Ilustrasi (Sumber) |
Berbicara suatu obat, pernahkah anda berpikir bagaimana suatu obat bisa berhasil dibuat dan kemudian dapat digunakan untuk mencegah atau menyembuhkan sebuah penyakit?
Apakah hanya sebuah kebetulan semata lalu sebuah bahan atau gabungan beberapa bahan dapat digunakan menjadi sebuah obat?
Sejatinya, untuk membuat sebuah obat, maka ada sebuah istilah yang disebut drug design. Sama halnya saat seseorang akan membuat sebuah baju, maka ada sebuah istilah fashion design. Drug design ini merupakan proses yang sangat penting yang dilakukan oleh peneliti. Keberhasilan sebuah obat dalam menyembuhkan penyakit pasien sangat ditentukan oleh proses drug design tersebut.
Baca juga: Minta Jurnal Kepada Peneliti, Kenapa Tidak?
Memahami Konsep Obat untuk Menyembuhkan Penyakit
Sebuah obat bekerja dengan cara menghambat aktivitas suatu penyakit. Aktivitas suatu penyakit ini dipengaruhi oleh sifat kimia suatu sumber penyakit tersebut semisal virus, bakteri, prion, atau yang lainnya. Pembuatan obat diawali dengan pengumpulan berbagai informasi senyawa yang dapat bekerja menghambat suatu penyakit
Senyawa yang memenuhi kriteria seperti ini adalah senyawa yang memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas biologis yang mirip dengan penyakit tersebut. Agar bisa melakukan hal tersebut, maka senyawa yang dimaksud juga sedikit banyak memiliki kemiripan struktur dengan target (penyakit) yang akan ditentukan.
Analoginya seperti ini. Anggaplah sebuah penyakit disebabkan oleh sebuah bakteri. Bakteri tersebut mengeluarkan zat A yang mampu menyerang suatu bagian dalam tubuh dengan cara ikut bereaksi di dalam metabolisme tubuh.
Maka tugas dari para peneliti adalah membuat sebuah zat B yang memiliki struktur yang mirip dengan zat A namun kemampuan untuk ikut bereaksi lebih baik dibandingkan zat B. Bolehlah dikatakan zat B lebih handal dibandingkan zat A sehingga perkembangan zat A akan terhambat. Proses ini juga disebut sebagai inhibisi dan zat B juga dapat disebut inhibitor.
Setelah peneliti menghasilkan zat B, maka tugas mereka selanjutnya adalah menguji aktivitas zat B. Kalau diumpamakan seperti sebuah pabrik mobil, setelah menghasilkan sebuah rancangan mobil baru, maka mereka akan melakukan test drive. Tujuannya untuk mengetahui seberapa efektif kerja bahan yang dihasilkan dan merevisi kekurangan yang masih timbul, seperti adanya efek samping dari bahan tersebut.
Sintesis senyawa mengandung obat butuh waktu lama
Proses sintesis senyawa ini dan uji aktivitasnya memerlukan waktu yang lama dan biaya yang tak sedikit. Bisa dibayangkan jika proses ini akan menghambat upaya penyembuhan sebuah penyakit yang belum ada obatnya.Maka dari itu, para peneliti di bidang farmasi dan kimia, saat ini merencang sebuah obat dengan bantuan komputer. Dengan komputer? Apakah bisa?
Bisa. Komputer berperan sebagai laboratorium mini yang akan mengerjakan tugas pembuatan obat. Metode ini disebut dengan metode in silico. Menggunakan komputer untuk mendesain obat tentunya tidak harus menggunakan bahan dan alat yang mahal. Selain itu, dengan bantuan kerja komputer maka waktu yang diperlukan juga lebih singkat. Bagaimana cara kerjanya?
Cara Kerja Pemodelan Obat
Pertama, terlebih dahulu gambaran berbagai kemungkinan senyawa-senyawa yang berpeluang memiliki aktivitas biologis yang mirip dengan target (penyakit) ditentukan.
Gambaran ini merupakan gambaran bentuk 3 dimensi. Setelah melakukan modeling, maka selanjutnya adalah melakukan kajian interaksi senyawa tadi dengan zat yang diserang oleh penyakit.
Misal, suatu penyakit disebabkan oleh adanya zat A. Zat A ini akan menyerang zat B dalam tubuh karena suatu reaksi tertentu. Maka kita akan membuat beberapa model yang mirip dengan zat A ini, misal zat C, D, dan E. Nah dari tiga zat ini maka akan kita kaji mana yang paling efektif untuk berkompetisi dengan zat A. Sama halnya dengan prinsip konvensi yang dilakukan oleh sebuah partai politik saat menghadapi pilpres. Akan dipilih beberapa bakal calon presiden yang sanggup untuk mengahdapi calon dari partai lain.
Diantara zat C, D, dan E, akan diuji interaksinya dengan zat B. Mana yang mampu menyaingi zat A (penyakit). |
Kedua, uji laboratorium
Setelah didapat hasil yang diinginkan, katakanlah zat C yang memenuhi syarat, maka hanya zat ini yang akan diusulkan untuk disintesis untuk selanjutnya diuji aktivitasnya (test drive) secara ekseperimen di laboratorium. Tidak semuanya. Sama halnya dengan konvensi capres tadi, setelah didapat bakal calon presiden yang dianggap layak, maka akan didaftarkan ke KPU.
Secara garis besar, terdapat dua jenis drug design, yakni berdasarkan reseptor (SBDD) dan berdasarkan ligan (LBDD). Dua jenis drug design tadi dibedakan berdasarkan sumber informasi yang digunakan.
