Pembukaaan Tol Malang-Pandaan membuat saya gembira dan sedih seketika.
Di satu sisi, saya gembira akhirnya Kota Malang memiliki jalan tol yang bisa tembus ke kota lain. Tak hanya menuju Surabaya saja, tetapi bisa juga tembus ke Yogyakarta, Solo, bahkan Jakarta. Keinginan saya sejak kecil akhirnya tercapai berkat kinerja Bapak Jokowi (PS: sekali-kali memuji pemerintah bolehlah daripada mengkritik terus ya).
Dulu, saat masih TK, saya selalu dinarasikan oleh orang dewasa bahwa jalan tol adalah sebuah jalan yang sangat prestisius yang dimiliki oleh Kota Surabaya. Rasanya mustahil ada jalan tol di Malang karena kontur tanahnya yang berada di dataran tinggi dan perbukitan. Mau bangun jalan tol dengan cara apa?
Baca juga: 5 Jalan Pintas di Kota Malang
Makanya, pikiran saya kala itu kalau mau lewat jalan tol ya harus ke Surabaya dulu sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur dan kota nomor satu di provinsi ini. Namun, ketika lulus kuliah, saya sempat kaget bahwa jalan tol yang awalnya hanya berakhir di Gempol Pasuruan tiba-tiba bisa sampai ke Pandaan.
Sebagai informasi, Pandaan adalah sebuah kecamatan di Pasuruan yang amat dekat dengan Malang. Saat itu, saya masih ingat pergi ke kondangan teman kuliah dan kami mencoba tol gratis Gempol-Pandaan sekitar tahun 2015. Dari sini saya mulai optimis kalau nantinya akan ada momen yang pas jalan tol tersambung ke Malang.
Dan akhirnya, pada 2019 kemarin jalan tol benar-benar tersambung ke Malang. Mula-mula, jalan tol hanya sampai di daerah Karanglo yang masuk Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Saya sempat mencicipi saat naik bus Patas dari Surabaya dengan harga tiket 30.000 ribu. Hampir 2 kali lipat dari harga tiket biasa yang tidak lewat tol.
Baca juga: Pengalaman 14 Jam Perjalanan Malang-Jogja
Perjalanan Bungurasih-Malang hanya ditempuh sekitar 1 jam seperempat menit. Wah, cepat sekali. Yang bikin saya senang adalah pemandangan pegunungan indah menjadi teman perjalanan. Saya bisa memastikan bahwa Tol Malang-Pandaan adalah salah satu tol dengan spot paling asyik se-Indonesia.
Meski demikian, saya juga menyimpan sedih. Saat tol ini tersambung ke wilayah Kota Malang, wabah covid-19 pun merebak. Saya yang berniat pulang dan jalan-jalan mencoba jalan tol harus gigit jari karena bersamaan dengan momen PSBB Malang Raya dan PSBB Surabaya Raya (Sidoarjo-Gresik). Dua kota itu pun tak bisa terkoneksi dengan baik meski sudah ada jalan tol. Peresmian seksi terakhir yang bermuara di wilayah Madyopuro Kota Malang pun baru dilakukan 7 April 2020 kemarin.
Baca juga: Keseruan Wisata Petik Jeruk saat PSBB Malang Raya
Foto demi foto saya saksikan dengan panorama yang asyik. Barulah pada Minggu kemarin, saya mencoba melihat lebih dekat jalan tol yang banyak diimpikan anak Malang. Iya lho, banyak anak Malang yang benar-benar bermimpi punya jalan tol. Coba tanya ke beberapa anak Malang yang seumuran saya pasti sangat gembira dengan adanya jalan tol ini.
Hore... akhirnya ada jalan tol |
Saya memulai perjalanan dari arah Jalan Raya Madyopuro-Sawojajar yang berada di ujung timur Kota Malang. Daerah ini menjadi seksi terakhir Tol Mapan karena dibandingkan wilayah lain di Kota Malang, volume kendaraan cenderung sepi. Kebanyakan warga Kota Malang masuk dari arah Karanglo yang menjadi pintu utama. Makanya, dengan adanya jalan tol ini, kemacetan pun coba diurai. Warga Kota Malang yang rumahnya berada di sebelah selatan kota seperti saya atau timur bisa lewat jalan tol ini.
