Hotel Talagasari (sumber) |
Kasus korupsi di negeri ini sejatinya sudah terjadi sejak lama.
Kalau kita dulu belajar sejarah mengenai kebangkrutan VOC, maka salah
satu penyebabnya adalah kasus korupsi parah di tubuh kongsi dagang Belanda
tersebut. Nah ketika republik ini baru berdiri, kasus korupsi juga mewarnai
para pejabat tinggi negara.
Saat itu di era demokrasi liberal, meski kabinet jatuh
bangun, korupsi masih terus eksis. Yang unik dan menarik, saat itu yang belum
ada KPK, kasus korupsi ditangani oleh militer. Walaupun ditangani oleh militer,
para pejabat mereka juga tak luput pula dari kasus korupsi. Bisa ditebak,
ketegangan politik semacam kasus mencari papah juga kerap terjadi.
Kinerja Badan Antikorupsi Jaman Dulu
Dari aneka kisah
pengungkapan kasus korupsi, satu hal yang menarik adalah kinerja sang anti
rasuah dalam menangkap pelaku korupsi. Jika KPK saat ini sedang pusing
bagaimana bisa menangkap papah, mungkin sepertinya mereka harus belajar dari
Penguasa Perang Pusat (Peperpu) yang diberi kewenangan mengangkap koruptor,
Jendral A.H. Nasution.
Suatu hari di penghujung Maret 1957, salah satu politisi
Masyumi bernama Jusuf Wibisono mendapat panggilan dari Corps Polisi Militer
(CPM) di Bandung. Ia tak pergi sendirian, tapi bersama asisten pribadinya yang
bernama Mohamammad Sjafaat Mintaredja. Saat berada di markas CPM, ia kaget. Jusuf
ditahan atas perintah KSAD sekaligus Penguasa Perang Pusat karena diduga terlibat
kasus suap kredit dari pemilik bank swasta nasional Yan Pei Wang.
Jusuf Wibisono (Wikipedia) |
Terduga Korupsi Diinapkan di Sebuah Hotel
Yang semakin membuatnya kaget, ia tak ditahan di sebuah
kantor militer atau lembaga peradilan. Bukan pula di gedung KPK, karena KPK masih di alam lain. Penahanannya justru dilakukan di sebuah hotel kecil bernama Hotel
Talagasari Bandung yang letaknya tak jauh dari jalan menuju Lembang. Hotel yang
sekarang berada di Jalan Setiabudhi 269-275 Bandung ini menjadi penginapan sementara
terduga korupsi ini.
Beberapa hari kemudian, tak hanya Jusuf Wibisono, sang
asisten juga ikut ditahan karena dianggap mengetahui informasi penting. Namun,
karena tak ada cukup bukti, sang asisten tersebut dilepaskan. Jusuf pun akhirnya dilepaskan karena tak ada bukti kuat pula. Sayang, penangkapanannya ini berbuntut panjang karena ia menghadapi masalah dari Jawatan Imigrasi akibat larangan (pencekalan) Peperda belum dicabut.
Selepas penangkapan Jusuf Wibisono tersebut, Hotel
Talagasari jadi penuh sesak. Bukan karena Bandung sedang hits atau banyak
penggila swafoto yang datang mengingat saat itu belum ada kamera ponsel pintar.
Sesaknya hotel ini disebabkan banyak terduga koruptor yang dimasukkan di sini.
Mengutip
dari Harian Suluh Indonesia terbitan 20 April 1957, setidaknya terdapat
lima mantan menteri, anggota Konstituante, anggota parlemen, kepala jawatan,
komisaris polisi, jaksa, pengusaha, dan lain-lain. Yang pasti jangan cari Setyo Novanto
di sana. Tak akan mungkin ada.
Hotel Penuh dengan Terduga Korupsi
Jumlah terduga korupsi di hotel itu diperkirakan mencapai 60
orang. Jumlah yang cukup banyak untuk ukuran hotel kecil. Para terduga koruptor
ini berasal dari lintas partai. Diantaranya adalah para mentri di era Kabinet
Ali Sastroamidjojo I, yakni Iskak Tjokrohadisuryo (Menteri Perekonomian), Ong
Eng Die (Menteri Keuangan), dan Adnan Kapau Gani (Menteri Perhubungan).
Ketiganya dari Partai Nasional Indonesia (PNI). Dari Nahdlatul Ulama (NU) ada
Zainul Arifin (Wakil Perdana Menteri II), dan KH Maskur (Menteri Agama). Satu
menteri lagi yakni Lie Kiat Teng dari Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII).
Selain menteri, ada pula politisi lain, yakni Sardju
Ismunandar (PNI), KH Ahmad Dahlan dan Abdul Manap (NU), serta Dr. Saroso (PSI). Penghuni
hotel prodo lainnya berasal dari pegawai kejaksaan, bea cukai, kepolisian,
angkatan darat, dan beberapa orang sipil seperti pengusaha proyek. Sungguh,
korupsi tak mengenal apapun jabatannya.
Berbagai Hal Dialami Para Terduga Korupsi
Di hotel ini, para terduga koruptor mendapat sebuah
fasilitas kamar lengkap dengan kamar mandi dan kakus. Selimut tebal pun
disediakan karena daerah itu terkenal dingin. Makanan yang disajikan enak dan
bergizi tinggi. Kurang apa coba? Tak hanya itu, mereka bebas mengakses
informasi. Tentu, jangan berpikir melalui internet. Radio dan buku yang dikirim
oleh keluarga sudah cukup.
