Ilustrasi (Sumber) |
Ketika saya duduk di bangku sekolah, training ESQ adalah kegiatan yang cukup menyita perhatian.
Pertama kali mengenal ESQ saat saya duduk di bangku SMP dari berita di televisi. Tidak lain dan tidak bukan, ESQ yang saya maksud adalah ESQ yang dibina oleh Ary Ginanjar. Saya juga pernah membaca buku beliau. Dari buku ini, saya menjadi tertarik untuk mengikuti pelatihan ESQ.
Namun karena biaya yang cukup tinggi, saya belum bisa mengikutinya. Suatu ketika, saat saya duduk di bangku kelas XI SMA, ada seorang teman yang menawari saya untuk mengikuti training ESQ. dia bilang harganya cukup terjangkau dan “tak jauh beda” dengan yang dilakukan oleh Ary Ginanjar. Karena saya memang kepingin, saya langsung ikut saja.
Sebelum ditraining, kami disuruh mengikuti pra-training di sebuah rumah yang tak jauh dari SMA saya. Di sana saya ditemui oleh seorang mbak-mbak yang mengenalkan diri sebagai mentor pra-training. Mbak ini sangat welcome.
Kami benar-benar dijamu di sana. Di sana kami diberi berbagai macam permainan otak namun memiliki hikmah. Jujur, saat itu saya sangat menikmati kegiatan itu. Selain saya, ada sekitar 6 teman lain, baik dari SMA saya dan 2 SMA tetangga (SMA saya terletak dalam satu komplek dengan sekolah lain).
Acara pra-training ini berlangsung 6 kali. Setelah acara pra tersebut maka dilanjutkan oleh acara training. Acara ini rupanya dihadiri cukup banyak orang. Di sana saya benar-benar merasakan apa itu ESQ. Dari kacamata saya, masih tidak jauh beda dengan ESQ yang dilakukan Ary Ginanjar.
Namun, setelah acara training ini, rupanya prosesnya belum berakhir. Saya diharuskan ke tempat tadi. Kata Mbak yang mementor saya, hal itu dilakukan untuk memantapkan hasil training. Saya mengikuti kegiatan ini beserta rombongan pra-training sebelumnya. .
Nah keanehan demi keanehan mulai saya rasakan saat kegiatan pasca training ini. Kami tidak lagi diberi gim seperti sebelumnya atau motivasi saat training ESQ. Namun, kami diberi materi-materi berat. Kami dijejali dengan diskusi perbandingan agama, surga, kebenaran nyata, dan mapping life.
Sebagai remaja, lama-lama saya merasa bosan. Menurut saya, materi-materi itu cukup berat. Tapi karena sudah kepalang tanggung, saya masih menjalaninya meski dengan setengah hati. Lama-lama, satu per satu rombongan kami mrotoli atau mengundurkan diri. Saya jadi galau. Mau terus datang tapi kok sepertinya ada yang salah. Saya merasa kadang saya melihat sang mentor segera melaksanakan sholat ashar saat adzan berkumandang. Bagaimanapun juga, menurut saya, apapun kegiatan yang dilakukan, saat adzan berkumandang maka shalat harus segera dilakukan.
Selain itu, pada beberapa kesempatan mereka sering berpesan bahwa kami di sini sedang dilatih untuk mencapai kebenaran sempurna. Tidak seperti orang lain kebanyakan. Saya lalu berfikir, apa memang begitu? Lama-lama juga mereka mulai menanggalkan embel-embel ESQ dan motivasi hidup seperti sebelumnya tidak kami dapat. Mereka hanya mencekoki kami tentang dua hal: kebenaran dan surga.
Tapi saat saya tanya lebih lanjut mengapa sih kita harus mempelajari itu semua, padahal di agama kami kan sudah ada. Mereka hanya bilang, hanya kebenaran ini yang benar. Kebenaran yang benar ya seperti itu, tidak hanya shalat, mengaji, dll. Nanti kami akan melewati beberapa level yang pada tingkat level tertentu sudah bisa memahami apa itu "kebenaran sejati".
