Di penghujung tahun ini, saya mendapat side job yang cukup menantang: Menjadi Tour Guide.
Aduh, berat banget. Serasa tahu segalanya tentang pariwisata. Padahal, saya mah anak rumahan (pencitraan baget). Meski sempat ragu, saya akhirnya memutuskan untuk mengambil tantangan ini. Sekalian juga bisa liburan dong.
Cerita bermula ketika ada seorang pria budak korporat dari Batam yang sudah penat dengan segala hal yang membelenggunya. Untuk merasakan sensasi kebebasan yang sangat langka, ia memutuskan pergi berlibur sebentar ke Yogyakarta.
Sang pria bernama Yudi ini bertemu saya di sebuah persimpangan jalan dekat Malioboro dan bercerita ia ingin mengunjungi tempat-tempat di Jogja. Awalnya, ia hanya ingin duduk-duduk saja di Malioboro selama hampir 5 hari waktu cutinya. Saya jelas kaget. Jauh-jauh dari Batam hanya untuk duduk manja di Malioboro. Padahal Jogja tidak hanya secuil Malioboro, Bro.
Karena saya ada waktu kosong selama 2 hari dengan sedikit mencuri momen juga, saya bisa menemaninya berjalan-jalan. Langkah pertama yang saya lakukan adalah meminta peta di pusat informasi turis yang ada di Malioboro.
Di peta itu tertuang aneka tempat wisata di Jogja dan sekitarnya. Saya beri saran dan masukan kira-kira tempat apa yang bisa dituju selama 2 hari. Mengingat waktu kunjungan sedang dalam musim hujan, maka saya tidak menyarankannya ke pantai atau ke daerah pegunungan dengan tingkat rawan bencana yang cukup tinggi. Dan, bisa ditebak, saran saya yang paling manjur adalah menuju tempat-tempat bersejarah.
Singkat cerita, hari pertama kami hanya melakukan city tour. Berbekal saldo Trans Jogja yang masih ada, saya ajak ia berkeliling dulu di daerah Wisata Kerajinan Perak Kotagede. Yah meski tak ada hal yang harus dibeli karena harga kerajinan perak yang cukup menguras kantung, saya bisa sedikit mengenalkan daerah penting ini.
Daerah cagar budaya yang terbelah diantara 2 teritorial, yakni Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Ia cukup menikmati sepinya daerah cagar budaya itu karena tak banyak pengunjung yang datang selain beberapa turis mancanegara. Saya semakin yakin, Kotagede bukanlah favorit utama pelancong lokal ketika datang ke Jogja.
Selamat datang di Kota Gede yang terbelah |
Rute selanjutnya adalah daerah sekitar keraton saja, seperti Taman Sari, Masjid Kauman, dan Alun-Alun Utara. Ia cukup takjub ketika berada di Taman Sari. Bahkan, ia akan melepas bajunya untuk berenang. Maklum, mana ada taman air sebagus ini selain di Jogja, betul? Tur siang itu ditutup dengan melewati daerah Kotabaru yang merupakan rute akhir gerilya Panglima Sudirman jelan Serangan Umum 1 Maret 1949.
Lagi-lagi, tak akan banyak pelancong yang datang ke sana. Malam harinya, ternyata ia mendapat motor sewaan. Jadi, kami tak perlu jalan kaki lebih jauh untuk sekedar menikmati hangatnya malam Jogja. Ada tiga tempat yang kami tuju. Alun-alun Kidul, Panggung Krapyak, dan Tugu Jogja.
Nah pilihan ke Panggung Krapyak adalah pilihannya sendiri karena ia melihat lampu yang warna-warni menghiasi dinding cagar budaya tersebut di media sosial. Saya katakan bahwa itu kalau ada even saja, tapi ia bersikeras ingin ke sana. Benar saja. Saat di sana, tak ada lampu yang menari-nari itu. Saya tahu ia kecewa, namun ia masih bahagia dengan melakukan beberapa potret di sana.
Selfie di Taman Sari |
Selfie di depan relief sejarah pendirian Keraton Yogyakarta. Oh ya, sudah tau kan kenapa diberi nama Yogyakarta? |
Keesokan harinya, hujan turun dengan deras. Saya ragu apakah kami bisa jalan. Ternyata, hanya sampai jam 8 pagi hujan tumpah lalu cerah kembali. Sayang dengan motor yang sudah disewa, kami pun berangkat. Ke mana lagi kalau bukan ke candi. Sudah, itu memang ide saya. Ia menyanggupi tanpa ada pilihan lain. Ada 4 candi yang kami kunjungi yakni Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Plaosan, dan Candi Ijo.
