Menikmati Keheningan Candi Gebang yang Terlindas Zaman
byIkrom Zain-
36
Perlu perjuangan ekstra untuk menyewa sepeda motor di Yogyakarta kala musim liburan.
Candi Gebang
Apalagi, saya hanya bisa menggunakan sepeda motor manual. Mendapatkan satu buah motor sewa manual adalah kenikmatan tiada tara. Kenikmatan ini akan semakin paripurna kala saya bisa menuntaskan tur ke candi-candi di Kabupaten Sleman. Tinggal satu candi lagi yang belum saya jelajahi. Sebuah candi yang semakin terkucil dari pergaulan tempat wisata di sekitarnya. Candi Gebang.
Saya menyusun strategi. Membaca petunjuk arah menuju candi ini tidaklah mudah. Daerah-daerah di sekitar Condongcatur memang sering saya lalui. Namun, saya masih menyisakan spot hitam di daerah seputaran Stadion Maguwoharjo.
Melihat peta di G-map, saya merasakan kengerian bak melihat labirin yang entah di mana ujungnya. Pemukiman yang cukup ramai dengan jalan yang hampir mirip membuat nyali saya sedikit ciut.
Walau memiliki pemikiran buruk akan tersesat dan tak tahu arah pulang, tekad saya sudah bulat. Pantang berpulang sebelum menemukan candi itu. Tekad kuat saya ini menyala lantaran baru saja melihat vlog perjalanan keluarga bule yang rela mencari jalan menuju candi ini meski dalam cuaca hujan deras.
Saya memulai penjelajahan dari arah petigaan SMK Negeri 1 Depok/SMK Tajem. Meski ada banyak jalan kecil yang bisa saya lalui, saya memilih mencari jalan yang memuat papan petunjuk arah menuju Stadion Maguwoharjo.
Stadion ini saya jadikan patokan lantaran di dalam peta, letak candi ini berada persis di belakang stadion. Dengan masih semangat, saya menyusuri Jalan Raya Tajem. Jika tak membaca papan nama yang terpasang di bangunan seputaran jalan itu, mungkin saya masih berpikir berada di Kota Yogyakarta. Padahal, batas antara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman sudah saya tinggalkan jauh.
Pemukiman di daerah ini sangat ramai. Kos-kosan, laundry, dan segala macam pernak-pernik fotokopian sangat meriah. Berpadu dengan warga lokal yang bersepeda, para mahasiswa berseliweran bak laron yang tak henti-hentinya membunyikan klakson. Berebut ingin jadi yang pertama, khas suasana jalanan perkotaan sangat terasa.
Di suatu pertigaan, sepeda motor saya tepikan. Ingin memastikan kembali bahwa saya berada di jalan yang benar, tiba-tiba saya terkejut mendapat sebuah kenyataan mencengangkan.
Saya berada di daerah setan. Ya, saya memang sedang berada di sebuah keramaian bernama Pasar Setan. Kontan, momen istimewa ini tak saya sia-siakan. Sebuah jepretan pun saya ambil dengan cukup mantap.
Pasar Setan dengan keriuhan di dialamnya
Perjalanan saya masih panjang ternyata. Menurut G-map, butuh sekitar 15-20 menit agar saya sampai di lokasi. Tak lama, saya akhirnya saya menemukan stadion kebanggan warga Sleman.
Berwarna
biru, terlihat gagah berpadu dengan warna langit. Sayang, dugaan saya
salah. Meski berada tepat di belakang stadion markas tim PSS Sleman ini,
saya harus memutar jalan. Melwati sebuah wisata baru, Jogja Bay
Pirates, saya hanya bisa menatap nanar tempat wisata itu. Tak terjangkau
oleh saya yang berkantong tipis.
Stadion Maguwoharjo. Candi yang saya tuju berada di balik stadion itu.
Tapi, saya masih mencoba semangat. Kapan lagi mengenal lebih dekat
kehidupan warga di sini. Kapan lagi bisa menemukan pola pemukiman khas
perkotaan dan pedesaan yang sangat kontras. Berpadu rapi, memagari
kekokohan Gunung Merapi dari jauh.
