Perjalanan masih jauh, yang ada harus disyukuri |
Tak terasa, tahun 2019 sudah berada di pertengahan jalan.
Memaknai tahun ini yang berjalan begitu cepat, rasanya saya sepakat jika waktu yang ada harus digunakan sebaik-baiknya. Tak ada sedikitpun waktu yang boleh terbuang percuma dan sia-sia. Menyiasati hal ini, saya biasanya mencoba untuk melakukan kilas balik apa saja yang telah saya capai selama semester pertama tahun ini.
Ada beberapa pencapaian yang bisa saya raih dan ada pula kegagalan yang saya dapatkan. Namun, diantara keberhasilan dan kegagalan itu, saya tetap bersyukur Tuhan masih memberikan saya kesehatan dan kenikmatan untuk menjalani aktivitas. Diantara rasa gundah yang ada, saya masih bisa ceria dengan berbagai hal yang membuat hati saya gembira.
Pertama kali menerbitkan buku solo
Tahun ini adalah tahun bersejarah bagi saya. Akhirnya, rencana membukukan kisah perjalanan saya yang saya rencanakan pada pertengahan tahun kemarin berhasil saya rampungkan. Meskipun, saya ditolak sekali oleh penerbit mayor, namun itu tak masalah.
Ada penerbit minor yang cukup terkenal mau membukukan naskah saya meskipun harus mengantre lama. Baru pada akhir Agustus ini buku saya terbit. Padahal, naskah sudah saya serahkan pada awal Mei lalu. Meski begitu, saya tetap senang lantaran sudah klik dengan penerbit buku tersebut yang memang dikenal memiliki kualitas cetak, desain, penyuntingan, dan pemasaran cukup baik.
Tahun ini menjadi tahun istimewa karena saya bisa menerbitkan buku jalan-jalan menggunakan kereta api di 9 daerah operasi Pulau Jawa |
Memakzulkan Kepala Sekolah Bermasalah
Pencapaian selanjutnya yang mungkin cukup absurd adalah saya berhasil ikut andil dalam upaya memakzulkan seorang oknum Kepala Sekolah yang memimpin sekolah saya dulu. Meski saya sudah risen, namun rekan-rekan guru di sana sering mengeluhkan tindakan sewenang-wenang oknum KS tersebut. Mulai penggunaan dana BOS yang tidak transparan hingga berbagai kebijakan aneh lain yang membuat para guru tidak tenang sehingga mengganggu proses pembelajaran.
Sebenarnya, saya tidak ingin ikut campur dalam urusan intern sekolah tersebut. Namun, saat ada wali murid yang bercerita kepada saya mengenai tindakan oknum tersebut yang keterlaluan semisal menghapus ekstrakurikuler selain pramuka, meniadakan gerakan amal ke panti asuhan, dan yang paling aneh adalah menarik biaya try out kelas 6 yang seharusnya dibiayai dana BOS, saya akhirnya mengambil tindakan.
Saya pun menulis berbagai artikel mengenai tindakan oknum KS tersebut di Kompasiana. Mengirim email kepada pengawas sekolah di tingkat kecamatan berkali-kali juga saya lakukan yang tak terlalu mendapat respon. Saya juga me-mention akun wali Kota Malang agar kasus ini segera ditindaklanjuti dan oknum KS tersebut segera dipindahtugaskan.
Cuitan saya segera ditanggapi oleh Wali Kota Malang Bapak Sutiaji sendiri. Beliau akan mempelajari kasusnya sambil membaca tulisan yang saya unggah. Satu dua bulan berjalan tidak ada hasil. Akhirnya ada sebuah momen penting saat oknum KS tersebut tidak mau membayar uang retribusi sampah dan membuat sampah di sekolah itu menggunung. Seorang rekan guru memotret kondisi sampah yang menggunung itu dan mengirimkan fotonya ke saya.
