Surga tersembunyi namun sesungguhnya tampak jelas itu bernama Kabupaten Semarang.
Iya, tak berlebihan saya mengatakannya. Berada di
tengah-tengah lintasan jalur penting dan
membujur diantara rangkaian pegunungan, daerah otonom ini memiliki
kecantikan tak terkira. Berpaku di dataran tinggi membuatnya sejuk dan nyaman
untuk bertahan lama di sana. Pendek kata, Kabupaten Semarang adalah salah satu
keindahan yang dimiliki oleh Jawa Tengah. Dan tentunya, keindahan tersebut juga
dimiliki Indonesia.
Menjejaki Gedung Songo
Namun, bukan keindahan alam semata yang membuat saya
bermimpi bisa menjelajahi daerah yang berjarak sekitar 390 km dari tanah
kelahiran saya, Malang. Bukan pula rekomendasi dari banyak turis dan sponsor
yang membuat saya benar-benar ingin mengunjungi daerah yang konon terdiri dari
deretan pohon asem namun jarang tersebut. Keinginan terbesar saya adalah
melihat perpaduan pesona alam dan jejak sejarah yang masih tersimpan di sini.
Candi Gedung Songo.
Sudah hampir 4 tahun sejak saya menaruh minat tinggi pada
wisata candi, saksi bisu kejayaan Kerajaan Mataram Kuno tersebut adalah puncak
impian dalam menjejaki candi demi candi. Jika para pendaki meneropong Puncak
Jaya sebagai salah satu pencapaiannya, maka saya membidik candi yang berada di
kaki Gunung Ungaran ini. Terus bermimpi dan mencari cara agar saya bisa meraih
mimpi, akhirnya saya menemukan cara yang tepat. Menyewa sebuah ojek wisata
dengan sepeda motor.
Keberadaan ojek wisata ini sebenarnya sudah ada di beberapa
kota. Yogyakarta adalah contohnya. Ada pula Malang, Kediri, dan beberapa kota
lain. Pilihan saya menggunakan mode transportasi ini selain menghemat waktu,
saya sedang berkelana sendiri. Tak hanya itu, dari sisi harga, menyewa ojek ini
bisa dibilang cukup terjangkau.
Baca juga: Keliling Jogja dengan Trans Jogja Istimewa
Hanya dengan merogoh kocek 150 ribu rupiah,
saya bisa menikmati alam Kabupaten Semarang, terutama daerah Badungan dan
Ambarawa dalam satu hari. Mas Driver yang membawa saya juga banyak menerangkan
mengenai wisata alam dan sejarah yang tercecer dengan manis di tanah
kelahirannya.
Terminal Bawen, menjadi titik pertemuan saya dengan Mas
Driver untuk memulai petualangan. Saya kagum dengan terminal Tipe A yang
dikelola Kemenhub tersebut. Masih baru dan telah mengintegrasikan transportasi
dari pedesaan di sekitar Ambawara dengan transportasi Trans Jateng yang menuju
Kota Semarang. Artinya, jika ada waktu luang, sebenarnya kita bisa menjelajahi
wisata Kabupaten Semarang dengan transportasi umum. Setelah naik Trans Jateng
dari Kota Semarang, kita bisa naik angdes menuju Candi Gedung Songo.
Bus Trans Jateng di Terminal Bawen |
Angdes di Parkiran Candi Gedung Songo |
Tak perlu waktu lama untuk mencapai Candi Gedung Songo dari
Terminal Bawen. Saya bersyukur, meski berpayah menaiki lereng Gunung Ungaran,
saya bisa melihat indahnya alam Semarang.
Sawah hijau membentang
Bagai permadani di kaki langit
Gunung menjulang berpayung awan
Oh indah pemandangan
Petikan lagu Pemandangan karya AT Mahmud tersebut kiranya
bisa menggambarkan bagaimana indahnya alam Kabupaten Semarang jika dilihat dari
Candi Gedung Songo. Gunung yang menjulang, hamparan sawah dan perkebunan yang
dipadu dengan pemukiman membuat saya betah untuk berlama-lama.
Baca juga: Narsis Manja di Tiga Wisata Sejarah Semarang
Apalagi, saya
menikmatinya di selasar sebuah candi. Sungguh karunia yang tak terkira. Kalau
bisa, saya tak ingin segera pulang. Sayang, bau belerang dari sumber pemandian
air panas membuat saya sesak.