Sleman sembada. Aglomerasi Kota Yogyakarta. Pemukiman padat semakin mendesak lahan perkebunan
Cukup lama juga saya bisa menemukan kepastian dari pencarian panjang
ini. Di tengah secerca keputusasaan itu, saya menemukan plang Candi
Gebang di sebuah turunan tajam. Plang ini mengarahkan saya menuju jalan
kampung kecil. Masih berjarak sekitar 1,3 km lagi, saya harus melalui
jalan itu.
Papan penunjuk jalan
Semakin jauh menyusuri jalan itu, semakin sedikit rumah penduduk yang
saya temui. Bahkan,pemandangan mata hanya menyisakan kebun-kebun warga
yang tampak kering. Sesekali, wanita paruh baya dengan menenteng
alat-alat pertanian berlalu lalang. Di antaranya bahkan tidak memakai
alas kaki sama sekali. Sungguh, sangat kontras dengan emak-emak yang
mengendarai motor dengan kecepatan penuh. Di lokasi yang sebenarnya
saling berdempetan.
Setelah melewati beberapa tanjakan tajam, akhirnya saya menemukan keberadaan candi itu. pagar hijau yang saya yakini merupakan pagar pembatas kompleks candi tampak di depan mata. Saya sangat familiar dengan pagar hijau ini yang sering saya temui di candi-candi lain. Dengan semangat tinggi, saya pun mendekati kompleks bangunan itu.
Hening. Hanya suara jangkrik khas musim kemarau yang saya dengar. Namun, pintu masuk candi terbuka lebar. Ternyata, ada seorang satpam yang duduk manis di sekitar loket masuk. Ia lantas tersenyum dan mempersilakan saya untuk masuk. Saya bertanya tentang parkir motor yang segera dijawab oleh satpam tersebut arah ke taman candi.
Ketika kembali bertanya apakah perlu mengisi buku tamu yang segera dijawab oleh gelengan kepala. Tak ada pula tiket masuk. Baik, hasrat saya sudah terpendam lama. Saya sudah tak sabar.
Selepas memarkir motor, saya lalu menuju pelataran candi. Khas candi gaya Jawa Tengahan, candi bebadan chubby ini tak terlalu besar. Sepintas, saya teringat dengan Candi Ijo yang berada di atas bukit itu. Namun, candi ini hanya sendiri.
Candi Gebang dengan latar belakang atap Stadion Maguwoharjo
Arca Ganesha segera tampak di depan mata kala saya menapaki candi dari
arah timur. Di bagian utara, Arca Nandiswaralah yang tampak. Saya
menduga, candi ini bersifat Siwaistik (beraliran Hindu Siwa). Tapi, tak
banyak ukiran di kaki candi membuat candi ini masih menjadi misteri.
Sama halnya dengan candi-candi lain yang bercorak Hindu, saya
menemukan ruang lingga yoni di bagian dalam candi. Tapi, hanya sebuah
lingga yang masih tersisa. Tak tampak yoni yang tertancap ke dalam
lingga seperti pada candi-candi lain.
Keanehan candi semakin
paripurna kala tak ada anak tangga yang menghubungkan kaki candi dengan
bagian selasar candi. Anak tangga yang biasanya memudahkan saya untuk
lebih mengeksplorasi bagian selasar itu diduga dibuat dari bahan yang
mudah rapuh. Tak seperti candi lain yang begitu kokoh dan sesekali
berhias ukel yang khas. Sangat minimalis. Itulah kesan yang saya tangkap
selepas menjejaki candi ini.
Bagian depan candi
Kaki candi
Arca Ganesha
Meski minimalis, bukan berarti candi ini tak layak dikunjungi. Taman
yang begitu luas dengan banyak tempat duduk di bawah pohon membuatnya
nyaman. Gemericik air yang terdengar dari sungai yang membatasi candi
dengan stadion turut menambah syahdu suasana.
Memotret candi
dari berbagai sisi menjadi aktivitas yang juga tak kalah menyenangkan.
Jalan berpaving yang membelah taman bisa menjadi spot berfoto yang
sangat elok.
Taman yang teduh
Sungai dekat candi
Dalam keheningan itu, Candi Gebang memang menyisakan misteri. Selain
minimnya informasi, candi ini seakan menjadi pembuka bagi pemukiman
padat di sekitarnya. Pemukiman padat yang seakan menghimpit kekokohan
candi mungil ini. Yang dilupakan, dari generasi ke generasi. Apalagi,
wahana wisata baru di sekitar Stadion Maguwoharjo yang lebih menarik
untuk dikunjungi semakin menambah pilu kisah candi ini.
