Perjumpaan saya dengan Trans Jogja terjadi pada 2011.
Ketika
itu, saya berkesempatan dikirim oleh kampus mengikuti olimpiade di Disdikpora DIY.
Saya lihat kok ada halte-halte kecil yang cukup bagus. Di sana berjejer
penumpang, baik lokal maupun asing. Tak lama kemudian, ada bus yang mirip dengan
Trans Jakarta dengan ukuran lebih kecil. Berwarna kombinasi kuning dan hijau.
Kelihatannya asyik kalau bisa berkeliling dengan bus itu. Baru pada tahun 2014 kemarin, saya bisa mencicipi angkutan massal ini.
Sudah hampir satu dasawarsa bus ini beroperasi. Selama
beberapa kali pula terjadi penambahan
rute angkutan Trans Jogja ini. Dari awalnya hanya 6 trayek, lalu 8 trayek,
kini menjadi 16 trayek. Trans Jogja menghubungkan tempat-tempat penting di Jogja dan
beberapa spot wisata andalan daerah ini. Namun, meski terlihat sangat membantu,
ada beberapa catatan saya setelah mencoba hampir sebulan menaiki angkutan
massal ini.
Rute Trayek Trans Jogja
Setelah saya amati, rute Trans Jogja terbagi dari tiga
jenis. Pembagian ini hanya asumsi ala-ala saya saja. Bisa saja salah. Pertama,
adalah rute paling utama yang terdiri dari jalur 1A dan 1B. Kedua rute ini
melewati daerah-daerah penting. Trayek 1A melewati Candi Prambanan, Bandara
Adisucipto, Ambarukmo Plaza, dan Malioboro.
Sedang trayek 1B bisa dikatakan
berlawanan arah hanya tidak melewati Candi
Prambanan namun melewati kawasan Kampus UGM/UNY hingga menuju Terminal Condong
Catur. Kedua rute ini menjadi rute paling banyak peminatnya, terlebih wisatawan
asing yang akan menuju Malioboro.
Trayek selanjutnya
adalah trayek tengahan yang menghubungan 3 terminal di Jogja, yakni Giwangan,
Condong Catur, dan Jombor. Rute-rute tersebut antara lain 2A, 2B, 3A, 3B, 4A,
4B, 5A, dan 5B. sedangkan rute yang terakhir adalah jenis rute feeder
(pengumpan) yang beberapa diantaranya masih baru. Rute-rute ini banyak yang mengitari
ring road dan beberapa daerah pinggiran. Rute-rute tersebut antara lain 6A, 6B,
7, 8, 9, 10, dan 11.
Nah yang tidak banyak pengguna Trans Jogja tahu, bahwa ada
jalur yang sebenarnya bisa dinaiki, terutama jalur-jalur baru tersebut tanpa
harus transit. Namun, entah banya penumpang yang tak membaca rute atau memang
rutenya membingungkan, maka banyak yang akhirnya harus transit dan bahkan
mengorder ojek online.
Keberadaan Pramugara/i
Di setiap bus, ada seorang pramugara/pramugari yang membantu
penumpang naik dan turun. Mereka tak kenal lelah melayani penumpang dari pagi hingga malam. Mengucapkan terimakasih
dan memberikan senyuman ketika penumpang turun dan naik. Menurut saya, seiring
waktu, pelayanan mereka semakin bagus.
Dulu, sekitar tahun 2014-2015, saya mencoba menaiki Trans
Jogja harus bersusah payah mengira-ira halte tempat saya turun. Sang paramugari
begitu judes ketika saya tanya. Saya bahkan sempat salah turun dan harus
berputar lagi.
Kini, setiap penumpang naik, sang pramugara/i selalu menanyakan
tujuan penumpang. Jikalau harus melakukan transit, maka sanga pramugara/i akan
memberi tahu. Terlebih, bagi turis asing, mereka akan meminta penjaga halte
untuk memberi tahu penumpang tersebut. Saya cukup salut dengan peningkatan ini.
Armada Bus
Dari sekian rute itu, hampir semuanya menggunakan armada
baru. Saya hanya menemukan trayek 2A dan 2B yang masih menggunakan armada lama.
