Saya tidak tahu alasan saya selalu ingin berlibur ke
Yogyakarta.
Bahkan, setelah melakukan liburan beberapa kali ke
Yogyakarta selama kurun waktu 2 tahun terakhir ini, saya akhirnya memutuskan
untuk menetap di Kota Gudeg ini. Rasanya, saya tak mau menghilangkan
segala hal yang bisa saya ambil di daerah yang dipimpin Sultan HB X tersebut.
Berbebekal promo tiket murah, saya selalu mengambil waktu
liburan panjang sekolah. Memang, pada waktu-waktu tersebut segalanya menjadi
mahal. Namun, dengan sedikit kecerdikan, saya mendapat harga tiket murah
yang sesuai dengan kantong saya yang hanya berprofesi sebagai seorang Guru
Honorer (GTT) di sebuah Sekolah Dasar.
Meski hanya berstatus GTT dengan gaji sepertiga UMR Kota, bukan alasan untuk tidak bisa liburan, Berburu tiket pesawat murah dengan cerdas adalah solusinya. |
Bukan wisata belanja dan segala keramaian yang saya tuju
ketika berlibur ke Yogyakarta. Namun, destinasi yang saya pilih adalah
destinasi yang mampu menggairahkan semangat saya untuk terus menjalani
kehidupan. Untuk terus bersyukur diberi kesempatan hidup dengan layak oleh Yang
Kuasa. Dengan mengunjungi destinasi tersebut, saya banyak belajar tentang
spirit kehidupan yang akan terus saya jalani.
Yogyakarta. Provinsi termiskin di Pulau Jawa sesuai data BPS yang terbungkus oleh gemerlap wisata memberi saya
pelajaran penting. Seberat apapun kehidupan, kita harus tetap tersenyum
menyambut hidup. Layaknya warga Jogja yang selalu terbuka menerima kehadiran
wisatawan. Sebuah spirit yang tak saya dapatkan di daerah asal saya.
Di tengah modernisasi, Jogja masih menyimpan budaya luhur. Tampak santri di sebuah ponpes dekat Cagar Budaya Panggung Krapyak |
Spirit kehidupan itu sering saya temukan di tempat-tempat wisata di Jogja. Sebagai seorang yang mengaku candinolog, destinasi yang
menjadi favorit saya adalah situs pubakala berupa candi. Sleman, sebuah kabupaten di ujung utara
Jogja dikenal sebagai daerah dengan ratusan situs bersejarah adalah destinasi favorit saya. Tak hanya
bersejarah, namun sangat penting bagi kearifan budaya lokal. Tak hanya Candi
Prambanan, ceceran candi tersebar hingga saya harus berpacu dengan waktu untuk
mengunjunginya.
Candi Sari favorit saya. Memotret candi dari balik pohon rindang adalah sebuah kebahagiaan |
Candi Sari, Candi Kalasan, Candi Ijo, Candi Gebang, dan
Candi Barong adalah beberapa diantaranya. Perjalanan menuju Candi Barong dari
candi ijo adalah salah satu perjalanan yang bagi saya benar-baner berkesan. Tak
jauh dari wisata Tebing Breksi yang saat ini banyak disesaki oleh pengunjung
dari berbagai arah, potret kemiskinan Jogja sangat terlihat jelas. Dan banyak
dari wisatawan tak mengetahuinya.
Rumah-rumah reyot, jalanan yang rusak, hingga para pekerja
penambang batu kapur yang rela melihat hilir mudik para wisatawan dengan
tongsisnya untuk ber-haha-hihi. Menikmati segala hal di Jogja namun seakan
lupa, ada kontradiksi yang nyata di sekitarnya.
Simbah penunjuk jalan menuju Candi Barong dari Candi Ijo dengan berkilo-kilo batu |
Berwisata ke Jogja juga membuka mata saya tentang eksistensi
dari sebuah peradaban yang luar biasa. Menjejaki sebuah daerah yang sebenarnya
penuh konflik sejak dahulu kala yang entah mengapa ketika kita berwisata ke
sana, rasanya tak lagi menemukan konflik itu. Yang adalah sebuah kedamaian.
Seperti halnya yang saya temukan di Kampung Sayidan. Konflik sengketa tanah
yang menimpa daerah itu serasa terbungkus oleh kedamaian yang menyertai
warga untuk berusaha menjadi pedagang di
Kawasan Malioboro. Sebuah kawasan yang hanya terletak beberapa meter dari sana.
