Ilustrasi. Kompas.com |
"Harusnya, poster peringatan mengenai bahaya penyakit GERD ditempel di banyak puskesmas di daerah-daerah, di semua kecamatan".
Sungguh, saya ingin tertawa melihat postingan salah satu anggota grup Facebook Goodbye Asam Lambung (GERD). Baru sebulan ini, saya mengikuti grup tersebut. Melihat pengidap penyakit "menyebalkan" ini dari seantero nusantara, saya malah mendapat sensasi baru. Bukan sensasi sakit yang teramat sangat, namun sensasi kelucuan melihat tingkah laku para penderita GERD yang cukup unik. Seunik apa yang saya lakukan kala penyakit ini benar-benar menyiksa pada saat mula saya mengidapnya, sekitar 5 tahun lalu.
Sekilas Mengenai Penyakit GERD
Dalam suatu perjalanan darat ke luar kota beberapa minggu sebelum ujian skripsi, tiba-tiba saya merasakan sesak nafas yang teramat sangat. Sesak nafas ini semakin menyiksa lantaran ada sesuatu yang mengganjal di sekitar tenggorokan. Semakin lama, sensasi tersebut semakin hebat. Rasa nyeri di dada semakin tak tertahankan. Kala itu, di dalam pikiran saya hanya ada satu kata: mati. Ya, saya seakan merasakan Malaikat Izroil sedang menuju ke tempat saya.
Untunglah, saya belum mati saat itu. Dan, keanehan pun terjadi. Selepas minum air hangat, saya bersendawa puluhan kali. Tentu, disertai nyeri dada yang menyiksa.
Selepas itu, barulah saya pergi ke dokter lantaran telah lebih dari 3 hari penyakit saya tak kunjung sembuh. Hingga akhirnya, diagnosa dari sang dokter membuat saya sadar telah mengidap penyakit asam lambung atau Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Ada luka di sekitar lambung bagian atas.
Kondisi lambung penderita GERD. Sumber: eMedicineHealth |
Dikutip dari situs alodokter, penyakit ini merupakan kondisi ketika asam lambung naik menuju kerongkongan. Naiknya asam lambung ini disebabkan tidak berfungsinya lower esophageal sphinchter (LES).
LES adalah lingkaran otot pada bagian bawah dari esofagus (kerongkongan). Bagian ini seakan pintu yang menyekat kerongkongan dengan lambung. Kala LES ini rusak, maka dengan mudah asam lambung akan naik ke atas dan mendesak kerongkongan. Terlebih, jika jumlah asam lambung di dalam lambung meningkat. Bisa dipastikan, sensasi hebat akan dirasakan.
Kondisi semakin parah jika pengidap GERD merasakan kondisi anxie (gangguan kecemasan). Gelisah, detak jantung seakan berpacu, berkeringat, dan beberapa sensasi lain membuat penderita GERD seakan berada di lubang hitam yang menganga dan tak berkesudahan.
Di dalam grup yang saya ikuti, hampir setiap menit selalu saja ada keluhan yang dirasakan. Keluhan ringan ataupun berat, berseliweran memenuhi linimasa tiap harinya. Keluhan utama yang sering terucap tentu adalah dada sesak disertai sendawa tak berkesudahan.
Beberapa member bahkan sampai menghitung berapa kali ia sendawa dalam satu hari menggunakan mesin penghitung. Ada yang puluhan kali dan ada yang ratusan kali. Ada pula yang merasakan sensasi kepala kliyengan (pusing) hingga telinga berdengung. Beberapa member malah membuat postingan seakan dijemput maut.
Kolom komentar pun menjadi riuh rendah. Ada yang memberi semangat dan nasehat, ada pula yang ikut merasakan kemalangan. Bahkan diantaranya tak segan menceritakan kehidupan pribadinya yang kacau akibat menderita penyakit ini. Jika sudah begini, biasanya sang admin akan menonaktifkan kolom komentar. Sebuah langkah tepat untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan.
Dari banyak jurnal dan bacaan, memang penyakit GERD ini disebabkan oleh dua hal: pola hidup yang salah dan pola pikir. Awal mula saya terserang GERD disebabkan karena pola pikir saya yang takut gagal menghadapi skripsi. Dari kecemasan akan skripsi ini, maka saya melampiaskan ke pola hidup yang sangat tidak sehat.
Begadang, makan terlambat, sering minum minuman bersoda, makan mie instan dan puncaknya adalah ketika saya melampiaskan kejenuhan saya dengan makan Mie Setan level 3.
