laut sedang surut sekitar jam 3 hingga jam 5 sore. Waktu terbaik untuk melakukan photo shoot.
Drama Perjalanan Pulang
Kami memutuskan pulang sebelum matahari terbenam. Awalnya saya bersikeras untuk menunggu sunset sambil melanjutkan sesi photo shoot edisi bikini. Namun, rencana ini gagal karenan matahari tak tenggelam di bibir pantai. Sesi photo shoot pun gagal karena efek cahaya yang saya nantikan tak akan terlihat sempurna.
Kami pun pulang melalui jalan berbeda yakni melewati Kecamatan Bantur. Kami sempat mengisi bensin di depan pintu masuk Pantai Balekambang. Nah di sinilah drama mulai muncul ketika saya terguncang hebat saat tekan saya menyalip truk atau tak sengaja melewati jalan yang berlubang. Rasanya mau jatuh saja.
Bahkan, saat berada di Jurang Mayit, tanjakan ekstrem menuju Pantai Balekambang, saya merasakan motor yang kami tumpangi oleng. Dan ternyata, feeling saya tepat. Ban motor tersebut bocor dan sangat panas.
Untungnya, kami berhasil menemukan sebuah bengkel tambal ban yang dikelola oleh Bapak Tua. Bapak tersebut meminta kami menunggu motor selesai ditambal sambil bercerita ngalor ngidul. Ternyata Bapak tersebut adalah salah satu warga Desa Srigonco Bantur yang ikut mbabat alas – membuka jalan – Pantai Balekambang dan pantai-pantai lain di sekitarnya. Pembukaan jalan itu dilakukan pada akhir tahun 1970an dan baru dibuka untuk umum pertengahan 1980an.
Lumayan juga saya dapat sedikit sejarah dari Bapak yang juga memiliki lahan tebu di dekat rumahnya. Yang bikin saya terharu adalah biaya tambal ban bocor itu hanya 10 ribu rupiah. Biasanya lebih dari itu. Ketika rekan saya menambahkan uang, beliau menolak. Semoga sehat selalu ya, Pak.
Yah itulah sedikit cerita saya ketika berjalan-jalan ke Pantai Malang Selatan beberapa hari yang lalu. Memang lebih baik kita di rumah saja. Tetapi kadang saya juga kepikiran bagaimana nasib para pekerja wisata yang sering mengandalkan kehadiran wisatawan yang datang. Jadi, sesekali ke tempat wisata boleh asal tetap ikuti protokol kesehatan dan tidak berada di keramaian.
Tambahan Info
HTM Pantai Sendiki dan Ngudel : 10.000
HTM Pantai Jolangkung : 5.000
Parkir tiap pantai : 10.000
Subhanallah.. Pantainya bagus banget.. bersih airnya.
ReplyDeleteSebenarnya covid liburan sedikit nggak salah sih. yang penting mengutamakan protokol kesehatan kaya social distancing, use masker.. Soalnya kan pengelola juga butuh masukan biar ekonomi mereka jalan.
Sejak covid saya masih sering ke pantai juga. Yah nggak sering-sering amat. paling sebulan bisa dua kali. karena kebetulan jaraknya lumayan dekat. dan Yah, di pantai memang sepi tapi itu yang saya suka.. wkwkw biasanya ke pantai berdua sama temen kontrakan. biasanya dia bawa pacarnya, kalau saya biasa bawa tablet buat ngegambar.
Jadi dia jalan berdua sama pacar, saya diem adem di gazebo sambil ngegambar.. Lohh kok malah curcol.. wwkwkwk
iya mas asal tetap lakukan protokol kesehatan ya
Deletekasian juga para pelaku wisata memang
ahahahah gpp mas yang penting happy dan punya kesibukan sendiri
Wah.. Pantainya berdekatan ya mas dan namanya kok unik-unik. Ada yang serem juga, pantai jolangkung. Disana nggak ada pesta kan😂
ReplyDeleteTapi kalau medannya susah kayaknya saya jadi ragu pengen kesana, dikarenakan saya takut jatoh dan entah kenapa kalau lewat jalan yang susah badan saya tuh suka gatal-gatal😂 nggak tahu juga kenapa. Satu-satunya pantai yang pernah saya kunjungi hanya parang tritis.
wkwk engga mbak ga ada kan lagi corona hehe
Deletelah kok bisa mbak apa karena udara juga
paratritis saya sering mbak bagus si ada pasirnya luas
Kalau aku milih stay aja sih Mas di salah satu pantai, anak pantai soalnya. Mau berenang sampe gosong, tapi liat-liat sih mana yang bisa diceburin. Dari semua pantai yang Mas sebutin, aku baru ke Watu Leter aja, dan di situ bisa nyebur lagi.
ReplyDeleteini berhubung lama engga ke pantai jadi nyobain satu satu mbak
Deleteaku juga pernah ke watu leter iya ombaknya agak tenang di sana
Saya juga terpukau sama pantai-pantainya. Pasir putih, bersih, airnya jernih, apalagi pantai yang masih sepi. Asik banget sebagai tempat pelarian ya 😍
ReplyDeleteWalaupun naik turunnya peer banget tapi sepertinya pemandangannya bikin semua lelah terbayarkan? Hahaha. Semoga pembetulan jalannya bisa segera selesai, jadi nggak perlu susah payah ke pantainya.