Mas Driver di Candi Gedung Songo |
Belajar Sejarah di Museum Kereta Api Ambarawa
Puas dari Candi Gedung Songo, Mas Driver mengajak saya
menuju Museum Ambarawa. Salah satu peninggalan berharga yang juga dimiliki
Kabupaten Semarang. Dari sini, saya juga masih bisa menikmati rangkaian
pegunungan yang memagari Kota Kecamatan ini. Banyak pelajaran berharga yang
saya dapatkan di sini, terutama mengenai jasa kereta api dalam proses perjuangan
mancapai dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Museum Ambarawa |
Posisi Ambarawa yang berada di persimpangan jalan antara
Solo-Salatiga-Kota Semarang membuatnya menjadi daerah penting. Belum lagi,
kecamatan yang cukup ramai ini mendapat limpahan sumber air dari Waduk Rawa
Pening. Ambarawa telah dijadikan daerah strategis bagi penjajah Belanda dan
Jepang untuk membangun basisnya di sini. Salah satunya adalah Benteng Willem
II. Mas Driver menyebutnya sebagai wisata beteng.
Menapaki sisa bangunan kolonial di Beteng Ford Willem II
Saya diantar oleh Mas Driver menuju bekas benteng yang tak
jauh dari LP Ambarawa. Kami harus melewati jalan makadam yang cukup sempit
diantara pemukiman dan persawahan. Setelah bersusah payah, kamipun akhirnya
sampai.
Wisata tersebut ternyata dikelola oleh penduduk sekitar secara swadaya. Saya kembali terkesima. Kabupaten Semarang
juga memiliki peninggalan sejarah yang bernilai tinggi selain candi. Berharap
tempat ini dikelola lebih baik, saya terus mengabadikan momen-momen langka saya
di benteng yang dulu menjadi penjara ini.
Mas Driver di Beteng |
Makan siang di Waduk Rawa Pening
Akhirnya, saya harus menyudahi perjalanan saya di tanah yang
indah itu di sebuah warung di tepi Danau Rawa Pening. Orang Ambarawa
menyebutnya Kampoeng Rawa. Waduk yang sudah saya ketahui keberadaannya sejak
duduk di bangku TK lewat cerita Baru Klithing. Cerita ini sering dituturkan
oleh ibu saya sebelum tidur.
Lagi-lagi, saya pernah bermimpi untuk melihat
jejak sang penyabut lidi itu dari dekat. Dan kembali, di Kabupaten Semarang
ini, mimpi saya terwujud. Melihat dari dekat genangan air luas yang konon
keluar dari kisah sayembara pencabutan lidi tersebut. Saya merasa nyaman duduk
lama di sana karena tempat ini sudah dikelola dengan cukup baik dengan aneka
fasilitasnya. Gunung Merbabu yang terpampang di depan mata, membuat saya
menyantap makan siang dengan lahap.
Kampoeng Rawa |
Sembari makan siang, saya mengobrol sedikit mengenai usaha
ojek wisata yang ternyata dirintis oleh seorang srikandi yang rumahnya berada
di dekat SPBU Bandungan. Si Mbak tersebut ingin daerah kelahirannya, Kabupaten
Semarang dikenal masyarakat luas. Saya sangat kagum dengan tekadnya tersebut.
Daerah ini memang indah dan harus lebih berkembang pariwisatanya.
Usaha Ojek
Wisata tersebut mencakup pelayanan transportasi sekaligus jasa pemandu bagi
para pelancong seperti saya yang datang sendiri dan ingin menikmati alam Kabupaten
Semarang dengan waktu terbatas. Dengan promosi di Instagram, usahanya mulai
dikenal sembari ia juga menyewakan alat untuk berkemah dan aneka kamera untuk
melakukan swafoto.
Baca juga: It's All About Candi
Memang, keberadaan ojek wisata ini masih belum bisa
mendongkrak pariwisata Kabupaten Semarang secara signifikan. Namun, jika ada
tata kelola yang baik dan sinergi dari pemangku kepentingan, saya yakin,
industri pariwisata Kabupaten Semarang akan maju. Semangat anak-anak muda di
daerah ini sangat tepat jika diapresiasi. Apalagi, dengan kemajuan di bidang
teknologi informasi, merekalah yang sebenarnya bisa menjadi ujung tombak
industri wisata.
Masih banyak tempat yang belum saya kunjungi. Air Terjun 7
Bidadari, beberapa curug dan candi lain belum saya singkap keindahannya. Jika
ada waktu senggang dan kesempatan lagi, saya akan ke Kabupaten Semarang lagi.
Apalagi, Jalan tol Bawen- Salatiga yang baru dibuka membuat tak ada alasan untuk
tidak kembali berkunjung ke sini.
Tags
Jepretanku
Baru pertama ngetrip ke Semarang, belum sampe Ambrawa nya.. Keren ternyta ambrawa
ReplyDeleteambarawa keren mas idris
Deleteitu lagu fav sha juga! oooh, indah pemandangaan :)
ReplyDeleteitu lagu anak2 TK SD mbak sha enak
DeleteWah udah lama banget nggak ke gedong songo :D
ReplyDeleteKalau dari rumah paling 1 jam kurang lebih. Hehehe
wah enak mas klo deket
Deletesenengnya