Mulanya, ia ingin masuk ke Candi Prambanan dan Ratu Boko. Saya tak melarang dan tak juga menyanggupi. Saya katakan bahwa hari itu sedang libur panjang. Bukan pilihan tepat jika membuang waktu hanya untuk antre di loket dan tak bisa berbuat banyak. Belum lagi, tak ada tempat bagus untuk berfoto selain kerumunan orang. Kalau sedang tak musim liburan sih bisa sepuasnya ke sana. Kalau liburan seperti ini, mana bisa menikmati? Dia pun setuju tak pergi ke dua candi itu.
Selfie di candi favorit saya |
Selfie di Candi Plaosan |
Untunglah, saya masih hafal jalannya meski kadang kesasar juga. Maklum, saya katakan saya bukan pemandu wisata bintang lima. Sering saya merasa disorientasi, terlebih jika GPS tak bekerja baik. Untung, perjalanan di hari kedua berlangsung seru. Ia menikmati uniknya Candi Sambisari yang ada di bawah tanah.
Berdecak kagum karena kami satu-satunya pengunjung di hari itu saat ke Candi Sari. Melihat keelokan Gunung Merapi dengan jelas dari Candi Plaosan. Hingga puncaknya, ia merasakan kebahagiaan berlibur ke Jogja saat melihat Jogja dari ketinggian di Candi Ijo. Berkali-kali ia takjub ketika bisa melihat Bandara Adi Sucipto dari atas dan memandang sepucuk pesawat terbang yang naik dan turun.
Saya sudah capek selfie. |
Di tengah kegembiraanya, terselip rasa syukur di dalam hati saya karena bisa mengantarkan tamu ini dengan sukses. Yah meski ada juga kejadian kesasar dan lupa jalan, paling tidak selama dua hari ia dapat banyak hal baru. Saya sempat ragu juga apa mau ia saya ajak ke tempat-tempat bersejarah. Mayoritas orang Indonesia kan berlibur ke tempat yang bisa diambil foto kerennya?
Ternyata ekspektasi saya melenceng jauh. Buktinya ia juga menikmati perjalanannya. Bahkan di setiap candi ia mengabadikan momen tak hanya dalam gambar tapi dalam bentuk video. Bukan untuk diunggahnya di jejaring sosial, hanya untuk koleksi pribadinya. a juga antusias mendengarkan sedikit penjelasan saya mengenai arsitektur, relief, hingga cerita di balik pendirian candi. Akhirnya saya bisa mengatakan : Mission Complete.
Selfie di tempat selfi di Candi Ijo |
Katanya ini perjalanan di Jogja paling berkesan. |
Seru juga ternyata jadi pemandu wisata. Selain harus tahu tempat-tempat wisata, kita juga harus paham benar seluk-beluknya. Jalan paling cepat dan enak buat ke tempat itu. Tempat makan yang asyik juga jangan ketinggalan. Dan yang penting, sesuaikan juga dengan minat yang mereka inginkan. Kembali lagi, yang niat jalan-jalan utama ya mereka, bukan kita.
Terakhir, saya bisa bersyukur bisa memandu kebahagiaan orang lain di akhir tahun ini. Semoga ada banyak panduan kebahagiaan yang bisa saya hantarkan kepada orang-orang di sekitar saya. Itulah resolusi saya di tahun 2018.
Selamat berlibur semua.
Tags
Jalan-jalan
Lah iya rugi besar kalo di jogja cuma duduk2 di malioboro haha. Untung mas ikrom piawai membawa mas Yudi ke destinasi yang lain.
ReplyDeleteBtw, asik juga tuh mas nyambi jadi tour guide. Kalo saya di Bekasi ga cocok. Kliennya mau dibawa kemana coba haha
wah rugi dong mas
Deletekalo ke bekasi kan bisa ke mana ya...
Kangen jogjaaaa gara2 baca postingan ini.. Hmmmm
ReplyDeleteke jogja lagi mbak...