Yaaah.. Pas aku ke Jogja belum sempet ke candi, apalagi Candi Gebang. Baru denger namanya, terus lokasinya deket sama stadion Maguwoharjo. Padahal bulan kemarin pas ke Jogja juga melewati stadion itu.
Kalau ngelihat candi ini mirip dengan yang di atas tebing breksi itu, haha... Saya lupa namanya. Kalau ke Jogja bisa sekalian ke sini nih. Jogja Bay Pirates ini baru lagi ya tempat wisata di Jogja.
Pada hakikatnya , kenangan itu memang ada untuk dikenang dan diambil pelajaran darinya. Tapi masalahnya , sekarang orang orang yang mau mengenang dan mau mengambi pelajaran dari itu semua sudah mulai tidak banyak lagi.
Sebuah candi peninggalan abad 8 M yang begitu megah jika diceritakan asal muasalnya ini kl ga salah tahun 83 sama petani ditemukannya ya mas? ada penemuan perak dan emas juga didalamnya skg disimpan sama BPCB tapi ini dalemnya bersih banget dan terawat HTM juga cm 5 k haha cocoknya klo kesini sore2
Perlu dimasukin ke booklist nih candi Gebang ..., unik soalnya. Aku suka liburan ke semua candi, tapi yang punya keunikan plus aku lebih suka. Kayak candi Gebang ini, arca Lingganya masih ada tapi arca Yoninya ngga ada .., entah itu hilang atau memang ngga ada dari sejak dari dulu ..., misteri seperti itu jadi makin minatku kesana :)
Betewe, mas Ikrom sempat belanja apa di pasar setan :) ?. Namanya kok scarry yaaa wwwkkkwkkk ..., jangan-jangan kalo malam ada genderuwonya .. haiiiish 😅
Ah, kasina si Candi Gebang ini. Sepi, nelangsa dimakan zaman :D Kadang mikir, kalau bentuknya tergolong kecil, cuma satu dan berada di antara pemukiman penduduk gini, bakalan ada wisatawan yang mampir ga ya? Hhhmm... sedih deh.
Aku baru tahu nih tentang Candi Gebang dari postingan njenengan. Pertama kali denger nama Candi Gebang juga. Candinya kecil dan sendirian banget gitu ya. Tapi tamannya adem dan nyenengin kayaknya. Kapan-kapan bisa nih mampir ke Candi Gebang.
Aku waktu kuliah sering banget main ke daerah Maguwo, apalagi sekitar candi gebang. Dan aku menyesal seumur2 belum pernah ke candinya :( Btw mksh bang atas ceritanya :)
Sendirian aja mas?
ReplyDeleteWaaahhh blogger terniattt
Jangan lupa itu belanja oleh-oleh pulangnya sama para setan di Pasar wkwkwkwk
#TepukTangan
kali ini gak sendirian wkwkwk
Deleteada yang menemani
Yaaah.. Pas aku ke Jogja belum sempet ke candi, apalagi Candi Gebang. Baru denger namanya, terus lokasinya deket sama stadion Maguwoharjo. Padahal bulan kemarin pas ke Jogja juga melewati stadion itu.
ReplyDeleteini nylempit mbak tempatnya jadi banyak yg gak tau
Deletehehe
kalau denger jangkrik perasaan ikut menghayal betapa sunyinya kawasan Candi itu, enak nih buat menepi sejenak dari kebisingan kota, hehe
ReplyDeletebener mbak
Deletesejenak keluar dari hiruk pikuk kota
Wawawawa, dekat rumah saya itu mas, naik ke jalan curam lalu belok ke arah barat, mentok sudah sampai kampung saya itu mas.
ReplyDeletelah di perumahan Gebang mas?
DeleteKalau ngelihat candi ini mirip dengan yang di atas tebing breksi itu, haha... Saya lupa namanya. Kalau ke Jogja bisa sekalian ke sini nih. Jogja Bay Pirates ini baru lagi ya tempat wisata di Jogja.
ReplyDeletevandi ijo mbak
Deleteitu juga fav saya
iya ini baru di sekitar Maguwoharjo
lumayan bagus juga...
Kok penutupnya jadi sedih gitu? Misteri candi yang menyisakan kepiluan.
ReplyDeletesedih yha mbak...
