Halo, apa kabar semua?
Bagaimana penghabisan tahun 2019 ini?
Sudah menang berapa lomba blog tahun ini? Atau malah nihil sama sekali?
Bagi yang sudah menang banyak, saya ucapkan selamat, ya. Semoga tahun depan bisa menang lebih banyak lagi. Bagi yang belum, hmmmm harap bersabar. Ini bukan ujian melainkan kesempatan untuk bisa berkarya lebih baik lagi.
Nah, berbicara lomba blog yang saya ikuti, saya cukup
bersyukur jika tahun ini kemenangan lomba blog yang saya ikuti jauh melebihi
ekspektasi. Walau dengan kemenangan 4 dari 8 lomba blog yang memuat saya
sebagai peserta (hanya 50% saja), saya masih terus berucap syukur. Pasalnya,
khusus tahun ini, saya memang tidak menargetkan menang satu pun lomba blog.
Lha, kok bisa?
Alasannya, saya ingin lebih berkonsentrasi dalam
merampungkan buku saya. Tidak boleh ada hal-hal lain yang mengganggu
konsentrasi saya dalam mencetak sejarah hidup. Termasuk, lomba blog. Jadi,
sejak awal tahun, saya benar-benar khusyuk menulis hanya untuk mengisi blogsekadarnya dan merampungkan buku. Makanya, hingga pertengahan 2019 ini, tak satu pun
lomba blog yang saya menangkan.
Namun, saat buku saya rampung, kok godaan untuk mengikuti
lomba blog lagi muncul ya. Mau enggak ikut kok sayang. Terlebih, ada beberapa
lomba blog yang menurut saya ada potensi untuk memenangkannya. Jika boleh
mengambil ujaran pelatih tim wu shu, ada potensi untuk mendapatkan medali. Makanya,
saya mulai coba-coba lagi mengikuti lomba blog di pertengahan tahun kedua ini.
Ketika kalah lomba blog jangan komplain
Ada yang menang dan ada pula yang kalah. Yang pasti, dari
semua lomba blog yang saya ikuti dan saya tidak mendapatkan kemenangan, saya
selalu berujar dalam diri saya: tidak boleh komplain. Iya, saya harus bisa
legowo, menerima apapun hasilnya. Selalu berujar meski kalah, saya masih tetap
menang melawan diri saya sendiri dari rasa ketermalasan dan sifat buruk
lainnya. Itulah yang selalu saya tanamkan ketika mengikuti lomba blog.
Jika boleh dianalogikan, saat unggahan blog berhasil saya
tuntaskan bersamaan dengan membaginya ke jejaring sosial, saya seperti sedang
mengikuti lomba jalan sehat. Saat kupon undian sudah saya masukkan ya
seterusnya tinggal berpasrah dan berdoa. Menang ya Alhamdulillah, kalah ya
nanti coba lagi.
Sayangnya, itu tak berlaku bagi - saya menyebutnya rekan – blogger. Beberapa diantaranya
masih tidak terima dengan lomba blog yang hasilnya baru saja diumumkan. Yang tidak
terima biasanya ya yang kalah. Kalau menang, apalagi yang mendapat juara 1,
pasti akan bersorak.
Tidak terimanya mereka biasanya terletak pada mekanisme
penjurian yang dianggap tidak adil. Pemenang yang tidak memenuhi syarat,
pemenang ganda (bisa menang lebih dari 1 posisi), hingga sederet parameter
lain. Saya maklum kok, itu sangat manusiawi. Di awal-awal ikut lomba blog dulu, sekitar
tahun 2014, saya juga sering komplain. Kok yang menang tulisannya biasa saja? Banyak
salah ejaan? Kok menyimpang sekali dari tema dan seterusnya?
Mekanisme penjurian lomba blog tertutup
Namun, seiring berjalannya waktu, saya sadar bahwa mekanisme
lomba blog adalah mekanisme penjurian secara tertutup. Artinya, penyelenggara
tidak akan membuka seluruh proses penilaian kepada publik. Mereka hanya
memberikan poin-poin penilaian. Jika pengumuman pemenang sudah dilakukan, maka publik
dan peserta hanya bisa membandingkan tulisannya dengan para pemenang. Selebihnya,
ya hanya dewan juri yang tahu.
