Saya masih ogah-ogahan ketika mobil yang dimiliki Om membawa tubuh saya melintasi jalanan berliku di bilangan Jalan Siliwangi Kota Bandung.
Terkurung dalam nestapa perjalanan belanja maha dahsyat,
membuat saya ingin segera pulang. Sudah hampir lima jam, kami menjelajah pasar
demi pasar. Lorong toko demi lorong toko. Mall demi mall untuk mencari sehelai
kain yang belum ketemu juga.
Namun, Tuhan berkata lain. Si Om menepikan mobil di dekat
sebuah jembatan. Mulanya, saya berpikir ada sesuatu yang salah dengan mobil
ini. Ternyata, Om mengajak kami untuk rehat sebentar. Menikmati sebuah tempat
unik di Kota Bandung. Teras Cikapundung.
Saya bingung. Teras? Halaman? Mana terasnya?
Teras yang dimaksud adalah sebuah taman di dekat aliran
Sungai Cikapundung. Topografi Kota Bandung yang hampir sama dengan Kota Malang
berupa cekungan yang terkepung rangkaian pegunungan membuat banyak sungai
berada di daerah ledok. Maka dari itu, untuk mencapai taman di sekitar sungai
ini, pengunjung harus menuruni anak tangga di dekat pintu masuk.
Di sana telah
terjajar rapi aneka fasilitas yang disediakan. Mulai tempat duduk, tempat
narsis, refleksi ikan, hingga wisata perahu karet. Tak heran jika tempat ini
menjadi daya tarik bagi wisatawan yang sedang mengunjungi Kota Bandung.
Kurang puas rasanya kalau hanya sekedar memanfaatkan
fasilitas tersebut. Sambil menunggu keponakan yang asyik memancing ikan mainan
dan para sesepuh yang melakukan refleksi, saya menjejaki aliran sungai ini.
Teras Cikapundung Jadi Kawasan Konservasi Air Sungai Citarum
Aliran sungai sepanjang 28 km ini menjadi sumber air bagi
beberapa kawasan konservasi, kawasan wisata, dan tentunya kawasan pemukiman. Beberapa
kawasan konservasi yang dilewati sungai ini antara lain Situ Sangkuriang dan
Maribaya Resort yang kini sedang hits.
Sedangkan kawasan wisata yang dilewati
sungai ini adalah Curug Dago, Tahura Ir. H. Juanda, dan tentunya Teras
Cikapundung ini. Sungai Cikapundung juga menjadi nyawa bagi pemukiman di sekitar
Kota Bandung yang terintegrasi dalam Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum.
Tak jauh dari taman dan aneka fasilitas tadi, indra
pendengaran saya mendengar keceriaan anak-anak yang sedang mandi di aliran
sungai tersebut. Asyikya mereka bermain menggelitik saya untuk melihat dari
dekat. Ternyata airnya cukup jernih. Pantas, mereka seakan tak peduli dengan
sekelilingnya dan terus melakukan aktivitas mandi dan bermain.
Melihat keceriaan anak-anak itu, saya lalu menewarang
keceriaan masa lalu yang mengalir di sungai ini. Beberapa penemuan benda bersejarah
yang saya baca menceritakan bahwa ternyata ternyata merupakan sungai purba yang
telah terbentuk sejak zaman dahulu kala. Aliran Sungai ini telah menjadi nyawa
bagi penduduk di sekitarnya sejak zaman prasejarah, sunda klasik, kolonial
Belanda, hingga sekarang.
Jejak Kehidupan Purba di Sungai Cikapundung
Pola aliran Sungai Cikapundung dipengaruhi oleh fenomena
alam surutnya Danau Bandung Purba. Danau ini yang membentuk cekungan daratan Bandung saat ini. Terdapat aneka artefak
yang ditemukan di sekitar aliran Sungai Cikapundung berupa batu-batu yang telah diasah. Batuan ini sering digunakan manusia
purba pada zaman berburu dan meramu.
Artefak tersebut ditemukan di daerah Dago Pakar,
daerah hulu yang dialiri Sungai Cikapundung ini. Para ahli menduga bahwa pola
permukiman di sekitar Daerah Aliran Sungai ini telah ada sejak zaman
neolitikum. Selain aliran air yang jernih, kontur alam di sekitar sungai ini
cukup nyaman untuk ditinggali. Peninggalan lain berupa kapak, pisau, dan mata
panah semakin menguatkan dugaan bahwa aliran sungai ini sudah menjadi denyut
nadi kehidupan manusia sejak zaman prasejarah.
Jejak kehidupan manusia yang tinggal di sekitar Sungai
Cikapundung tergambar pada beberapa prasasti yang ditemukan di beberapa
kampung di Kota Bandung. Pada 5 Oktober 2010 telah ditemukan prasasti beraksara
Sunda Kuno yang diperkirakan berasal dari abad ke-11 hingga abad ke-14 Masehi.