Baca juga: Jejak Sejarah Model Pertama di Yogyakarta
Menurut Jusuf, perlakukan itu wajar karena mereka
masih terduga, belum terdakwa. Bisa jadi, perlakukan semacam ini dilakukan agar
terduga koruptor bisa kooperatif dalam menyampaikan informasi dan tidak
melakukan drama serial berepisode.
Di dalam hotel tersebut, mereka menjalani pemeriksaan oleh
Peperpu dengan cara pembuktian terbalik. Mereka tak akan dicecar dengan aneka
pertanyaan yang membuat papah nervous, namun diharuskan membuat harta
kekayaannya masing-masing.
Dari daftar harta kekayaan ini, penyidik akan mengecek
dengan seksama dan menentukan apakah sang terduga bisa bebas, berstatus tahanan
rumah, atau bahkan sebagai tahanan tetap. Meski penyidik melakukan hal cukup
unik ini, namun ada juga politisi terduga korupsi yang mencoba kabur dan
bersinetron.
Salah satunya adalah Mantan Menteri Keuangan Ong Eng Die yang kabur ke Belanda. Kasusnya bermula ketika ia dituduh membuat kebijakan
membagikan dana untuk PNI. Tuduhan ini terutama berasal dari Tan Po Goan,
anggota parlemen dari PSI. Ia menuduh Ong Eng Die menerima suap Rp. 40.000,00. Jumlah
yang sekarang hanya bisa digunakan untuk membeli paket internet sebesar
beberapa giga terhitung sangat banyak untuk ukuran pada zaman itu.
Ong Eng Die |
Aneka dugaan korupsi tersebut, meski belum ada hastag dalam media sosial, tentu membuat rakyat gerah. Aktivis
legendaris Indonesia, Soe Hok Gie, bahkan pernah menulis bahwa seharusnya tiga menteri
terduga korupsi itu (Iskaq, Lie Kiat Teng, dan
Ong Eng Die) ditembak mati di Lapangan Banteng.
Puluhan tahun berlalu sejak cerita korupsi itu tersimpan di
Hotel Talagasari. Kini, bangsa Indonesia sedang menyaksikan drama pengungkapan
korupsi maha besar yang entah kapan selesainya. Mungkin, hotel-hotel yang
tersedia di aneka aplikasi yang kini marak bisa dijadikan pilihan untuk mengungkap
skandal-skandal tersebut. Atau, ada ide tempat lain yang lebih pantas bagi
mereka?
Silahkan berkomentar yang sopan. Komentar anda sangat saya
hargai. Terimakasih.
Sumber :
Luar jaringan
Majalah Historia Nomor 2 Th, 2012
Dalam jaringan
Tags
Sejarah
kalau jaman sekarang terduganya di tahan di hotel begitu bakalan marak lah yg terduga korupsi ya mas ikrom..?
ReplyDeleteenak bener di tahan di hotel, tapi wajarlah, masih terduga, belum terdakwa..hihih
iyalah apalagi bisa pilih di aneka aplikasi huhu
Deletesedih ya, korupsi makin marak.
ReplyDeleteorang mikirin dunia muluu.. :(
iya korupsi di mana2
DeleteKalau saya membaca artikel ini ya sepintas mirip apa yang ada di negara saudi arabia ,sang pangeran ditangkap dan dibawa ke hotel elit.
ReplyDeleteYa ,seperti hidup ini hanya pengulangan sejarah saya ya?
iya mas di arab juga begini semoga di Indoensia tidak
DeleteAku baru tahu mas kalo jaman dahulu para terduga diinepkan di Hotel, jadi inget raja2 di Arab yg kena hukuman mala ditaro di Hotel dg fasilitas mewah.
ReplyDeleteEh tapi, apa iya skrg masi ada kayak gini di Indonesia ? haha bisa dihajar
bisa rame satu indonesia lah hehe
DeleteAsik banget ditahan di hotel O_O eh tapi tetep ga asik deh. Soalnya ga bisa jalan-jalan bebas. Cuma tempat tahanannya aja bagus, catatannya udah tercoreng..
ReplyDeleteiya tetepa ya stempel koruptor
DeleteKoruptor ditahan di hotel
ReplyDeletetapi ini seprtinya memang tidak terjadi di indonesia
ini dulu mas pernah taun 50an
DeleteMantap mas mengabadikan sejarah yang luar biaasa lewat tulisan. kembangkan
ReplyDeleteterimakasih mas sudah membaca
Deletewah malah baru tahu nih, ah ada2 saja. koruptor penghisap darah uang rakyat
ReplyDeletesepakat bu
Deleteudah salah tapi gak ngaku, heran... papah papah
ReplyDeleteoh papa oh papa
Deleteulasan sejarah yang menarik tentang hotel ini :)
ReplyDeleteterimakasih koh
DeleteKaget aku liat jmlh duit suapnya. Kirain typo lol
ReplyDeletePaket internetku aja ga ckup sebulan segitu haha
Btw aku baca jdulnya tak kirain hotelnya yg diduga korupsi. Maklum ah bacanya pas laper plus lagi suapan pertama wkwkw
40 ribu dapet berapa giga cumaan hare gene wkwkw
Deletemungkin engkau hilang kata "inapan"
makan dulu nak wkwkwk