Inilah yang sering dipermasalahkan oleh para peserta lomba
blog yang kalah. Yang sering digunjingkan di media sosial. Berhubung saya hanya
senang mengamati, akhirnya saya hanya bisa bergumam.
Hmmmmmmmmmmmmmmmm
Baik, saya lanjutkan kembali. Sebelum mengikuti lomba blog,
saya selalu membaca ketentuan bahwa hasil penjurian tidak dapat diganggu gugat.
Artinya, jika dewan juri sudah mengetuk palu dan menetapkan pemenangnya, tidak
ada lagi yang bisa diubah. Meski, protes bermunculan seperti gelombang
demonstrasi massa.
Peran sponsor penting dalam penjurian lomba blog
Selain itu, kebanyakan lomba blog memang diselenggarakan
oleh sebuah produk dan lembaga tertentu. Penjurian juga dilakukan dengan melibatkan
mereka sebagai sponsor. Saya tidak tahu bagaimana mekanismenya tetapi dari
salah satu rekan penulis yang saya kenal telah malang melintang dalam dunia
blogger ini, proses penjurian dilakukan di ruangan tertutup yang sangat
rahasia. Itu saya ketahui dari unggahan di media sosialnya yang memperlihatkan
bagaimana para dewan juri sebelum melakukan penjurian berfoto dahulu di depan
pintu. Dari sini, saya semakin sadar bahwa penjurian lomba blog biasanya (tidak
selalu) dilakukan dengan proses yang cukup ketat dan tentunya tertutup.
Jadi, saat suka protes ketika kalah, saya jadi merenung
sendiri. Buat apa? Toh protes kita tak akan berarti banyak. Pemenangnya juga
akan mendapat hadiah dan sertifikat serta penyelenggaranya akan diuntungkan
dengan tulisan para peserta. Daripada capai memikirkannya, lebih baik saya
melakukan tindakan yang menurut saya lebih rasional. Belajar dari
kesalahan-kesalahan yang saya lakukan untuk diperbaiki ketika saya mengikuti
lomba blog berikutnya. Bagi saya, ini jauh lebih penting. Menjawab pertanyaan, “Mengapa
saya bisa kalah?” “Poin-poin mana yang menjadi kelemahan saya? “ dan pastinya “Potensi
apa lagi yang bisa saya gali?” dan seterusnya dan seterusnya.
Jangan lupakan kekuatan story telling dalam lomba blog
Tentu, saya belajar juga dari pengalaman saya memenangkan
lomba blog. Biasanya, artikel blog yang menjadi pemenang memiliki keseimbangan
antara story telling dan ulasan sebuah produk atau badan tertentu. Ia tidak
kaku dan enak dibaca tetapi tidak melupakan esensi yang dijadikan poin
penilaian. Kata kunci, tema, tagar, dan lain sebagainya. Dan pastinya, jangan
lupakan ejaan dan tanda baca. Berhubung saya tidak pernah mengikuti lomba blog
yang bermain di SEO, maka hanya saran ini yang bisa saya bagi. Jika lomba blog
yang mengutamakan SEO, tanya blogger yang sering menang ya.
Kombinasi antara story telling dan ulasan ini akan semakin
bernilai jika ada tambahan lain yakni ide luar biasa, tak umum, dan mungkin
nyeleneh yang bisa ditulis. Saya pernah mempraktikannya saat mengikuti lomba
blog bertema makanan. Saya usung tema lagu makanan nusantara dari Enno Lerian
sebagai nyawa dari tulisan saya. Dari awal hingga akhir tulisan saya putar
terus lagu itu hingga rasa yang ingin saya bagi bisa tersampaikan. Alhasil,
saya pun menang.