Kampung Sayidan, penuh konflik di tengah kedamaian |
Tak hanya belajar
sejarah, yang tak kalah penting ketika berwisata ke Yogyakarta adalah belajar
tentang kesabaran. Ketika saya menggunakan transportasi Trans Jogja, kesabaran
saya sedang diuji. Ketidakpastian bus datang dan sering terkena macetnya Jogja
mau tak mau harus meninggikan level kesabaran saya. Kesabaran yang akan
sebanding dengan hasilnya ketika saya menemukan daerah baru, rute baru, hingga
teman baru. Saya juga menemukan interaksi yang asyik dengan warga lokal yang
setia menggunakan transportasi massal ini.
Sederhana, namun kaya manfaat. Seperti portable Trans Jogja ini. |
Datang berwisata ke Jogja membuat saya menemukan ide kreativitas baru. Ide yang mampu membuat saya semangat untuk bisa berkarya. Untuk bisa membagi sedikit karya saya bagi orang lain. Lebih-lebih, jika karya saya bisa memberi ide bagi orang lain untuk ikut berkarya. Pergelaran wayang, musik tradisional, dan segala coretan artistik memberi saya spirit baru bahwa tak ada batas untuk berkreasi.
Kreativitas tanpa batas di Museum De Mata XT Suare. |
Berwisata ke Jogja juga berarti menemukan teman seperjalanan
baru. Saya selalu menggunakan hostel untuk menginap. Dengan berbagi kamar, saya
menemukan rekan baru, tak hanya dari dalam negeri namun juga dari mancanegara.
Saya bisa berbagi kisah yang saya alami. Demikian pula mereka. Yang juga selalu
ingin mengunjungi Jogja. Lagi- dan lagi.
Tidak ada yang menyenangkan selain bertemu rekan seperjalanan. Termasuk, rekan dari Singapura ini. |
Sebagai Kota Pendidikan, Jogja juga mengajarkan pentingnya
nilai-nilai karakter khasnya kepada wisatawan. Ketika saya menginap di sebuah
hostel, saya mendapat sarapan pagi. Di tempat makan yang tepat berada di rooftop bagunan itu, banyak sekali
peringatan bagi tamu untuk menggunakan fasilitas dengan baik. Mendahulukan yang
keluar lift, antre saat mengambil jatah sarapan, hingga meletakkan kembali
tempat makan dan membuang sisa makanan di tempat yang telah disediakan. Meski
sederhana, ajakan seperti ini baru saya temukan di Jogja. Sebuah destinasi
wisata yang juga mendidik tamunya.
Jogja mengajarkan para pengunjungnya untuk belajar menghargai kepentingan bersama |
Opo iki wes dalane (Apa ini sudah
jalannya)
Kudu pisah kelangan tresnane (Harus
berpisah kehilangan cintanya)
Kudu kuat atiku (Harus kuat hatiku)
Kudu kuat batinku (Harus kuat batinku)
Senajan nyikso tresnoku (Meskipun menyiksa cintaku)
Sebuah petikan lagu dari Nella Kharisma yang dimainkan para
penabuh kulintang di Malioboro membuat saya semakin semangat untuk terus
menjalani hidup. Yogyakarta telah memberi saya pelajaran, apapun yang kita raih
sekarang, kita harus bisa bersyukur. Kita harus ikhlas meski ada
rencana-rencana yang belum sampai karena Tuhan tahu jalan yang terbaik bagi
kita.
Meskipun ditinggal nikah mantan dan mau 2018 masih jomblo aja, percayalah jalan hidup masih panjang. Berwisata ke Jogja dengan tiket murah adalah cara move on untuk tak meratapi mantan yang sudah menikah. |
Berwisata ke Yogyakarta adalah cara cerdas untuk belajar
kehidupan sambil sejenak menyegarkan pikiran. Cara cerdas selanjutnya adalah
dengan menemukan harga tiket murah di Skyscanner. Selama dan sejauh
apapun jalan-jalan akan lebih irit. Dengan harga tiket pesawat murah, kita
bisa menuju dan mengeksplorasi Jogja Istimewa tanpa takut kehabisan uang. Skysacnner membandingkan ratusan situs booking tiket lho, jadi yang bergaji mengerikan seperti GTT macam saya masih bisa bersyukur dan menemukan spirit kehidupan dengan berlibur ke Jogja.
Tags
Jalan-jalan
Kalau saja Yogyakarta itu deket, saya juga ingin rekreasi kesana mang, seumur-umur baru sekali kesana, dulu 20 tahun lalu..
ReplyDeletewah sudah lama ya mang
Deletesekarang jogja tambah asyik mang
terkget - kaget saya kalo jogjakarta termiskin di palau jawa.
ReplyDeletePokonya siapapun kalo udah liburan ya pasti asik dah
Data BPS seperti itu mang, sila dicek
Deletetapi klo udah wisata ya lupa
cuma lebih asyik sih klo sama liat realitasnya
Walau rakyatnya dibilang miskin secara material tapi hatinya penuh dengan kekayaan hati dan kebahagiaan. Nrima ing pandum, mensyukuri rezeki yang ada. Candi ijo, saya belum pernah kesana.