DeleteBanyak candi-candi kecil di Jogja yang memang tidak didatangi banyak orang sehingga tidak dijadikan obyek wisata.
ReplyDeletebenar m iris ya...
DeletePada hakikatnya , kenangan itu memang ada untuk dikenang dan diambil pelajaran darinya.
ReplyDeleteTapi masalahnya , sekarang orang orang yang mau mengenang dan mau mengambi pelajaran dari itu semua sudah mulai tidak banyak lagi.
Pesen saya cuma satu aja , jas merah...
benar sepakat pesan bung karno itu sangat bermakna...
DeleteWah kirain aku adanya di bantar gebang bekasi... taunya ada disleman... jauh juga ya..
ReplyDeleteemang daerah sana banyak wisata candi gitu ya mas!
bukaaaan ini di sleman mas
Deletewkwk
iya kan bekasnya Mataram Kuno semua
wuah, termasuk sepi ya?
ReplyDeleteasyik nih eksplore ke sana
sepi bangey gak ada yang mengunjungi huhu
Deleteapik candinya. Asri lingkungannya.
ReplyDeleteThank you for sharing
sama-sama...
Deletemakasih juga
candinya ya berdirinya cuma sendirian gitu ya?
ReplyDeletecandi sambisari juga terseembunyi gitu.
kalo ke jogja aku minta kamu temenin buat ke candi gebang ya.
iya lonely
Deletehayuk... kapan mbak Ben?
Mungkin karena cuma satu aja dan gak populer, jadi jarang dikunjungi candi ini. Aku malah baru denger ada candi ini. Hehehe :)
ReplyDeleteiya mas gak populer dan semakin terlupa huhu
Deletebeneran hening nih ya, aku kl ke candi cuma duduk anteng menikmati sepoi angin wes bahgaia banget.. ini baru pernah denger ada candi gebang
ReplyDeletebener banget aduhai itu....
DeleteSebuah candi peninggalan abad 8 M
ReplyDeleteyang begitu megah jika diceritakan asal muasalnya
ini kl ga salah tahun 83 sama petani ditemukannya ya mas?
ada penemuan perak dan emas juga didalamnya skg disimpan sama BPCB
tapi ini dalemnya bersih banget dan terawat
HTM juga cm 5 k haha
cocoknya klo kesini sore2
Perlu dimasukin ke booklist nih candi Gebang ..., unik soalnya.
ReplyDeleteAku suka liburan ke semua candi, tapi yang punya keunikan plus aku lebih suka.
Kayak candi Gebang ini, arca Lingganya masih ada tapi arca Yoninya ngga ada .., entah itu hilang atau memang ngga ada dari sejak dari dulu ..., misteri seperti itu jadi makin minatku kesana :)
Betewe, mas Ikrom sempat belanja apa di pasar setan :) ?.
Namanya kok scarry yaaa wwwkkkwkkk ..., jangan-jangan kalo malam ada genderuwonya
.. haiiiish 😅
Ah, kasina si Candi Gebang ini. Sepi, nelangsa dimakan zaman :D Kadang mikir, kalau bentuknya tergolong kecil, cuma satu dan berada di antara pemukiman penduduk gini, bakalan ada wisatawan yang mampir ga ya? Hhhmm... sedih deh.
ReplyDeleteMenarik juga nih tempatnya. Sepertinya gk banyak juga y berkunjung kesana
ReplyDeleteHai mas Ikrom, salam kenal!
ReplyDeleteAku baru tahu nih tentang Candi Gebang dari postingan njenengan. Pertama kali denger nama Candi Gebang juga. Candinya kecil dan sendirian banget gitu ya.
Tapi tamannya adem dan nyenengin kayaknya.
Kapan-kapan bisa nih mampir ke Candi Gebang.
Aku waktu kuliah sering banget main ke daerah Maguwo, apalagi sekitar candi gebang. Dan aku menyesal seumur2 belum pernah ke candinya :(
ReplyDeleteBtw mksh bang atas ceritanya :)
Ternyata ada banyak candi di Yogyakarta yah mas hehe. Saya belum sempet keliling semuanya :D
ReplyDeleteaku baru tau ini juga soal informasi candi gebang kak..
ReplyDeletekebetulan juli besok mau ke Yogyakarta.. kalo ada waktu mau coba cari ini penasaran juga