Apa yang kamu tanam itulah apa yang kamu tuai.
Kalimat mutiara itu memang benar adanya. Apa yang kita lakukan itulah apa yang kita dapat di kemudian hari. Sudah hukum alam dan diajarkan oleh semua agama bahwa nanti kita akan memetik sendiri hasil yang kita tanam.
Kalau kita menanam kebaikan, maka kebaikan pula yang akan kita terima. Demikian pula sebaliknya, jika keburukan yang kita tanam, maka keburukan pula yang akan kita tuai. Hanya masalah waktu, entah cepat atau lambat, semua akan terjadi pada kita.
Kadang, untuk melakukan kebaikan, kita harus menimbang dahulu apa manfaat yang kita peroleh. Kita harus memikirkan dahulu apa yang akan kita dapat dan kerugian jika kita melakukan kebaikan tersebut. Termasuk, dalam membantu orang lain.
Lamanya kita menimbang dan memikirkan apa yang akan kita dapatkan membuat hati kita akhirnya tidak tenang dan tidak ikhlas. Lama-kelamaan, akhirnya kita pun sulit untuk memutuskan jadi menolong orang lain atau tidak. Hingga, keinginan untuk membantu orang pun tidak jadi dilakukan.
Ambil contoh sederhana, ketika ada kerabat atau rekan yang meminjam uang. Kadang, kita masih bingung apakah akan meminjamkan uang atau tidak. Terlebih, saat ini banyak masalah yang timbul akibat pinjam meminjam uang ini. Mau dipinjami takut tidak kembali tetapi jika tidak dipinjami akan dianggap pelit.
Untuk menyiasati hal ini, biasanya saya hanya meminjami uang dengan jumlah yang tak cukup banyak. Misalkan 50 hingga 200 ribu rupiah dahulu. Ketika masa pengembalian tiba, saya lihat apakah yang bersangkutan mengembalikan atau tidak. Jika ya, berarti saya tak perlu risau untuk meminjamkan uang lagi meski dengan jumlah yang lebih banyak. Jika tidak, maka saya akan menghentikan bantuan saya. Biarlah, uang yang sudah ia pinjam digunakan saja. Yang penting, kemampuan saya membantu sudah sampai di situ saja.
Saya juga membayangkan berada pada posisi orang yang sedang kesusahan saat saya dimintai bantuan. Makanya, kalau bisa, saya tetap membantunya meski tidak dalam bentuk materi. Bisa juga, saya membantu dengan mencarikan bantuan kepada orang lain yang kira-kira bisa membantunya. Membuat pengumuman di WAG atau pun secara japri menginformasikan sesorang yang butuh bantuan. Dengan begini, kita juga turut membantu orang yang sedang kesusahan.
Pada intinya, membantu orang tak melulu mengenai jumlah dan prestisius sesuatu yang kita berikan. Asal kita ikhlas, sekecil apapun bantuan kita, maka akan sangat berharga. Membantu orang pun juga bukan masalah timbal balik yang kita terima saat kita telah memberikan bantuan. Kadang, ada saja hal-hal di luar nalar yang kita terima setelah tanpa sadar kita membantu orang lain secara sederhana.
Saya punya contoh orang yang telah menerima berkah karena senang membantu orang. Kebetulan beliau adalah tetangga saya yang berprofesi sebagai tukang becak. Walau sederhana dan terlihat kurang mampu, beliau berhasil menyekolahkan putra-putrinya hingga jenjang S1. Selain menarik becak, beliau juga memiliki sebidang tegalan atau kebun kecil yang beliau tanami dengan kacang.
Tanpa banyak kata, jika ada kegiatan di kampung, beliau selalu menjadi yang terdepan untuk datang dan membantu. Entah saat ada kematian, upacara 17 Agustus, hingga berbagai kegiatan lain. Awalnya, rumah yang ditempati beliau sangatlah sederhana. Namun, berkat keuletan dan kegigihannya, beliau berhasil membangun rumah yang sangat layak. Dan uniknya, banyak tetangga sekitar yang rela menyumbangkan tenaganya saat ia akan membangun rumah. Sesuatu yang tak beliau sangka sehingga dana pembangunan rumah pun bisa ditekan dan bisa digunakan untuk keperluan lain. Bahkan, ada tetangga desa yang juga ikut menyumbang tenaganya untuk membangun rumah beliau ini.
Dari sini saya belajar, tanpa disangka-sangka, bantuan dan pertolongan akan hadir juga saat kita membantu orang lain. Jangan pikirkan kapan dan berapa timbal balik yang akan kita terima tetapi fokuslah untuk berbuat baik. Meski membantu orang juga disesuaikan dengan kemampuan kita, tapi bukan berarti ini menjadi penghalang untuk bisa berguna dan bermanfaat bagi banyak orang.
Sekian. Salam.
Tags
Catatanku
Saya setuju mas, saya juga mengalami hal bimbang saat hendak membantu. saya khawatir membantu pada orang yang tidak tepat. saya sering melakukan siasat seperti yang mas sampaikan di artikel.
ReplyDeletenah iya sama ya
DeleteSuka merinding sendiri kalo baca gini mas, dari sini belajar banyak bahwa kesederhaaan bukan penghalang untuk selalu berbuat baik dan menolong sesama. Kita nggak pernah tahu apa yang akan terjadi kedepannya, kegigihan Bapak tukang becak ini bisa jadi teladan, terimakasih sudah berbagi informasi nya mas Ikrom ;)
ReplyDeleteiya mas tetep berbuat baik aja ya
DeleteMasya Allah takjub bacanya mas, kebaikan yg selalu berbalas kebaikan bagaimanapun caranya. Semoga kita senantiasa bisa terus menebar kebaikan ke sekitar ya, aamiin 😊
ReplyDelete