Gila, Gokil, Edan!
Seorang traveler berpose di Gerbang batas Tanzania-Malawi bersama pengojek sepeda. Dalam buku ini diceritakan bahwa pintu perbatasan tersebut sangat chaos. Banyak calo tipu-tipu yang tak segan mengambil tas para traveler secara paksa. (Sumber) |
Ya, tiga kata itulah yang bisa saya jabarkan ketika saya membuka halaman pertama buku karangan Mas John Erickson Ginting ini. Saya agak menyesal
dengan kesibukan heboh saya 2 tahun ke belakang membuat banyak sekali bahan
bacaan yang saya lewatkan. Termasuk, pengalaman jalan-jalan seorang insinyur
perminyakan ini di benua hitam, Afrika.
Afrika. Siapa juga yang mau ke sana. Daripada menghabiskan
banyak sekali uang “sia-sia” untuk jalan-jalan ke Afrika, lebih baik
menghabiskan uang ke negara-negara yang memiliki banyak tempat-tempat asyik.
Eropa mungkin, Amerika, Jepang, atau tetangga manis kinyis-kinyis, Majulah
Singapura.
Ke Afrika? Ngapain coba? Cari mati? Cari penyakit?
Inilah yang membuat saya juga tak habis pikir dengan Mas
John ini. Namun yah namanya orang ya
beda-beda. Saya saja yang sedang berusaha memasuki daerah konflik ARMM (Autonomous Region in Muslim Mindanao) di
Filipina selatan masih bimbang. Galau. Meski pantai dan air terjun di sana
terkenal juara, tapi horor cak!
Baca juga: Enkalava dan Ekslava yang Mengerikan Itu
Lha ini Mas John malah ke tiga negara di Afrika yang penuh
ketidakpastian. Penuh bahaya, penyakit, dan segala hal buruk lainnya. Namun,
ternyata, dengan usaha dan kewaspadaan tingkat tinggi, segala risiko itu mampu
diatasi. Perjalanan mas John ini juga menjadi perjalanan spiritual banginya. Ia
menilai, dengan jalan-jalan di Afrika, ia masih bisa bersyukur. Masih ada yang
jauh lebih di bawah daripada kehidupannya. Setelah bekerja di perusahan pengeboran minyak di negara konflik Irak, ia memutuskan untuk pergi ke benua hitam ini.
Mesir
Sebelum ke dua negara di jantung Afrika, Mas John pergi ke
Mesir dulu dari Yordania. Tak seperti perjalanan dengan guide yang sering saya
baca, perjalanan solo ke Mesir juga menguji nyali. Dengan kompleksitas bangsa
Mesir yang mirip dengan Indonesia, jalan-jalan di Mesir memberikan warna
tersendiri.
Satu hal menarik dari perjalanan Mas John ke Mesir adalah
pintarnya para calo dan penipu yang selalu meminta uang tip. Di manapun Mas
John pergi, ada saja orang-orang yang meminta uang tip. Ada saja cara para scammer
untuk meluluhkan hati Mas John mengeluarkan pundi-pundi uangnya kepada mereka.
Satu hal lagi yang menjadi perhatian saya dari cerita Mas
John di Mesir adalah tertutupnya kaum Minoritas Koptik. Beberapa kali Mas John
menemui orang-orang Koptik dengan berbagai profesi. Saat ingin mengetahui
tentang seluk beluk orang Koptik, mereka tetap menutup diri. Bagi mereka, All
Egyptian are brothers.
Tanzania
Negara kedua yang dikunjungi Mas John adalah Tanzania.
Negara yang beribukota di Dar Es Salam ini juga menarik untuk dikunjungi. Saat
baru pertama kali datang, bau apek langsung dirasakan. Ternyata, bau apek
tersebut adalah bau dari ketiak orang-orang Afrika yang tak pernah menggunakan
deodoran di daerah sepanas itu.
Di Tanzania juga banyak petualangan yang dilakukan Mas John.
Mengunjungi Pulau Zanzibar, menikmati sunset di Kendawa Beach, hingga melakukan
perjalanan kereta ke ujung negara ini selama 34 jam. Di negara ini sang
petualang juga menemukan banyak orang rasta yang cukup nyleneh. Mereka seakan
memiliki dunia sendiri namun masih tetap eksis hingga sekarang dengan ritual nyimengnya. Petualangan yang
paling seru adalah melewati gang-gang sempit dan gelap. Di dalamnya, puluhan gelandangan siap menerkam untuk
meminta uang.