Sebuah
tulisan Sunda Kuno “Unggal Jagat Jalma Hedap” terukir di dalam prasasti ini. Sebuah
pesan bermakna “Setiap manusia di muka bumi ini pasti akan menghadapi sesuatu”.
Entah, apa maksud dari pesan tersebut.
Selain penemuan prasasti tersebut, adanya beberapa candi
yang ditemukan di daerah Bojongemas, Kabupaten Bandung yang memiliki kemiripan,
membuat adanya dugaan bahwa DAS Cikapundung telah menjadi teritori dari sebuah
kerajaan besar bernama Kerajaan Kenda dengan sang raja bernama Manikmaya. Kerajaan
ini diperkirakan berjaya pada abad ke-11.
Namun, teori ini masih mengandung
perdebatan karena adanya dugaan usia prasasti yang ditemukan tersebut ditulis
pada abad ke-14 hingga ke-15 Masehi. Bentuk tulisan yang berbeda menjadi dasar
perbedaan teori tersebut.
Kalau orang dulu meninggalkan jejak berupa tulisan bersejarah. Kalau jejak sejarah kita foto selfie aja ya. |
DAS Cikapundung Makin Ramai Sejak Era Kolonial
Jejak sejarah pemukiman DAS Cikapundung semakin ramai
tatkala terjadi pemindahan pusat pemerintahan kolonial dari Dayeuhkolot ke Kota
Bandung pada awal 1809. Alasan pemindahan ini disebabkan karena daerah Dayeuhkolot
ini sering terkena banjir.
Perpindahan yang diamanatkan oleh Herman Willem Daendels
tersebut juga bertujuan untuk mendekatkan pusat pemerintahan kolonial terhadap Jalan Pos Anyer-Panarukan yang baru dibangun.
Mas Galak, julukan Daendels menjadi sang babat alas bagi daerah di sekitar
Sungai Cikapundung untuk menjadi sebuah kota baru dengan
perkampungan-perkampungan yang mengelilinginya.
Mas, Galak, julukan Daendles, memindahkan pusat pemerintahan kolonial di dekat aliran Sungai Cikapundung. DAS Cikapundung menjadi semakin ramai |
Meski alirannya terkenal jernih, Sungai Cikapundung ternyata
juga pernah mangalami masalah. Beberapa bencana banjir sempat membuat penduduk
kesusahan pada periode 1919 hingga 1945. Pemerintah kolonial tak berpangku
tangan. Usaha perbaikan bantaran sungai dilakukan. Bahkan, pada 1939,
dibangunlah lintasan kereta api dan jalan raya di atas sungai tersebut.
Pencemaran Air di Sungai Cikapundung
Pada masa sekarang, Sungai Cikapundung juga memiliki
masalah. Kualitas lingkungan aliran sungai Cikapundung terus mengalami penurunan.
Semakin lama debit air ini semakin menurun pula. Bahkan, penurunan tidak hanya terjadi pada debit dan kualitas air, tetapi juga
hewan penghuni aliran sungai yang semakin sulit ditemui. Masalah tersebut
disebabkan adanya alihfungsi lahan perbukitan di daerah hulu sungai ini untuk aktivitas
bertani dan berkebun masyarakat di daerah tersebut.
Masalah pencemaran air juga menjadi momok bagi sungai ini. Hasil
penelitian ekologi tentang tentang Sungai Cikapundung menunjukan hampir 80%
polutan sungai ini adalah limbah domestik. Sementara, sisanya adalah industri
yang menyumbang bahan-bahan berbahaya seperti limbah B3 dan kontaminan lainnya.
Dari statistik tersebut, limbah rumah tangga masih menjadi sumber pencemaran
air di sungai ini. Usaha untuk menekan polutan terus dilakukan. Di samping itu, konservasi yang dilakukan Pemkot Bandung dengan membangun
wisata Teras Cikapundung pada 2015 adalah salah satu usaha dalam menjaga aliran
air sungai ini tetap jernih dan lestari.
Sungai yang kotor membuat hati jadi dongkol. Sama seperti mantan yang masih juga belum bisa move on. |
Tak terasa, sudah hampir satu jam saya berada di taman
cantik ini. Saya masih menerawang lagi pesan dari prasasti yang ditemukan di
aliran sungai ini bahwa:
Setiap manusia di muka bumi ini pasti akan menghadapi sesuatu
Sesuatu itu pastilah berhubungan dengan tabiat manusia sendiri dan takdir dari Tuhan. Bukan
begitu ?
Sumber Tulisan :
Tags
Sejarah
Sekarang Bandung jadi cakep dan tertata. Udah lama ga main ke Bandung.