Selepas menanyakan dan mengonfirmasi kejadian yang sebenarnya, saya tulis masalah ini di Kompasiana dan segera diganjar HL oleh admin. Tulisan saya juga saya bagi ke akun twitter @infomalang dan menautkan nama bapak Wali Kota lagi. Saya juga mengirimkan tulisan saya beserta foto ke salah satu komunitas FB terbesar di Malang. Tak perlu waktu lama, unggahan saya pun viral.
Cuitan saya dibalas oleh Wali Kota Malang |
Rekan saya di sekolah itu lantas bercerita bahwa ibu Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang langsung naik pitam. Beliau menyuruh oknum KS tersebut segera membersihkan sampah yang tercecer atau seluruh petugas kebersihan yang ada di Kota Malang dikerahkan untuk membersihkan sampah-sampah tersebut.
Beberapa hari selepas kejadian itu, saya mendapat kabar bahwa oknum KS tersebut akhirnya dipindahtugaskan ke sekolah terpencil dan sekolah saya dulu mendapat KS baru yang bijaksana dan pengertian. Walau saya tidak mendapat materi, nama, atau apapun, namun dengan pencapaian ini saya sangat bersyukur. Ini lebih dari mendapat hadiah dan prestasi apapun.
Ini lebih penting dari berbagai penghargaan yang saya terima karena menyangkut masa depan anak-anak didik yang pernah saya ajar. Saya juga masih percaya akan kekuatan sebuah tulisan yang bisa mempengaruhi orang untuk bertindak sesuatu.
Menaiki Kereta Diesel Indonesia
Pencapaian saya terakhir yang membuat saya bahagia adalah bisa naik 2 KRDI (kereta diesel) yang begitu saya impikan. Dua kereta tersebut adalah Jenggala dan Batara Kresna. Kereta api Jenggala merupakan kereta api lokal yang melayani rute Sidoarjo-Mojokerto PP. Sedangkan, KA Batara Kresna melayani rute Purwosari Solo-Wonogiri PP. Baik Jenggala maupun Batara Kresna bertarif 4.000 rupiah saja.
Keduanya juga memiliki keunikan dalam jalur yang dilewati. KA Jenggala melewati jalur kereta api Tarik-Sidoarjo yang lama nonaktif. Sedangkan, jalur yang dilewati KA Batara Kresna beririsan langsung dengan Jalan Slamet Riyadi yang merupakan jalan utama di Kota Solo. Menaiki KA ini serasa menaiki trem karena dekat sekali dengan pengguna jalan lain. Saya bersyukur bisa menaiki keduanya sekaligus mempromosikan kedua KA itu sebagai KA wisata meski saya tidak dibayar sepeserpun oleh PT KAI maupun pihak lain.
Berfoto dengan KA Batara Kresna |
Bertemu dengan rombongan TK saat naik KA Jenggala. Pengalaman sederhana semacam inilah yang sesungguhnya membuat saya bahagia. |
Wow Kerem Mas Ikrom, sy jg dl pernah ketemu KS yg masa bodo sama sekolahnya. Dan sy g punya keberanian utk menulisnya ke public. Alhamdulillah sekrg gurunya udah di mutasi. Salut buat Mas Ikrom. Oiya, congrats buat buku barunya
ReplyDeletesebenarnya ya ngeri juga mbak hehe
Deletetapi ya gimana ya udah panggilan hati
iya gemes juga lihatnya mbak
terima kasih ya mbak
Atas pencapaiannya, saya ucapkan selamat. Menyelesaikan satu artikel di blog saja terkadang sulit, apalagi satu buku, wow! Sekali lagi selamat, bisa terabadikan hehe.
ReplyDeleteMengenai kasus KS seperti itu.....saya justru kasihan dengan sekolah barunya. Sudahlah terpencil, jelas kurang akses, malah dapat KS yang sangat tidak baik. Menurut saya sih dikantorkan saja yang seperti itu.