Dan kebenaran sejati ini harus dipelajari lewat mereka. Nanti saat kami sudah mencapai level itu, kami juga harus mencari orang lain yang juga akan diberi "kebenaran sejati". Wah ini sudah ada yang salah, pikir saya.
Saya lalu berdiskusi dengan beberapa teman yang sama-sama ikut training. Rupanya, kami memiliki pemikiran yang sama. Lalu kami memutuskan untuk mencari informasi seputar mereka. Boleh dibilang semacam penyelidikan. Kami mengumpulkan banyak informasi dari mantan peserta ESQ. Ada satu hal yang membuat kami kaget. Rupanya mereka sudah berpindah basecamp beberapa kali karena penolakan warga sekitar.
Penolakan warga disebabkan aktivitas mereka yang juga membuka yayasan sosial. Penduduk yang di sekitarnya juga merasa aneh dengan sikap mereka yang kadang tertutup. Memang saat bertandang ke rumah itu, saya melihat plakat yayasan yang bergerak di bidang sosial.
Karena merasa ada hal yang tak beres, terlebih doktrin kebenaran sempurna yang terus didengungkan, kami memutuskan berhenti. Ada keinginan juga untuk melaporkan ke pihak sekolah/kepolisian namun kami urungkan dulu. Jika nanti ada halangan, maka laporan akan kami layangkan. Satu teman saya yang pandai bicara ditunjuk untuk berbicara kepada Mbak tadi melalui telepon. Namun, apa yang kami dapat?
Si Mbak tadi memang tak secara eksplisit menahan kami. Tapi, sebuah surat ketikan berisi sedikit ancaman diberikan kepada teman kami yang menelepon tadi. Memang tidak langsung mengancam, tapi bisa dibilang mengancam secara halus. Dibilang kami tidak bersukur diberi kebenaran lah, jauh dari surga lah. Nah saya makin mantap. Surga kan urusan Tuhan, kenapa dibawa-bawa?
Lalu kami benar-benar putus kontak. Beberapa kali si Mbak tadi masih mengirim SMS berisi anjuran kembali ke jalan yang benar. Wah, dikira saya domba yang tersesat. SMS Mbak tadi tidak saya balas. Namun, saya dan teman-teman belum bisa lepas begitu saja. Beberapa kali saya sempat memergoki Mbak dan Mas “ESQ” tadi di depan pintu gerbang SMA saya. Waduh jangan-jangan mau cari kami. Tapi rupanya dugaan saya salh. Mereka mencari “mangsa baru” yakni adik kelas kami.
Sialnya, adik kelas kami banyak yang kena dan ikut training seperti kami. Kebetulan saya ikut ekskul PMR, dan ada adik kelas yang membawa undangan ESQ seperti yang pernah saya dapat. Saya mencoba memberi masukan, tapi karena adik kelas tadi belum sadar, mereka masih kekeuh ikut.
Rupanya petaka juga terjadi pada mereka. Sekitar 4 bulan setelah mereka ikut, mereka curhat sama saya mau keluar tapi gak bisa. Malah, mereka sepertinya sudah pada level yang lebih tinggi daripada saya. Mereka diharuskan mengikuti semacam retret di Surabaya selama seminggu penuh. Nah lho, dibilangin gak nurut. Ya sudah saya sarankan main kabur saja. Bilang saja alasan mau lomba PMR jadi harus latihan tiap hari. Tapi memang saat itu tim PMR kami sedang mempersiapkan lomba.
Karena kesibukan saya menjelang UNAS, saya tak melihat lagi keberadaan Mbak dan Mas “ESQ” lagi. Saat mau lulus SMA, saya iseng-iseng ke tempat pelatihan ESQ dulu sambil memakai masker dan kacamata hitam. Bak detektif, saya melakukan investigasi tentang kegiatan di sana. Rupanya rumah itu sudah dihuni oleh sebuah keluarga. Saya bertanya pada tetangga depan rumah, katanya mereka diusir warga kampung dengan alasan sama dengan pengusiran sebelumnya.