ReplyDeleteyuk ke bandung lagi mbak
DeleteDih keren banget yah
ReplyDeleteAsal airnya gak tercemar mah enak banget buat main.
Gak biasanya. Komennya kok ikutan standar Pak?
Deleteheuheu
#baru tw panggilan daendels mas galak ey
ReplyDeleteLah kmaren di jatim, lalu solo, sekarang kok uda bandung aja mas
Keren ey bisa nemu aja spot mnarik daripada ribet mikirin blNjaan. Btw kaennya buat apaan emang mas?
iya galaknya minta ampun
Deleteini pas kemarin mbak, baru inget sekarang
tapi emang saya bolak-balik terus bulan2 ini dan bulan depan
buat nikahan sepupu di Bandung (lagi) ... heuheu
Pemahaman saya teras yg biasa ada di depan pintu arah keluar rumah gitu hehe
ReplyDeleteternyata teras yang dimaksud taman di pinggir sungai, bersih banget sungainya
pemahaman saya juga mbak
Deleteapa memang itu bahasa sunda ya saya masih gagal paham juga
Cantiiiikkkk
ReplyDeletedan kayaknya asri banget yo mas disitu
Mau lah kesitu kapan kapan kalo lagi muabok sama thesis
Promo tiket kereta jkt-bdg lagi banyak hehehe
cantik cantik
Deleteyah mas jadi ingat tesis hiks
wah iya ada banyak bgt mas, aku pingin ngincer eko premiumnya
Hai, Mas Ikrom.. baru bisa main ke sini lagi nih. Setelah sibuk ngurus sidang, dan ini itu..he
ReplyDeleteWaktu aku ke Bandung belum sempat ke tempat ini, karena waktu itu waktunya terbatas. Semoga dilain kesempatan bisa ke sungai bersejarah ini.
Oh, ya, Mas, itu yang di dinding, kupu-kupunya terbuat dari apa ya, Mas? Penasaran?
Sepertinya pagi atau sore sangat asik untuk bersantai disitu ya..
Haha, itu sungai nyambung aja ke mantan, Mas :D
Hai mas,
Deleteiya mas, sama2 sibuk sih, aku bolak balik Magelang Solo, ini mau ke Bandung juga mauan
sejak kita ketemu di halte Maioboro 1 itu mau ketemu lagi, sharing2 belum bisa,
klo ke bandung ke sini aja ato ke ciampelas, sampean kan suka foto2 di ketinggian, hehe
itu dari fiber kayaknya aku gak begitu merhatiin
asyik benget asal jgn sama mantan aja haha
sblumnya salam kenal bang, ditunggu maennya ya..he
ReplyDeletesekarang udah banyak perubahan ya Bandung, makin bangga sama wali kotanya sekarang, itu airnya bening juga ya bang..
kalau itu anak yg mancing kira" dapet gk ya ikannya..hehe
salam kenal juga, duh makasih udah mau mampir
DeleteBandung Juara dong tapi walkotnya mau nyalon Gubernur. heuheu
dapet, mereka dapet 2 kaleng, sayang gak kufoto
aku jadi kangen bandung kan :(( belum ke cikapudung nih.
ReplyDeletehayuk ke sini lagi koh
Deletebandung memang keren banget dah, banyak banget spot wisata yang menarik dan kekinian.
ReplyDeletetapi sayangnya belum bisa kesana.
hehe
yuk ke sini Bang
DeleteAsyik ya mas...tepian sungai bisa jadi semacam rest area..atau malahan obyek wisata..
ReplyDeleteiya asyik buat wisata keluarga
DeleteDebit air menyusut, mirip sungai disamping rumah saya. Tapi menyusutnya karena diatasnya ada pabrik minerak raksasa. Air tersedot menjadi air galon-galon.
ReplyDeletewah harus dilaporkann itu mas
Deletebandung memang tercantik, tak terbantahkan. Baru2 ini ada chinatown juga kan yak dibuka disana, bapak Ridwan Kamil memang super duper kece parah.
ReplyDeleteKang RK gitu
Deleteah sayang mau nyalonin Gubernur
Lokasinya asyik banget gitu, ada pula tempat buat mancingnya.. Bandung sekarang mah luar biasa banget.
ReplyDeleteBandung Juara !
DeletePersib (eh gak deh, maklum Aremania)
Salah satu kota yang ingin sekali gue kunjungi, semoga bisa kesampaian :")
ReplyDeleteyuk ke sini Mang
Deleterindu dengan Bandung. lama tak berkunjung. sekarang banyak wisata yang cantik. kayak sungai ini
ReplyDeletemrene maneh sam...
DeleteInget kota bandung teh mengingatkan saya pada masa lalu, banyak kenangan indah tersimpan rapi dalam ingatan.. kapan yah bisa ke bandung lagi?
ReplyDeleteaseeek, siapa tuh Mang
Delete