ReplyDeleteKekayaan hati jauh lebih berharga ya kang, tak ternilai harganya malah..
Deleteiya benar
Deleteini sih yg buat jogja istimewa
masih bisa belajar bersyukur. tentunya sambil berwisata
karakter orang jogja yang neriman membuat saya harus banyak belajar bersyukur sambil tetap semangat menjalani kehidupan
candi ijo bagus mas djangkaru.
Hidup sederhana, tampil apa adanya. Tidak mengikuti gengsi, bukan berarti malas ya ? orang jogja etos kerjanya luar biasa. Mensyukuri hasil jerih payahnya walau tidak seberapa, lihat saja pagi-pagi sudah banyak karyawan atau kuli yang naik sepeda ontel.
DeleteSeru banget liburan ke Jogja, setiap kesana selalu aku merasa bahagia. Banyak hal yang menyenangkan dan terbayang bayang. Ntar klo ada kesempatan mau nyobain ke Jogja lagi akh
ReplyDeleteiya mas banyak yg bilang seperti itu
Deletejadi pingin terus ke jogja biar tambah bahagia
Jogjaaa!
ReplyDeleteSudah bertahun-tahun ga ke jogjaa.
Dulu aku ke Jogja cuma ke kawasan belanja-belanja aja, walaupun pada akhirnya aku ga belanja sama sekali karna dulu masih miskin, kalau sekarang alhamdulillah masih miskin juga :(.
Jogja emang gudangnya Candi sih, dan ga semua candi di Jogja sudah aku datangi. itu artinya aku masih punya hutang untuk ke Jogja lagi dan lagi.
aku juga masih miskin mas hehe
Deletetapi lihat yg lebih di bawah kita pas ke Jogja, rasanya kok gak asyik ya klo gak bersyukur. benar. alhamdulillah
iya mas ayo ke Jogja lagi. Jangan lupa ke candi2
duh pak guyuuu,, gamau kalah semangat nempuh pendidikan kayak muridnya
ReplyDeleteharus mbak, mumpung ada kesempatan
Deletedi Jogja pula, alhamdulillah
Dari tulisannya, jadi belajar tentang kehiduoan Jogja neh. Ah kangen Jogja.
ReplyDeletehayuk ke Jogja mbak
DeleteAaah... Jogja selalu bikin rindu untuk kembali. Tak bisa menolak pesonanya
ReplyDeleteJogja emang istimewa ya bu
DeleteYang bikin saya suka dari Jogja itu tempat wisatanya update terus dan untuk modal kelayapan ke sana juga nggak begitu besar. Tiket, penginapan, dan makannnya cukup terjangkau kok.
ReplyDeletenah iya mbak
Deleteduh mesti asyik kok klo ke Jogja
Coba dengerin lagu Yogyakartanya Kla...aahh pasti tambah kangen.
ReplyDeleteOh..Jogja itu termiskin seJawa? Baru ngerti malah. Tapi..hanya di Jogja uang 2000 bisa beli nasi. Di jogja pula masih nemu gorengan @500.
ah iya mbak aku lupa pasang lagunya
Deleteiya saya juga belum percaya, tapi data BPS seperti itu.
tapi memang di sana murmer, saya suka saya suka
Sekarang Jogja macet parah ya mas?
ReplyDeleteDi Semarang pun demikian mulai banyak muncul hotel dan mall baru...
Namun tetap wisata Jogja memberikan insight tersendiri. Karena kenangan waktu kecil selalu rekreasi ya di Jogja
Salam dari Rembang
macetnya mayan mas apalagi klo pas liburan, tapi klo pinter2 ngatyr waktu pas ga macet masih asyik kok
Deleteiya jogja punya keunikannya sendiri
salam dari Malang
Enaknya kalau ke Jogja, harga kulinernya murah meriah :)
ReplyDeleteiya mbak itu yang asyik
DeleteJogja istimewa, istimewa negrinya istimewa orangnya...
ReplyDeleteMau dong share tiket murmernya, kebetulan tanggal 18 besok ke Yogya 🙂🙂🙂
ReplyDeletesedih aku Yogyakarta Provinsi termiskin. Memang sich ada beberapa wilayah yang pernah aku lewati berbanding terbalik dengan riuh ramenya daerah perkotaan
ReplyDeleteJejak. Terima kasih atas partisipasinya. :)
ReplyDeleteTerima kasih ya sudah ikutan Blog Competition "Aha Moments" Skyscanner Indonesia. Good luck :)
ReplyDeleteBaru tau kalo jogja provinsi termiskin. Tapi biar bagaimanapu jogja selalu menjadi tempat yang asik untuk kembali
ReplyDelete