SBDD menggunakan informasi dari reseptor. Reseptor merupakan suatu molekul yang jelas dan spesifik terdapat dalam organisme sehingga menimbulkan respon. Jangan pusing dulu. Misalkan begini. Zat A yang dikeluarkan oleh suatu bakteri menyerang zat B yang merupakan zat di dalam tubuh. Nah zat B inilah yang disebut dengan reseptor. Atau mudahnya, zat yang diserang oleh suatu penyakit di dalam tubuh.
Tahapan metode SBDD dalam perancangan obat |
Berbeda dengan metode SBDD, pada metode LBDD struktur reseptor belum diketahui.
Titik perhatian LBDD adalah pada senyawa yang diharapkan berperan
sebagai obat. LBDD menggunakan sifat
fisikokimia suatu senyawa tersebut. Sifat fisikokimia merupakan sifat kimia suatu
senyawa yang disebabkan adanya gugus fungsi tertentu. Artinya, kita menentukan struktur obat dahulu baru kemudian diketahui efektivitasnya. Misalkan, kenapa peneliti percaya buah manggis biji untuk obat kanker? Alasannya adalah karena ada senyawa di dalam buah tersebut yang memiliki struktur mirip dengan zat yang bisa memicu kanker.
Penggambaran sifat ini
seperti pada morfologi dan fisiologi makhluk hidup. Misalkan saat SD
dulu kita telah belajar bahwa burung bisa terbang karena memiliki sayap,
ikan bisa berenang karena memiliki sirip, dan katak bisa melompat
karena memiliki kaki yang khusus. Nah, metode LBDD ini akan menganalisis
bagian-bagian penting dari sebuah senyawa yang diprediksi memiliki
sifat kimia tertentu sehingga dapat berinteraksi dengan reseptor.
Allopurinol (bawah) yang memiliki struktur mirip dengan Hiposantin (atas) akan bereaksi antagonis sehingga asam urat tidak terbentuk. (Sumber) |
Itulah beberapa konsep dasar yang dilakukan untuk melakukan simulasi
sebuah obat sebelum disintesis. Sebenarnya, selain metode-metode
tersebut masih banyak metode lain yang merupakan pengembangan dari
metode tadi. Sekian paparan mengenai drug design menggunakan komputer.
Semoga bermanfaat dan tidak pusing. Jagalah kesehatan anda karena mencegah tetap lebih
baik daripada mengobati. Salam.
Sumber:
Prof. Dr. Harno Dwi Pranowo, M.Si. 2009. Peran Kimia Komputasi dalam Desain Molekul Obat. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Tags
Seputar Kimia
Merancang obat dengan bantuan komputer?
ReplyDeleteWow! Makin canggih aja ya teknologi jaman now.
Makanya tidak mengherankan, jika setiap negara berebut untuk membuat vaksin atau obat, prospeknya ini lo, sungguh cemerlang.
Deletebenar sekali
Deletesayang di negara kita jangankan berebut, jadi pembicaraan saja tidak
padahal potensinya luar biasa :)
wow sebuah pengetahuan banget nih buat kita, khususnya saya ternyata pendeteksian penyakit teh sedemikian jlimetnya sehingga butuh konsep yang baik dan benar... ilmu adminnya keren deh ih
Deletesaya mah apa tuh mang
Deletememang mumet masalah ini wkwkw
wah, pengetahuan baru nih. obat juga ada design-nya ya, canggih pula pake komputer :)
ReplyDeletesudah lama ini mbak
Deletecuma di negara kita aja belum booming hehe
Semoga tetap bisa menjaga kondisi kesehatan, sebab tak semua orang suka minum obat. Hehe..
ReplyDeleteitu yang penting
DeleteSaya membacanya kok jadi pening sendiri, benar-benar mirp pemilihan presiden yang terlalu banyak partai. Sebenarnya kalau sederhanya adalah virus dilawan dengan virus.
ReplyDeletebisa juga tapi lebih tepatnya virus atau bakteri yg mengeluarkan suatu zat sehingga bisa melawan penyakit tsb
Deletejadi, yg diteliti adalah zatnya
kalau virus lawan virus jadinya vis to vis ya hehe
Jadi ini ya tentang Drug Design" dengan Komputasi, keren jadi agak mengerti sedikit..salam sukses hu
ReplyDeletesyukurlah kalau sedikit mengerti
Deletesalam
weh.. saya kurang menagkap nih isinya.. bahasanya anak kimia nih klo udah bahas senyawa n molekul2 kayak gini.. saya tunggu update an versi sederhanya aja..
ReplyDeleteblognya masih saya pantau..^^
dibaca pelan2 yah namanya sains atau kimia ya seperti ini
Deletepadahal sudah saya analogikan loh kalau baca teks aslinya malah puyeng,
updatenya cerita jalan2 saja ya biar bisa ditangkap maknanya :)
Sedikit pusing sih, gak mudeng kayaknya saya hehehe tp info bagus pembelajaran untuk saya
ReplyDeleteyg penting jaga kesehatan mbak
DeleteRumit ya mas..soalnya klo di tingkat konsumen pada tinggal tau jadi..
ReplyDeleteTernyata prosesnya panjang
makanya jaga kesehatan mbak
Deletebuat obatnya rumit minum obat juga rumit kan?
Lebih canggih dibanding in vivo dan in vitro itu yaa
ReplyDeleteiya ini pengembangannya
Deleteinilah alasan saya tidak suka dengan pelajaran sains di waktu SMA ,, membahas senyawa, zat2, molekul, duh mumet, hehe
ReplyDeletewah padahal seru loh....
Delete