Armada baru ini memiliki kursi yang lumayan empuk. Terdapat ruang khusus
difabel dan manula.
Ada juga tabung pemadam kebakaran lengkap dengan palu
pemecah kaca jikalau ada hal-hal yang tak diinginkan. Sayang, menurut saya, AC
yang dinyalakan di dalam bus terlalu kencang. Saya sering kasihan melihat
mbah-mbah yang kedinginan saat menaiki bus tersebut terlebih ketika hari sudah
malam.
Armada lama |
Ruang longgar bagi difabel pada armada baru |
Armada Sopir
Salah satu catatan penting bagi Trans Jogja adalah sopir.
Entah mereka memang mengejar waktu atau apa, yang saya alami mereka cukup
ugal-ugalan. Memang tak semua, namun sering melakukan pengereman mendadak dengan
posisi kecepatan cukup tinggi, terlebih ketika melewati ring road.
Sudah dua
kali saya melihat sang sopir menyerempet pengendara motor. Saya tahu, ketika
memasuki halte, sang pramugari sering diberi tahu waktu tenggang antara satu
bus dengan bus lain. Namun, alangkah baiknya, keselamatan penumpang tetap yang
utama.
Naik TJ memang bikin lapar |
Harga Tiket
Bagi saya, menaiki Trans Jogja dapat mengirit biaya. Sekali
naik, jika tak memiliki kartu layanan, dikenakan tarif 3.500. Jika memiliki
kartu langganan akan dikenakan tarif 2.700. Pihak pengelola terus mencanangkan
untuk mengurangi pembayaran secara tunai. Mereka memasang banyak pengumuman
tentang pembuatan kartu langganan ini.
Sekedar informasi, kartu langganan bisa
dibuat dan diisi ulang di beberapa halte, antara lain Terminal Giwangan, RS
Bethesda, Terminal Jombor, Samsat, Taman Pintar, Ambarukmo Plaza (Amplaz), dan
Bandara Adi Sucipto.
Menggunakan kartu langganan ini lebih murah |
Halte Portable
Salah satu hal yang unik dari Trans Jogja adalah Halte
Portable. Halte ini berupa undakan kecil yang berfungsi sebagai tempat
penumpang naik. Di sini tak ada petugasnya. Halte portable ini biasanya dilalui
trayek bus tunggal yang tanpa transit.
Biasanya, di sekitar halte akan berisi
trayek bus mana yang melalui halte tersebut. Untuk halte yang dilewati beberapa
bus akan terdapat petugas jaganya, yang biasa disebut dengan shelter. Beberapa
shelter saat ini sudah beralih menjadi halte portable.
Portable Trans Jogja. Lucu ya |
Salah satu halte di Terminal Giwangan |
Salah satu shelter yang diubah menjadi halte portable. Cara membayar tiket dengan mengetap kartu di dalam bus atau membayar secara tunai kepada pramugara/i |
Rute-rute Trasn Jogja Favorit Saya
Saya senang berlama-lama menikmati Kota Jogja dari dalam
Trans Jogja. Ada beberapa tempat menarik yang ternyata bisa didatangi
menggunakan Trans Jogja, antara lain:
- Candi Prambanan : Menggunakan trayek 1A
- Malioboro : Menggunakan trayek 1A, 1B (taman pintar), 2A dan 3A. Trayek 1A dan 1B bisa dimulai dari Bandara Adisucipto sedangkan trayek 2A dan 3A bisa dimulai dari Terminal Condong Catur.
- Alun-alun Kidul, Plengkung Gading, Pojok Benteng : Menggunakan trayek 2A, 2B, 3A, dan 3B.
- Kawasan Wisata Perak Kotagede : Menggunakan trayek 3A, 3B, dan 10.
- Wisata Kuliner West Lake : Menggunakan trayek 8, melewati ring road timur, dimulai dari terminal bus Ngabean.
- Keraton Jogja/ Alun-alun Utara : Menggunakan trayek 3A dan 3B.
- Panggung Krapyak : Menggunakan trayek 9 dari Terminal Giwangan turun di Pasar Hewan Pasty.