Dua tahun kemudian, saat kuliah, saya melihat berita di TV ada seorang mahasiswa PTS di Malang tak kunjung pulang. Diduga dia dicuci otaknya oleh oknum NII KW-9. Dan beberapa terakhir ini oknum ISIS semakin merajelela. Saya jadi ingat pengalaman saya dan bertanya dalam hati: Mungkinkah itu mereka? Saya tak berani berkata lebih lanjut. Wallahu ‘alam. Masih menjadi misteri hingga sekarang. Yang jelas, paham radikal masih akan tumbuh subur di manapun dan kapanpun.
Tags
Catatanku
wuih, ngeri ya.
ReplyDeleteharus hati2 emang, jangan tergiur sembarang training apalagi yang gratis2. menurut sha, ini udah melenceng dari esq nya sendiri sih, ya gak?
Setuju, Sha.
DeleteKita emang harus hati-hati dan menjaga hati.
Tapi anak SMA atau mahasiswa baru biasanya paling mudah dipengaruhi sama yang kayak gini nih.
nah ini memang pesan bagi ABg terutama yang labil
Deleteharus berhati2
wahhhhhh serem banget T.T
ReplyDeletebahaya banget itu dengan modus-modus begituan.. kalau mau nyari ilmu, datangi majelis ilmu di masjid lebih aman mas. wahahaha
maklum mas ababil masa galau
Deletesepakat lebih baik ke ahli agama ya
Bahaya...itu mungkin bukan ESQ lulusannya Ari Ginanjar, mas.
ReplyDeleteSaya sempet ikut jaman kuliah dulu, habis selesai ESQ, ya udah selesai. Nggak ada itu kewajiban buat dateng-dateng lagi ke mbak / mas tentor.
saya kuliah dapet ESQ lagi dan sama mas udah selese habis 3 hari itu
DeleteDih horor -_______-
ReplyDeleteSyukurlah waktu itu aku ikut ESQ nya yang beneran
Soalnya udah termasuk dalam paketan tahap penerimaan mahsiswa baru, selain Ospek
iya saya juga sama
Deletedan baru sadar benar kalau pas sma itu salah
Jadi semacam aliran gitu yaa, sepupu saya ada yg kena juga dulu, semacam ajaran agama tapi agk menyimpang..
ReplyDelete#seram juga ya klo di sms in trus
nah seram juga mas hati2 aja
DeleteSaya dari dulu kurang berminat dengan training-training semisal ini. Pada intinya mah semua demi meraup materi.
ReplyDeleteSaya lebih suka membaca buku-buku agama dan buku motivasi, tapi itupun harus jelas-jelas penulis yang bermutu atau berkualitas.
Kalau kita membaca buku-buku hadist-hadist nabi, rasanya cukuplah.
sekarang saya juga mulai ke sana dan mending ke majelis
Deletecyah namanya anak sma mas harap maklum hehe
belum pernah mengalaminya
ReplyDeletejangan smapai bu
DeleteSepertinya ada dimana-mana mas.. Soalnya pernah beberapa kali dengar cerita yang mirip dari teman.. Kejadianmya waktu kuliah dulu.. Diduga memang NII mas..
ReplyDeletekan bener NII ya mbak
Deleteini pindah2 terus loh
dari surabaya asalnya
Kalau pengalamanku ikut ESQ tahun 2005 di Medan berdua suami. Enggak kayak gitu tuh Mas..Selesai training ya sudah. Kemungkinan itu cuma oknum yang ngaku-ngaku ESQ. Karena kalau materinya sendiri bagus kok. Waktu itu aku langsung dipandu Ary Ginandjar. Selama 3 hari training. Setelah itu memang aku enggak gabung jadi alumninya(mereka punya kumpulan alumni gitu) Karena aku enggak mau terlalu jauh mengikuti faham/aliran tertentu. Pengin netral aja:)
ReplyDeletenah bener kan mbak cuma 3 hari
Deletetapi kadang kalau gabung gitu malah aneh2 ya
bener netral aja yg penting udah dapet pesannya
Ya ampun ngeri banget ih, untung masnya terselamatkan yaa.. Hhh
ReplyDeleteiya mbak ngeri untung ya
DeleteIntinya tetap senantiasa minta perlindungan dari Allah
ReplyDeletedan jangan terlalu percaya dengan hal semacam itu
tetap realistis dan rasional dalm berfikir
pengalaman yang sangat berharga dan bermanfaat sekali mas ikrom untuk kami para pembaca agar selalu senantiasa wasapada.