Keindahan zanzibar. - guideku |
Malawi
Negara terakhir yang dikunjungi oleh Mas John adalah Malawi,
salah satu negara termiskin di dunia. Dengan hanya memiliki pendapatan
perkapita tak sampai seribu dolar AS, sesungguhnya Malawi tak layak untuk
dikunjungi. Namun, perjalanan Mas John di negeri ini memberikan cerita berbeda.
Sambil menikmati Danau Malawi yang menggarisi daerah ini di
sisi timur, banyak sekali kisah yang membuat kita tersentuh. Salah satunya adalah
cerita para pengidap HIV/AIDS yang menjadi relawan pencegahan penyakit tersebut.
Malawi, sebagimana negara Afrika adalah negara dengan jumlah pengidap HIV tertinggi
di dunia. Mas John juga menemukan fakta sendiri bahwa untuk menyembuhkan penyakit
ini, orang Afrika percaya obatnya adalah berhubungan seks dengan seorang perawan. Ih
ngeri.
Berleha-leha di Danau Malawi |
Melakukan perjalanan di benua hitam juga mendapat pengalaman
seru dengan para traveler dengan negara lain. Pandangan mereka tentang Afrika
juga bermacam-macam. Yang pasti, berjalan-jalan di Afrika harus menyiapkan
fisik dan mental yang kuat. Ketidakpastian politik, ancaman kekerasan dan
perampokan, hingga penipuan adalah hal biasa.
Serangan penyakit mematikan
seperti malaria, ebola, dan HIV/AIDS juga bisa menjadi momok. Namun, itu semua
akan sebanding dengan bentang alam Afrika yang tiada duanya. Dan juga,
pelajaran hidup bagi kita untuk terus bersyukur akan kehidupan serta terus
ingin berbagi pada sesama. Sesuai dengan kalimat Mas John dalam buku ini :
Menjadi traveler adalah hal biasa. Menjadi hardcore traveler bagi beberapa orang juga biasa. Namun, menjadi traveler dan pionir perubahan adalah hal yang luar biasa.
This is Africa! Berani ke sana ?
Identitas Buku
Penulis : J. Erickson Ginting
Penerbit : Pastel
Ukuran : 14 x 21 cm
Cover : Soft Cover
ISBN : 9786020851181
Penerbit : Pastel
Ukuran : 14 x 21 cm
Cover : Soft Cover
ISBN : 9786020851181
Tags
Catatanku
Alamnya cakep.
ReplyDeleteCakep banget
Tapi tetap aja serem kalo mau ke sana.
iya mas
Deleteberani ke sana ?
wuih sumantap banget tuh pemandangan afrika teh ya, hanya memang dibeberapa tempat nggak aman bagi traveler mah ya....tapi asik jika kemudian selamat dan bisa melanjutkan perjalanannya mah
ReplyDeletemakanya harus ekstra waspada mang
DeleteTernyata kalau ngmong-ngomong soa tip ternyata tidak hanya di negar kita saja. Saya takut, kena penyakit ini dan itu.
ReplyDeleteiya mas penyakitnya yg ngeri ya...
DeleteKeren pemandangannya ya. Bukunya juga menarik neh buat dibaca.
ReplyDeletemonggo dibaca mbak
DeletePenyembuhan HIV yang bisa membawa maut astaghfirullah
ReplyDeleteserem ah
iya mbak, astaghfirullah
DeleteSalut deh sama Mas John, dari semua tempat di dunia kayaknya gua pribadi paling takut pergi ke Afrika deh, soalnya kan banyak wabah penyakitnya. Lebih berani disuruh ke Antartika daripada ke Afrika wkwk
ReplyDeleteuya salut banget mas
DeleteMenarik sekali alur ceritanya,malawi, salah satu negara termiskin di dunia. Dengan hanya memiliki pendapatan perkapita tak sampai seribu dolar AS, masak mas... Malawi di bilang negara termiskin di dunia
ReplyDeleteiya mas, negara di Afrika timur rata2 cuma 600-700 USD
DeleteSemoga saja banyak orang seperti Mr Jhon biar membuka cakrawala gelapnya ujung dunia. Bisa membuka pandangan bagi yang membaca.
ReplyDeleteiya mas, semoga saja
DeleteAh mas klo ke afrika saya malah penasaran ama madagskar, ada ga kura2 di sana si kuda nil sexy yang ada di film madagaskar dan para lemur2 lucu itu #halaaahhh
ReplyDeleteTrus afsel juga kan yang uda maju pesat yekan
Mesir juga sih, penasaran ama pyramid dan segala tetek bengek mumynya
Btw dikau dah pernah nyampe palung mindanao emang mas? Keren amat
Terimakasih Mas atas uraiannya tentang buku saya.....:-).
ReplyDelete