Bisa tembus ke Surabaya |
Saya terkejut dengan perempatan jalan Madyopuro yang mengarah ke Tumpang/Gunung Bromo dengan Jalan Raya Sekarpuro yang mengarah ke Bandara Abdurrahman Saleh. Wah, jalan tolnya sudah ada. Tampak pula rambu untuk berhati-hati dan wilayah yang dulunya cukup sepi kini menjadi ramai.
Baca juga: Menjadi Satu-Satunya Pengunjung di Songgoriti
Saya pun memilih Jalan Raya Sekarpuro karena kemungkinan akan bersinggungan dengan jalan tol. Prediksi saya tepat. Baru beberapa meter kemudian tampak jalan layang yang dilintasi oleh kendaraan berukuran besar. Akhirnya saya kesampaian ya jadi penduduk lokal yang dilihat oleh pengguna jalan tol. Ya yang benar sih saya yang melihat pengguna jalan tol.
Jalan tol layang |
Dulu, saat lewat jalan tol ke arah Surabaya, saya selalu heran darimana ya orang –orang yang naik sepeda, motor, atau pun berjalan kaki. Kok bisa bersinggungan dengan jalan tol. Ternyata memang konsep jalan tol ada dua macam, yakni yang berada di jalan menapak dan yang di jalan layang.
Lantaran Malang kontur tanahnya berbukit, maka kebanyakan jalan tol yang baru dibangun ini berada di jalan layang. Saking gembiranya saya, beberapa potret pun saya ambil. Ada bapak-bapak yang sedang jagongan alias duduk santai di sebuah warung heran dengan kelakuan saya.
Sambil tersenyum saya hanya berkata bahwa saya senang sekali Malang punya jalan tol. Maklum, saya lama di luar kota dan tidak pernah menengok daerah ini. Bapak-bapak itu pun ngakak karena mereka juga awalnya demikian. Beberapa diantaranya bahkan tanahnya terdampak pembangunan jalan tol ini.
Meski kata mereka ada yang berat untuk dilepaskan, tetapi ini jadi momen bagi Malang untuk bisa memiliki jala tol. Kapan lagi coba kalau engga sekarang dan bisa jadi warisan bagi anak cucu. Yang bisa berkata bahwa kini Malang punya jalan toll ho. Enggak harus jauh-jauh ke Surabaya dulu.
Saya melanjutkan perjalanan ke Jalan Raya Pakis yang menghubungkan Tumpang Kabupaten Malang dengan wilayah Kecamatan Blimbing Kota Malang. Namun, saya memilih untuk menuju kompleks Bandara Abdurrahman Saleh atau lebih dikenal sebagai Bugisan. Dan pilihan saya tepat karena Jalan Tol Malang-Pandaan juga melewati daerah ini.
Pertigaan Bugis |
Bahkan, ada penjual es degan dan nasi pecel yang berjualan tepat di bawah jembatan jalan tol. Dengan sinar matahari yang tak remang-remang, banyak juga pembeli yang menikmati makanan dan minuman tersebut. Kapan-kapan deh saya coba.
Penjual makanan di bawah jembatan |
Pintu masuk bandara. Sepi ya |
Perjalanan saya pun lalu menuju jalan pintas ke arah Karanglo. Jalan ini menjadi jalan alternatif kalau daerah Singosari sedang macet parah. Berada di Desa Tirtomoyo, saya pun sangat berhati-hati dalam berkendara. Pasalnya, kondisi jalan amat rusak parah dan berdebu serta berbatu.
Padahal, sesekali saya menemukan jembatan layang jalan tol. Sungguh sangat kontras sekali. Dari bawah tampak jalan tol yang mulus sedangkan di tempat saya memotret tersebut jalanan amat rusak parah. Adagium ada rupa ada harga memang benar adanya ya. Meski demikian, sebagai jalan tembus yang dilalui banyak orang, rasanya perlu perbaikan. Toh ini jadi jalur penting jikalau jalan tol sedang tidak berfungsi.
Oh jadi ini kondisi di bawahnya. |
Setelah mengikuti jalan tembus tersebut, saya akhirnya sampai di sebuah gang yang berada di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari. Gang ini tak jauh dari Hotel Solaris dan underpass Karanglo serta exit toll Singosari.