Ikuti Lomba Blog dalam keadaan happy
Uniknya, untuk mendapatan ide yang cemerlang ini, saya harus
berada dalam kondisi happy. Tidak sedang tertekan pekerjaan ataupun cicilan
utang. Tidak pula terpaku pada kemenangan tetapi terus meresapi poin-poin apa
saja yang dijurikan. Dan, saat saya merampungkan buku, kok ya ide ini
seringkali enyah dari otak saya. Makanya, saya lebih memilih undur diri dulu.
Tentang ide ini sebenarnya juga bisa menjadi hal yang
dipertentangkan. Tak lain, lomba blog biasanya mewajibkan pesertanya menulis
dengan tema yang sama. Dengan seragamnya tema, tidak mustahil akan terjadi
irisan ide antara satu peserta dengan peserta lain. Jika juri lomba blog
ataupun penyelenggara tidak secara rinci menggambarkan poin-poin penjurian,
bisa saja ada peserta yang komplain idenya dicuri.
Biasanya, peserta yang menulis terlebih dahulu akan merasa
idenya dicuri oleh peserta yang menulis di detik-detik akhir. Terlebih, jika
pemenang lomba blog malah didapat oleh peserta yang menulis belakangan. Pasti,
yang kalah akan semakin empet. Betul apa betul?
Masalah ini memang rumit. Saya sendiri, kalau diminta jadi
juri akan membaca berulang dan berulang. Kalau menurut saya, selama masih tidak
melanggar aturan plagiarisme, maka itu tak masalah. Namun, jika mengambil
gagasan orang lain dengan tanpa memodifikasinya secara hati-hati, itu bisa
dikatakan sebagai tindakan plagiarisme. Nyatanya, bagi saya sendiri,
membandingkan beberapa tulisan peserta lomba blog yang bagi saya masih
mirip-mirip sangatlah sulit. Makanya, saya tidak memiliki kompetensi lebih akan
hal ini.
Unggah postingan lomba blog pada penghabisan periode
Untuk meminimalisasi penggunakan tulisan saya yang
gagasannya diambil oleh peserta lain, biasanya saya mengunggah tulisan saya
beberapa hari menjelang lomba blog berakhir. Kalaupun nantinya ada peserta yang
memiliki ide yang hampir sama, saya masih bisa berlapang dada. Paling tidak,
dewan juri masih bisa membandingkannya. Terlebih, jika tulisan tersebut sudah
saya buat jauh-jauh hari, maka kedalaman tulisan yang saya buat bisa jadi tidak
dimiliki oleh peserta lain yang memiliki gagasan hampir mirip. Bagaimana kalau
saya kalah dan yang menang malah mengunggah terakhir?
Ya sudah, mau bagaimana lagi?
Tetapi, saya akan membaca lagi tulisan para pemenangnya. Dalam sebuah
lomba blog yang saya kalah dan nasib ide saya digunakan, saya malah berterima
kasih. Ide saya ternyata terlalu mentah. Ada beberapa poin tambahan lain yang
digunakan peserta tersebut sehingga ia bisa mengeksplorasi lebih dalam. Ia juga
bisa memberikan ilustrasi yang jauh lebih baik. Lha saya? Bisa dibilang
tertinggal walau ide awalnya hampir serupa.
Dan akhirnya, sebagai penutup, boleh saja kita jengkel jika
lomba blog yang kita ikuti kalah. Tetapi, jangan sampai attitude kita yang
buruk malah terbuka lebar. Bisa saja kan, juri lomba blog yang menilai tulisan
kita menilai lagi pada kesempatan berikutnya? Bisa juga ia memberi kesempatan
kepada kita untuk memperbaiki kualitas kita? Dan pada akhirnya kita bisa jadi
pemenang.
Kalau saya sih, dibikin simpel saja.
Untuk tahun 2020, berapa lomba blog yang ditargetkan menang
Mas Ikrom? Hmmm, sepuluh saja ya tidak
usah banyak-banyak, hahaha. Katakan amin ya dan untuk rekan blog semua juga
bisa menang banyak. Bisa makan-makan bareng kita, heuheuheu.