- Museum Affandi : Menggunakan trayek 1B dari Terminal Condong Catur, turun di halte SMAK Kolose De Britto
- Monumen Yogya Kembali (Monjali) : Menggunakan trayek 2A, 2B, 5A, dan 5B
Menikmati senja di Monjali. Pintu masuk wisata ini hanya beberapa meter dari halte Monjali Utara |
Jika mau selfie jumpalitan di Malioboro bisa menggunakan Trayek 1A atau 2A. Ada 3 halte di Jalan Malioboro |
Even Pasar Kangen di Taman Budaya Yogyakarta bisa dicapai dengan Trans Jogja turun di halte Taman Pintar |
Kawasan Wisata Keraton, Taman sari, Pasar Ngasem, bisa dicapai dengan Trans Jogja melalui halte Taman Pintar, Parkir Bus Ngabean, atau Portable Taman Sari |
Panggung Krapyak bisa dicapai dengan trayek 9 turun di Pasar Hewan Pasty |
Museum Perjuangan, yang terletak hanya 50 meter dari halte Trans Jogja |
Saran bagi Pengguna Trans Jogja
Jika anda ingin menggunakan angkutan ini, langkah pertama
adalah bersabar. Pasalnya, interval tiap bus bisa sekitar 15 hingga 30 menit.
Jangan lupa untuk membaca kembali peta dan rute jalur Trans Jogja di setiap
halte yang akan dituju. Bertanyalah pada pramugara/i jika anda
naik dari portable. Pastikan bahwa halte/portable yang akan anda tuju benar.
Bacalah peta dengan seksama diiringi sering bertanya agar tak tersesat |
Cari Rute Trans Jogja Pakai Aplikasi Moovit
Ada sebuah aplikasi di ponsel pintar yang cukup membantu.
Aplikasi berbasis GPS ini memuat 16 trayek Trans Jogja, bernama Moovit. Anda
akan mendapatkan informasi halte terdekat dan trayek bus apa yang dilalui halte
tersebut beserta halte-halte selanjutnya. Tak hanya itu, aplikasi ini juga
memuat perkiraan waktu tiba bus dalam halte tersebut. Aplikasi ini bisa anda
unduh di Google Play/iOS.
Tags
Jalan-jalan
Wah saya pernah pengalaman naik trans Jogja kelewat tempat turun mas, hehe kemudian ikut muter lagi mas, jadi keliling 2 kali hehe
ReplyDeletewahasyikjugaya,pengalamanyangbikinzcdeg2antakutnyasarjugaya
ReplyDeleteWaaaaahhh makasih banyak teras menginformasikan ini,,, bulan depan aku ingin ke Jogja, sayangnya masih belum ada jalur ke Borobudur ya? Tapi tak apa...murah banget...
ReplyDeleteHampir sama dengan Trans Jakarta harga dan fasilitasnya..Lain kali bisa dicoba nih, biar lebih mudah kemana-mana saat wisata ke Jogja:)
ReplyDeleteKalau gak ada kendaraan memang asiknya naik transjogja, membantu banget, sekaligus harganya gak nguras kantong. Asalkan mau bersabar pasti bisa..he
ReplyDeleteaku dah lama keliling pake trans jogja, tahun kemarin sempat juga ke prambanan..he
nah ini nih, saya baru sekali ke Jogja bisa dicatet rute-rutenya nih. makasih yaa
ReplyDeleteNext time ke Jogja mau coba naik Trans Jogja ah. Sepertinya asik juga (murah lagi).
ReplyDeleteWah ada Trans Jogya, jadi pengin nyobain. Harganya juga murmer :)
ReplyDeleteyogya selalu bikin rindu, dan transjogja memudahkan banget mau ke mana-mana. harga juga ramah :) jadi rindu jogja deh
ReplyDeleteMas Ikrom keren banget, bisa paham betul tentang Trans Jogja. Saya malah belum pernah merasakan naik Trans Jogja. Ke mana-mana selalu mengendarai motor. :))
ReplyDelete*Dua jempol untuk Mas Ikrom.