iya sepakat
Deletesemoga bisa dipetik hikmahnya
doktrin tentang ajaran2 yg menurut mereka benar, (menurut mereka)
ReplyDeletebagi orang awam sangat mudah sekali untuk, terlebih untuk orang2 yg dalam tahap pencarian jati diri bahkan orang yg frustasi rawan kenanya.
orang frustasi yg imannya kurang, disogokin perhatian, kenyamanan, n perhatian.. alamat dah tuh.
nah itu dia
Deleteawalnya memang diberi yg asik2 eh ternyata
Rupanya begitu cara mereka (siapa pun itu) mencari pengikut. Bahaya juga ya Mas kalau gitu caranya. Karena kalau otak sudah tercuci, bakalan sulit buat disembuhkan. Tampaknya mereka sangat memahami ilmu syaraf, terutama pada bagian otak berikut cara kerjanya.
ReplyDeleteUntunglah masyarakat segera bertindak.
ilmu psikologi mbak
Deleterata2 yg saya tau mereka sarjana atau bahkan master psikologi jadi enak banget buat pengaruhin anak2 sma
Itu kalau pas pikirannya nggak bisa merasakan ada kejanggalan bisa kebablasan ya.
ReplyDeleteSeperti dirasuki begitu..
kayak sugesti mbak
DeleteSerem ih, harus ekstra hati-hari. Untung saya nggak pernah, jangan deh.
ReplyDeletejangan sampai mbak
Deleteaku udah lama gak ikutan training, pengen juga buat upgrade ilmu tapi kalo training yang berkedok gini serem juga.
ReplyDeleteSetuju, Mas. Shalat harus disegerakan ketika suara adzan berkumandang.
ReplyDeleteAwalnya saya masih agak buram ini baca, habis baru bangun tidur, Mas, habis ada kegiatan kok terasa capek sekali..hehe
Tapi begitu ditemani sedeikit cemilan dan mata terus tertuju dengan post mas Ikrom yang satu ini. Saya sengaja memperhatikan banget dan bener-bener membacanya tanpa tersisa satu huruf pun..hehe
Soalnya gini, waktu saya bertemu teman yang memang dia sudah punya usaha, katakanlah pembisnin lah. Waktu itu sedang kumpul dan bertemu temannya lagi. Disitu ngobrol jadi makin seru, ngalor ngidul..he
Dan terlontarlah suatu pertanyaan ke saya, "Andi pernah ikut acara training ESQ?
Belum, Mas. Ucapku. Tapi aku tahu dan pernah denger, itupun dari akun instagramnya pak Ari.
Kedua temanku itu bilang kalau ikutan pasti bakal seru, dan asik, bla bla bla, gitu. Disitu saya semakin penasaran seperti apa sebenarnya trainingnya.
Saya pribadi memang nggak begitu suka training, tapi lebih suka pengajian, kajian langsung gitu, di masjid-masjid atau kampus. Tapi kalau serasa saya penting atau bagus itu training saya sempatkan ikut. Itupun harus tahu dulu sepertinya trainingnya. Output apa yang saya dapatkan nantinya.
Dan setelah baca pengalaman mas Ikrom ini kenapa saya jadi nggak tertarik ya dengan ESQ ini. Nggak tahu kenapa. Dan ini postingan bermanfaat, dan jadi tahu saya..he
Terima kasih, Mas sharingnya.
Kebetulan di masjid dekat kost saya sudah adzan Maghrib. Mari shalat, seperti apa yang sudah di selipkan di tulisan ini. Begitu suara adzan berkumandang, apapun aktiftiasnya, kita harus segara melaksanakan shalat.
Sehat selalu, Mas.
waah ngeri gitu ya? hati2 ya, semoga kita semua terutama generasi muda, selalu dalam lindungan Allah
ReplyDeleteApa aja Bang materinya? Penasaran
ReplyDelete