Saat ini banyak kelas workshop, baik offline maupun online yang bisa kita ikuti. |
Sejak memutuksan hidup di pedalaman dan membuka usaha, tak banyak kegiatan workshop lagi yang bisa saya hadiri.
Tak banyak lagi acara gathering blog yang saya datangi. Bahkan, saya pun akhirnya vakum dari beberapa komunitas blog yang sering mengadakan workshop dan acara lain. Alasannya simpel. Tempat tinggal saya cukup jauh dari peradaban dan saya tak memiliki motor untuk mendukung kegiatan tersebut. Praktis, saya hampir bisa dikatakan hidup menyepi di gua.
Meski demikian, saya tidak ingin berdiam diri. Walau kesibukan di dunia nyata tiada henti, tetapi hati ini rasanya ingin melakukan peningkatan diri. Sayang jika di usia produktif kegiatan hanya diisi pekerjaan rutin tanpa banyak hal yang bisa saya dapat. Makanya, beberapa kegiatan ini bisa menjadi solusi agar saya masih bisa belajar dan ada peluang yang saya dapatkan.
Pertama, mengikuti komunitas yang banyak mengadakan sharing online.
Komunitas ini saya pilih lantaran saya bisa belajar di sela waktu kesibukan saya. Salah satu komunitas yang saya ikuti adalah Indonesian Social Blogpreneur (ISB). Komunitas yang digagas Teh Ani Berta dan Teh Liswanti ini baru saya ikuti kurang dari setahun lalu. Awalnya, saya mengikuti kegiatan workshop yang diadakan di Malang. Eh ternyata komunitas ini juga mengadakan kelas berbagi pengetahuan setiap Minggunya.
Walau seringkali saya terlambat mengikuti karena saat kelas daring berlangsung saya sedang bekerja, tetapi tak masalah. Saya bisa menyimpan materi yang diberikan dan membaca kembali di waktu luang. Saya juga masih bisa bertanya kepada narasumber yang berbagi materi jika ada hal-hal dirasa kurang. Dan yang saya suka, materinya tak sekadar tentang dunia narablog tetapi juga mengenai hal-hal lain semisal finansial, parenting, dan traveling. Makanya, kegiatan ini benar-benar bermanfaat.
Selain melalui ISB, saya juga tergabung dalam Komunitas Storial Surabaya. Komunitas ini merupakan komunitas lanjutan dari workshop yang diadakan di Kota Pahlawan. Di sini, saya mendapat materi dari Mas Wisnu penulis Rahasia Salinem mengenai teknik bercerita dan membuat plot fiksi. Kami juga biasanya mengadakan challenge menulis fiksi yang harus kami unggah di akun Storial kami.
Kedua, saya menyempatkan diri untuk istiqomah datang ke Perpustakaan.
Saat ini, ada tiga perpusatakaan yang kerap saya datangi, yakni Perpustakaan Kota Jogja, Pepustakaan Kota Surabaya, dan Perpusatakaan Kota Malang. Ketiga perpustakaan itu juga kerap mengadakan acara insidental bedah buku, seminar, atau pun acara lain. Bahkan, di Perpustakaan Kota Surabaya juga secara rutin menggelar kelas bahasa asing, kelas sastra, kelas musik, dan kelas teater. Makanya, saat saya transit di Surabaya, saya langsung menuju tempat ini agar bisa mengikuti salah satu kelas tersebut. Ini menjadi salah satu usaha saya agar bisa bertumbuh meski tidak bisa mengikuti workshop secara rutin. Pada papan pengumuman ketiga perpustakaan itu, juga kerap terpajang kegiatan kelas daring yang bisa diikuti oleh siapa saja. Jadi, saya bisa memotretnya agar tak lagi ketinggalan berita.
Ketiga, berlangganan newsletter platform yang kerap memberikan workshop atau pun job menulis melalui email.
Saat ini, ada banyak kok platform yang fokus mengembangkan usaha di dunia digital. Tergantung kita sebagai user seberapa aktif untuk meraih peluang itu. Kalau saya sedang senggang dan kebetulan mampu memenuhi persyaratan yang diberikan, maka peluang itu saya ambil.
Keempat, mengikuti akun para penerbit dan para PIC yang kerap membuka kesempatan menulis.
Saya sering mengikuti akun para penerbit yang biasanya memberi peluang untuk mengirimkan naskah atau pun mengikuti kelas daring, entah gratis atau pun berbayar. Para PIC yang menyebar job menulis pun juga menjadi sumber informasi yang berharga. Namun, saya jarang atau hampir tidak pernah ikut job mereka lantaran jumlah pengikut saya yang masih kurang. Jadi, saya lebih berfokus kepada penerbit yang membuka keran untuk mengirimkan karya.
Buku kedua yang berhasil lolos salah satu penerbit mayor juga dimulai dari informasi yang saya dapatkan melalui akun media sosial sang pengelola. Ia hanya memberikan peluang bagi siapa saja yang memiliki naskah dan berniat untuk diterbitkan agar bisa mengirim proposalnya dulu. Saat itu, banyak penulis yang ikut sayembara itu. Saya sih sebenarnya tidak banyak berharap karena banyak sekali penulis yang jauh lebih terkenal dan berpengalam ikut mengirimkan naskah. Eh ternyata naskah saya masih lolos tahap berikutnya dan kembali lolos di tahap akhir hingga saya menandatangani kontrak dengan penerbit tersebut.
Kelima, tentu dengan membaca ulasan para bloger yang baru saja mengikuti suatu workshop.
Tanpa kita hadir di dalam workshop tersebut, kita juga masih bisa mendapatkan pembelajaran dari sana. Mereka juga biasanya memberikan poin-poin penting seputar materi workshop. Ada juga yang menyertakan video ketika kegiatan workshop berlangsung.
Intinya, selama kita mau, kita bisa kok mendapatkan banyak pelajaran atau peluang meski tak sering mengikuti workshop. Dan selama masih ada ponsel pintar, asal bisa digunakan secara maksimal, bukan tidak mungkin ada banyak peningkatan diri yang bisa kita dapatkan.
Tags
Catatanku
Jadi, tidak ikut workshop bukan berarti peluang tertutup yah bang selama kita sendiri masih mau berusaha menangkap peluang - peluang nya ;)
ReplyDeletebenar sekali mas
Deleteasal ada kemauan pasti ada jalan
Kunci belajar adalah kemauan ya, Mas?
ReplyDeleteFasilitas ada, kesempatan ada kalau ga ada kemauan sama aja ZONK.
Setuju aku sama tulisan Mas ini.
benar sekali mbak dan tetap berusaha berdoa jangan lupa
Delete