DeleteAku juga biasanya gitu, Mas. Terlebih teman-teman SMA ku yang datang ke Jogja. Malioboro memang asik buat nongkrong, tapi baiknya nongkrong setelah lelah jalan-jalan..he
ReplyDeleteJadi pas cape duduk manis aja di Malioboro..
Setuju, kalau ajak teman itu harus tahu jalan cepat, dan tempat makan enak, apalagi murah..hehe
iya mas klo klo ajak teman harus tau semua ya
Deletesayang aku cuma taunya ya tempat itu2 aja hehe
Dari atas lihat foto-foto nya lagi selfie.... pas udah mau akhir, caption foto nya malah "Saya sudah capek selfie." Hahahha... bikin ngakak...
ReplyDeletesaya capek sekali...
Deleteenaknya jadi travel duide bisa jalan-jalan juga sekalian. dan yang jelas tambah kenalan juga ya mas... artinya peluang membuat link kerja lebih luas juga
ReplyDeletehehehe amin mbah
Deletewhewww
ReplyDeleteCongrats mass
Harusnya sekalian dijelasin berbagai cerita dan legenda sejarahnya mas, kayak tour guide luar negeri gitu. atau kayak pas karyawisata sama murid-muridmu di sekolah hihi
pas dia bikin video aku jelasin mas
Deletetapi videonya buat dia sendiri
Kebayang capeknya gimana menjadi travel guide. Congratz mas, bisa memuaskan temannya.
ReplyDeletecapek tapi seru mas
DeleteSeru juga ya mas Ikrom
ReplyDeletebisa sukses memandu turis menyusuri jogja
ada kenikmatan dan kepuasan tersendiri
sambil mengenalkan ini loh Jogja..yg bakal kamu kangenin kalo sudah balik ke kampung halamanmu :)
benar itulah kepuasan jadi travel guide mas
DeleteKayaknya bisa diseriusin nih travel guidenya... Secara dah pro gitu.. Hihihi...btw, keren euy poto"nya
ReplyDeletewalah masih sering nyasar juga mbak...
DeleteKeren banget. :D Pengen lihat candi. :D
ReplyDeletehayuk ke candi mbak...
DeleteWah seru banget muter-muter jogjanyaaa. Puas pastinya ya karna banyak tempat yang dikunjungiii, walaupun bukan sama travelguide profesional.. Hehehe
ReplyDeleteiya mbak seru banget...
DeleteJogja tuh selalu bikin balik lagi. Candi ijo blm pernah.. klo ke Jogja kayaknya mau ksana dan taman pintar yg utk anak2
ReplyDeletebelum ke jogja klo belum ke candi ijo,,,
Deletejalan jalanya seru iya, sekalian jadi travel guide, jogja keren.
ReplyDeleteboleh niih kalau ak ke jogja di ajakin jalan - jalan juga sama mas ikrom :-)
hayuk mas, say tunggu
Deleteaku kalau ke jogja paling cuma buat beli pernak pernik doang mas di Malioboro, sisanya paling sering ke taman pintar.. ahhaah seru yah walaupun kebanyakan yang dkesana pada anak kecil tapi seru kok..
ReplyDeleteklo ke taman pintar banyak anak esde mas hehe
Deletetapi seru juga sih ke sana
mantap tuh mas, tapi ko banyakan mas yang selfie? haha
ReplyDeletejadi tour guide juga seru, membuat semkain banyak belajar tentang wisata-wisata haha
heheh iya mas karena yang diantar suka selfie
Deleteselamat nih bang dapat side job yang menarik jadi guide gitu bisa travelling sekaligus dapat bayaran
ReplyDeletewah bayaran? hmmmm
DeleteJadi pengen ke Jogja...
ReplyDeleteayo ke jogja mas,,,
DeleteSelfie terus yaa ? Tapu asli jogja emank kerennya kebangatan dah
ReplyDeletejogja kan istimewa...
DeleteKeren bisa memandu dadakan dan bisa puas melihat senyum dari orang yang di antar. Luar biasa perjalanan nya bang, apalagi ada adegan kesasar, pasti menjadi pengalaman seru bagi kalian
ReplyDeleteah wisata sejarah mah slalu jadi yg pertama buatku haha! ada buku yang nyediain walking tour lho, sejarah tentunya :D aku duwe beberapa hoho
ReplyDelete