Salam….
Tags
Catatanku
Aku ke sini cuma mau bilang sungguh wise sekali admin blog ini wekekek
ReplyDeleteSesungguhnya karena aku jarang dan bahkan ga pernah ikut lomba blog sejak 5 tahun terakhir, jadi aku ga update ada lomba apa aja, ada drama-drama protes apa aja terkait pengumuman lomba de el el,
benar2 ga ngikutin dan ga pengen tahu juga hahahahhahahaha
Soalnya aku juga malas ikut lomba sih....ga pernah berusaha untuk ikutan juga sekarang2 ini, udah ga sempet lagi...
Btw mas ikrom judul bukunya apa? Kepo ih aku, hebat uda ngasilin karya dalam bentuk buku
Oh iya yang model-model penjelasan paragraf akhir memang kadang antar peserta jadi saling suujon yak klo masalah tanggal publishnya kapan, trus isi idenyaa bakal dibanding2in apakah ada yang nyontek atau ga, seluruh penjelasanmu akan kelapangdadan bener2 patut diacungi jempol, bener2 dewasa menyikapinya hahahha #iyalah guru gitu loh hahah
Kayaknya juga masalah penilaian dan kapabilitas menjadi juri udah terwakilkan di penjelasan mas ikrom yang mana kadang susah dimengerti dengan memunculkan nama pemenang yang hasilnya bener2 ga bisa diganggu gugat
Dan satu lagi yang aku setuju, klo lagi fokus di satu hal emang aku juga bakal ga sempet mikirin hal lainnya lagi
Yang lomba tema pake konsep lagu enno lerian, dudidudidan bukan yak, lomba makanan apa tuh kepoooow deh saia hahahah
wakakaka bisa aja mbak
Deleteiya sih kadang terlalu ngejar juga malah enggak asyik sih
yg penting buat latihan aja ya mbak
menang masalah bonus kalah ya wis
kalau membandingkan terus ya capek...
itu lomba go food festival mbak tahun lalu aku ikutnya
wah bukunya tentang traveling kereta api
kalau mau pesan masih bisa mbak (wkwkw masih promosi)
aku sendiri sih jarang ikutan lomba blog,, pernah sihhh cuman masih belum 'srek' aja sama lomba gitu,,, soalnya aku termasuk orang yang menjaga konten di blog ku, secara blogku itu adalah personal diary artinya hanya bercerita tentang kehidupanku dan temen-temen terdekat serta lingkunganku. kalo pun pengen ikutan lomba gitu, biasanya di undang dulu sihhh,, entah pihak penyelenggara kadang suka kontak aku supaya ikutan lomba, baru aku ikutan...
ReplyDeletebtw, aku jadi penasaran sama bukunya mas.... hehehe
aku juga enggak ngejar banget sih sebenernya
Deleteklo ada kesemoatan aja
blog pribadi ini juga sama mas
jatuhnya curcol hahaha
Intinya sebuah lomba ada menang ada kalah ...intinya tetap optimis dalam mengikutinya. Walau terkadang melihat para pemenang lomba blog suka jadi sedikit ganjalan bagi yang kalah..😄😄
ReplyDeleteya buat latihan aja mas sama konsisten...
Deletebener mas, saya ikut lomba blog itu ya asal ikut aja. bahkan jarang-jarang melihat pengumuman lombanya. sadar diri aja sih dengan kualitas kepenulisan saya.
ReplyDeleteklo saya lebih sering tau dari kompasiana sih mas
Deletelomba lain malah juga jarang tau
Nyari ide harus dalam keadaan happyz bukan pada saat stress karena teknana kerjaan apalagi cicilan utang hahaha
ReplyDeleteBeberapa kali saya sempet liat di keributan ditwitter tttg lomba blog. Pemenang yg ga sebagaimana mestinya, saya sih ga ngeh karena ga pernah ikut lomba blog lagi.
Tapi kalo palu udah diketuk, memang kritik peserta ga akan diterima.