Pantai ngudel juga lucu hahaha. Saya pikir saya salah baca tapi ternyata benar "ngudel" dan beneran disebut demikian karena mirip udel 🤣 lucu.
Semoga bapak yang bantu tambal ban juga selalu diberkahi kesehatan dan rejeki berlimpah. Si Bapak baik bangettt 🥺
iya mbak sger liatnya dan betah saya aja klo engga keburu waktu kayaknya males pulang ahahah
Deleteamin semoga cepat dibenahi
itu karena ada karang yg seperti udel jadi namanya ngudel heheheh
iya semoga bapaknya rejekinya lancar ya mbak
Mas Ikroommmm, woi kau pelanggaran bikin aku tambah pengin ke Malangggg, uhu
ReplyDeletebtw, hari minggu kemarin ku juga ke pantai Kebumen, gila sih emang pantai ini sejenis vaksin yg manjur banget buat pikiran dan hati yang udah nggak tahu mesti gimana. lah kenapa malah curhattt, akakakak
ahahahah ayo ke sini mbak aku tunggu nanti kemping yaaaaaaa
Deleteiya la gimana ya mbak pantai itu obat yg mujarab
Wkwkwk harusnya ayunan nya di pantai Sendiki jangan dikasih dulu mas Ikrom, biar anaknya nangis dulu baru dikasih ayunannya.😁
ReplyDeleteYang ramai pantai Ngudel ya bahkan ada pengunjung yang berasal dari Surabaya, hiks mana ada yang ngga pakai masker lagi. Oh ya, nama pantainya kok mirip udel ya.😂
Biarpun ada drama ban bocor, Alhamdulillah ada bapak tua tukang tambal ban ya, mana dapat informasi gratis lagi tentang pembukaan jalan pantai Balekambang dan sekitarnya. Semoga bapak tua itu sehat selalu.
ahahaha kasian mas nanti klo nangis berabe
Deleteiya itu makanya agak was was si tapi ya smeoga aja gpp
amin smeoga ya mas
Pantainya indah banget ya
ReplyDeleteMasih tampak bersih dan alami banget
Fasilitas rumah-rumahan kayunya menarik juga
Wah pengalaman pulangnya menarik juga, ban bocor.
Jadi menjadi tambahan cerita deh.
iya bang jadi tambahan pengalaman ya...
DeleteYa ampunnn ngeliat birunya langit dan pantai makin bikin kepingin main ke pantai, Mas! Meski agak salfok dengan pose miss2 ya hahaha
ReplyDeleteMalang selatan memang buanyak pantai ya, tinggal diurut saja, pilih yang agak sepi ya hehehe ya sayang banget ya kalau jalurnya tidak segera diperbaiki, bikin pengunjung mikir2 mau kesana.
ahahahah itu pose pemanis mbak
Deleteiya sayang jalurnya belum diperbaiki
Keren banget pantai-pantainya Mas! Dan nggak terlalu ramai juga ya. Aku jadi ingat pernah ke Pantai Sendang Biru di selatan Malang, untuk camping di Pulau Sempu. tapi itu pengalaman buruk sih jadi males inget-inget lagi, haha. Ngomong-ngomong untuk akses jalannya masih serem begitu ya, horor banget namanya jurang mayit.
ReplyDeletewah sekarang gaboleh mbak camping di pulau sempu soalnya kawasan konservasi
Deletehahhaha iya serem banget ada nama mayitnya
subhanalloh 3 segara dalam 1 hari mantab dan apik tenan mas narasine, aku nyampek kayak dijaki plesiran liwat virtual hihi
ReplyDeletejan mesam mesem aku pas moco bagian berpose ala miss suoranational, hihi tapi njuk sesi bikini ra sido..kok sesi bikini mas hahahhahaha
eh sing pantai pertama iku rumah kayune unik juga ya, iku entuk diintip po mas bagian daleme, kayake model rumah mini gitu ya, nek nginep situ dapat pemandangan pagi disertai semilir angin rak malah serasa berada di hawaii
eh ngakak pula bagian bodo amat pas bayangin rombongan besar tambah balita n manula piye jarane munggah tangga pas balike, ama ga mau rebutan ayunan karo balita mbok nangis kejer, kocakk hihi
sing pantai ngudel malah rame ya..
sing terakhir ada tumbuhan laute kayak pantai sanur ya mas
btw agak ngeri pas tau jalan pulange liwat jurang, mana jenenge ada mayite pula huhu
eh pas mandeg bapak tambal ban takirain ada cerita horore ternyata crita secuil sejarah pas pembukaan jalane ya mas, dan tu bapak baek bener tetep maunya dibayar segitu, barakalloh mugi diparingi rejeki banyak tu bapak..
ah selalu seneng baca jalan jalane mas ikrom 😆
hahahahha aku wedi masuk angin mbak
Deleteiya iki tumbuhan laute bagus banget tur sger seger
itu tikungane ancen medeni dan slamet ga bocor pas ndik kunu hihi
iya bapake baik banget aku sampai terharu mbak
Mau nanya nih mas, di pantai² yang ada di malang sudah boleh ngecamp enggak?
ReplyDeletebeberapa pantai sudah mas
Deletekayak sendiki ini
tapi alangkah lebih baik tanya ke pengelola saja ya
ada nomor teleponnya kok di google map
Terimakasih infonya nggih mas 🙏🏽
Delete