Sebuah langkah "bodoh" yang hingga kini sering saya sesalkan. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Merundungi nasib tidaklah membuat keadaan lebih baik. Sempat tersiksa akibat aktivitas yang sering terganggu, untunglah penyakit ini bisa saya kendalikan. Hanya dikendalikan, tidak disembuhkan.
Kasus yang lebih parah dialami oleh seorang member yang berprofesi sebagai binaragawan. Di dalam unggahannya, ia mengeluh bahwa sudah setahun belakangan ini ia menderita GERD. Bahkan, beberapa waktu terakhir, ia harus dirawat di rumah sakit. Dokter pun memvonisnya menderita Gastritis Chronic Superficialis, atau bisa dibilang GERD parah.
Tentu, unggahan ini menyita banyak perhatian member lain. Banyak yang tak menyangka, di balik badannya yang kekar dan terlihat sehat menyimpan penyakit ini dalam tingkat yang cukup parah. Saya membandingkan diri dengan saya yang bertubuh ringkih dan sudah lima tahun lebih mengidapnya, namun masih diberi karunia oleh Tuhan tak sampai masuk UGD. Disarankan untuk tes endoskopi ataupun USG pun tidak pernah.
Lantas, apa yang membuatnya bisa menderita penyakit itu?
Tentu, semuanya bermula dari pola hidup, pola makan, dan pola pikir. Menurut pengakuannya, ia memang pernah terobsesi pada kejuaraan yang diikuti. Lantas, berbagai suplemen untuk menunjang pembentukan massa otot pun dilahap habis. Tak hanya itu, ia juga sering minum kopi pahit dan makan nanas dalam beberapa kali sehari. Pantas.
Namun, di balik penyakitnya itu, satu hal yang bisa dijadikan pelajaran. Sang member tersebut sering mengunggah keluhan, kesedihan, dan berbagai emosi negatif lain. Tentu, uanggahannya ini membuat miris.
Memang, ketika awal penyakit ini menyerang, rasa gundah gulana, down, dan tak bersemangat menjalar ke seluruh jiwa raga. Ditambah dengan badan yang lemas, pikiran yang negatif akan berkecamuk.
Efek panjang dari penggunaan steroid yang dialami oleh snag member tersebut bisa jadi membuat perasaan negatif terus bekecemuk. Menurut beberapa penelitian yang dikutip dari portal hello sehat, penggunaan jangka panjang dari steroid ini adalah paranoida, atau pikiran aneh.
Jadi, ketika sang member mulai merasakan sensasi GERD pertama kali, ia akan kaget dan seakan tak bisa menerima kenyataan pahit tersebut. Hal yang sama juga dirasakan penderita lain yang juga merasa penyakit ini adalah penyebab ketidakbahagiaan hidup.
Untunglah, di dalam grup ini, masih banyak member-member yang saling menguatkan. Saling memberi resep obat atau herbal yang bisa digunakan. Berbagi tentang pengalaman tentang kesembuhan.
Salah satu postingan favorit saya adalah unggahan foto member bersama makanan pantangan. Di dalam foto yang diunggah, member tersebut memberi motivasi untuk tetap bersemangat agar member-member lain bisa seperti dirinya.
Menjaga pola hidup, pola pikir, dan pola makan dalam beberapa waktu sebelum penyakit ini benar-benar (hampir) sembuh. Tiga pola yang juga saya terapkan saat ini. Rajin berolahraga, entah lari atau joget-joged JKT48 yang membuat saya semangat dan bahagia, tidak lagi makan mie pedas, minum kopi, dan pantangan lain, serta benar-benar merubah pola pikir.
Walau ketat dalam masalah makanan, namun saya tak terlalu ambil pusing dalam memilih makanan. Yang penting tidak mie, pedas, dan asam. Jikalau terlalu berpikir boleh makan ini atau itu, maka sensasi GERD akan muncul.
Satu hal lagi, kini saya berpikir bahwa penyakit GERD yang saya derita adalah karunia luar biasa dari Tuhan Yang Maha Esa. Dengan cara Tuhan mengingatkan saya lewat penyakit ini, saya bisa berusaha hidup lebih sehat dan terhindar dari penyakit lain yang lebih mengerikan, semisal jantung, stroke, ataupun diabetes. Dan yang paling penting, selalu sertakan Tuhan.
Tags
Seputar Kimia