Minta2 semua orang legowo karena pasti ada yang memang n kalah
hahahaha lha emang gitu kan mas...
Deleteiya bener banget harus legowo yaa
Amin! Semoga lebih dari target ya buat 2020.
ReplyDeleteSaya belum pernah ikut lomba blog :(
No complaint ;)
Sukse buat buku-nya.
terima kasih mbak..
DeleteKeren banget, Mas...sungguh.
ReplyDeleteAku ada 7 Lomba Blog kayanya 2019 ini(aku mulai aktif ngeblog lagi di Agustus 2019 ini) Ada 3 yang menang rata-rata semua karena cerita pengalaman, kalau lomba review aku lemah. Kadang, bener kata Mas Ikrom ada rasa ide dicuri tapi kupikir namanya tema sama ya wajar saja.
Lomba kadang ga cuma bagus tidak tulisan kita, ada faktor luck sehingga saat baca tulisan kita mereka langsung nyantol dan klik.
Sukses selalu, ya Mas....keren banget tulisan ini.
nah bener mbak faktor keberuntungan juga ya jangan lupa..
Deleteudah setahun dan banyak ikut lomba blog,, ga ada satupun yg menang,, mungkin aku ditakdirkan buat jd penggembira aja sih..sekalian introspeksi diri, mungkin tulisanku memang belum memadai hehehe
ReplyDeletewah coba lagi mas
Deletesambil diperbaiki....
Haha, saya nihil huhuhuhuhuhuh (lah ya wong gak ikutan lombanya hahahaha :D)
ReplyDeleteYa intinya kalau ikut lomba--apapun itu, udah pasrah sama juri. Kita ga bisa mengganggu gugat keputusan juri. Kalau kalah, ya udah, legowo... Ntar kalo dicoba terus siapa tau menang :D.
kalau ane,, penting nulis aja hiks hikss
ReplyDeletecoba coba aja bang..
DeleteHmmm, jadi inget waktu pertama kali tau ada lomba blog, saya semangat sekali ikutan. Tapi setelah lebih banyak kalah dibanding menang, kayaknya belum waktunya bagi saya buat ikutan lomba blog lagi.
ReplyDeleteKalau melihat tulisan-tulisan bloger lain yang ikutan lomba, kayaknya kekurangan tulisan saya jadi tampak jelas terlihat. Setuju pada poin kalau artikel lomba yang bagus harus bisa mengkombinasikan story telling dan ulasan/review/tema lomba blog. Masalahnya story telling ini yang jadi titik terlemah saya. Makanya sekarang saya konsen ngembangin blog saya yang lain saja dulu.
iya mas story telling yg membangun sangat penting
Deletesemangat ya siapa tahu nanti bisa menang lomba blog...
Hehehe aku malah dah lama gak ikut-ikut lomba blog ginian. Mungkin dah gak terlalu minat kali ya. Biar teman2 aja yang ikut :)
ReplyDeletebang adie ikut lomba lari aja
Deleteauto menang :)
gw si gak pernah ikut lomba blog, karna gw takut hasil ahirnya :D
ReplyDeletewah coba aja gan kali aja menang
DeleteKalau saya sih dari awal udah paham, keputusan juri tidak dapat diganggu gugat,, jadi mau protes gimana pun yaa gak akan berpengaruh,, malah jatuhnya buang-buang energi...
ReplyDeletebtw saya baru ikut sekitar 2 - 3 lomba blog dan nggak pernah,, wkwkwk.. harus berguru nih sama bung ikrom.. ajari saya suhu... :D
-Traveler Paruh Waktu
nah bener malah buang2 energi
Deletewakakak suhu celcius....
Aku ga prnh ikut lomba mas :D. Baru baca karya peserta lain aja kdg udh minder duluan wkwkwkwk. Berasa g ada harapan :D. Tp ttp mau belajar utk nulis lebih baik. Walo blm tau kapan bakal ikutan :D. Hrs belajar dr tulisan2 mas juga kayaknya
ReplyDelete