Jalannya rusak |
Maunya sih saya masuk tol saja tapi karena saya menggunakan motor, itu sangat mustahil. Saya pun melewati underpass yang mulai penuh dengan spanduk Tim Arema dan pulang ke Kota Malang. Perjalanan singkat melihat dari dekat jalan tol pun berakhir.
Eh tapi, ternyata Tol Malang-Pandaan ini tidak berakhir di wilayah Madyopuro saja. Rencananya, akan ada perpanjangan jalan tol yang panjangnya sudah mencapai 38 km tersebut. Tol akan diperpanjang ke Kota Kepanjen yang menjadi ibukota Kabupaten Malang dan bahkan akan sampai ke Blitar. Mungkin kalau sudah sampai Blitar akan diteruskan ke Kertosono. Ke rumahnya Kekeyi. Halah.
Ketemu jalan raya |
Akhirnya sampai |
Rencananya juga, ada 7 kelurahan di Kota Malang yang akan dilewati jalan tol. Sebelumnya hanya Kelurahan Madyopuro saja. Namun, semua kelurahan tersebut berada di Kecamatan Kedungkandang. Otomatis, jalan tol tidak akan lewat dekat rumah saya karena rumah saya berada di Kecamatan Sukun. Maunya sih, saya tinggal jalan kaki kalau mau ke jalan tol tapi ya sudah bagi saya ini sudah sangat bersyukur karena tidak semua kota mendapat kesempatan fasilitas jalan tol.
Yang pasti, kini hampir semua wilayah di Jawa Timur akan terkoneksi dengan jalan tol. Yang saya tunggu adalah jalan tol menuju Banyuwangi agar perjalanan ke Pulau Bali bsia semakin cepat tidak sampai berjam-jam.
jalan memang bisa menghbungakn banyak kota yang bisa mempermudah akse, apalagi jalan tol lebih mempercepat
ReplyDeletebenar sekali bu
DeleteSemangat mas Ikrom... hahaha mirip nih sama kelakuan saya kalau sedang hunting ide di Bogor. Keluyuran di jalanan mencari bahan tulisan.
ReplyDeleteCuma sejak pandemi, sudah 6 bulan lebih kebiasaan ini saya stop dulu. Soalnya kalau turun ke jalan lagi, berarti nggak ngikuti anjuran pemerintah untuk keluar kalau perlu saja. Juga, tetap ada rasa tidak nyaman karena pulangnya takut bawa "sesuatu" ke rumah.. Kasihan orang di rumah.
Jadi deh saya stop dulu berburu ceritanya..
Keren bro
ini sekalian nganter jeruk pak
Deletekalau engga ya mana berani
jadi sekarang sambil kerja sambil cari konten wkwk
ke surabaya aja saya belum berani huhu
Oh jadi jalan tol lintas Solo-Malang ini nih yang udah pernah dilewati adikku & keluarganya saat liburan ke Malang.
ReplyDeleteKalau aku waktu itu ke Malang proses jalan tolnya belum rampung dibikin 😁.
Aku suka idenya mas Ikrom ngulik apa yang ada di bawah jalan tol hehehe.
Tau gitu dulu saat aku tinggal di Jakarta hunting lokasi bawah jalan tol juga ya .. ada yang buat jualan, rumah tinggal sampai panti pijat 😁
Oh, akhirnya kota malang punya jalan tol ya mas. Walaupun belum sepenuhnya selesai tapi sudah banyak kemajuan. Jadi sekarang kalo mau ke Surabaya bisa lebih cepat lewat tol, tapi sayangnya ongkos nya juga ikut naik ya.
ReplyDeleteTinggal jalan tol ke arah Banyuwangi yang belum jadi ya. Kalo sudah jadi maka ke pulau Bali bisa lebih cepat.
ada pros and cons di sebalik pembinaan jalan bertol ini... tapi bagi saya pasti akan memberi lebih banyak manfaat kepada masyarakat setempat lebih-lebih lagi untuk pembangunan luar bandar...
ReplyDeleteAkutu udh planning mas, kalo oandemi berakhir, pengen road trip kliling Jawa kalo bisa sampe Banyuwangi sekalian. Makanya dengan adanya banyak tol, jujur mempermudah dan mempercepat perjalanan banget :). Skr aja, dari jkt-solo bisa cepeeet bangettt. Seneng aku, jd ntr ga terlalu capek LG di jalan :D.
ReplyDelete