“Semua Mimpimu Akan Terwujud Asalkan Kamu Punya
Keberanian Untuk Mengejarnya.” (Walt Disney)
Saya masih ingat kalimat yang ditulis oleh pencipta tokoh
Donal Bebek dan Tikus Mickey ini. Kalimat itu benar-benar mengena. Sejak beberapa
tahun terakhir ini saya memiliki salah satu mimpi besar. Mengunjungi sebuah
candi yang memiliki pesona luar biasa. Candi Gedong Songo namanya. Secara administratif, candi ini berada di teritorial Kabupaten Semarang. Meski pesona itu sering saya saksikan,
namun satu pertanyaan besar timbul di benak saya, bagaimana cara untuk mencapai
ke sana ?
Berbekal modal nekat, saya akhirnya memutuskan berkelana ke
wilayah Semarang. Sambil mencari informasi, saya akhirnya memutuskan untuk
memakai jasa pengantaran dengan sepeda motor dimulai dari Terminal Bawen,
Kabupaten Semarang. Sebenarnya, ada dua jalan untuk menuju ke sini jika dari
Kota Semarang. Jalan pertama adalah melalui daerah yang disebut Lemahbang. Jalan
ini dimulai dari Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Nanti di pinggir jalan
akan tampak gapura dengan latar gambar candi ini. Namun, saya memilih jalan
kedua. Dimulai dari Terminal Bawen, lalu menuju kota kecamatan Ambarawa,
kawasan wisata Bandungan, hingga sampai ke Gedung Songo.
Oh ya, saya baru tahu kalau ada moda transportasi bernama
Trans Jateng yang menghubungkan Kota Semarang dengan Terminal Bawen ini. Dengan
harga tiket 3.500 saja, kita bisa menempuh jarak sekitar 40 km ini. Namun,
karena merupakan transportasi murah meriah ya harap bersabar hingga bus sampai.
Belum lagi kemacetan parah yang sering terjadi di jalan penghubung Semarang
atas dan Semarang bawah. Kalau ingin lebih cepat, maka pilihan menggunakan bus
jurusan Semarang-Solo dari terminal Banyumanik bisa jadi alternatif.
Perjalanan dari Ambarawa menempuh waktu sekitar 20 hingga 30
menit. Kondisi jalan semakin meliuk dan menanjak menandakan kita sedang
menapaki Gunung Ungaran. Sangat disarankan menggunakan persneling gigi 1 jika
melewati tanjakan dan tak menggunakan motor matic. Tapi, pemandangan di kanan
kiri jalan sangat aduhai. Gugusan pegunungan di sekitar Merbabu sangat sayang
untuk dilewatkan begitu saja.
Hingga tibalah saya di pintu masuk. Saya mengira, untuk
masuk ke candi ini dikenakan biaya mengingat saya melihat ada loket masuk dan
kondisi sekitar candi yang sudah dibangun cukup rapi. Namun, dugaan saya salah.
Untuk masuk ke komplek candi ini hanya perlu membubuhkan nama dan tanda tangan
di buku tamu. Menurut mas yang mengantar saya, sebelumnya memang dikenakan
tarif masuk candi sebesar 8000 rupiah untuk wisatawan domestik dan 75.000 untuk
wisatawan asing. Entah kenapa, beberapa waktu terakhir ini tiket tak lagi
diberlakukan. Asyik!
Pengunjung mengisi buku tamu. Tampak Candi I dari kejauhan |
Saya langsung semangat untuk menapaki tangga menuju candi. Tak
jauh dari tempat membubuhkan tanda tangan tadi, sudah tampak sebuah candi
belanggam khas Jawa Tengah yang gemuk, imut-imut, dan menggemaskan. Oh ini yang
disebut Candi Gedong I itu. Sayang, kondisi candi ini tak begitu sempurna di bagian
atapnya.
Nah setelah Candi Gedong I, saya harus berjuang untuk mendapatkan
dua candi yang berada dalam jarak berdekatan. Candi Gedong II dan Candi Gedong III. Untuk mencapainya,
pada awalnya saya melewati jalan amat terjal.
Seterjal perjalanan cinta mengarungi bahtera rumah tangga. Halah. Tapi,
saya harus tetap semangat. Di depan saya tampak anak-anak SD berlarian untuk
mencapai ke sana. Masak saya mau kalah ?
Candi Gedong I. Pengunjung mayoritas komplek candi ini adalah anak-anak SD di Kecamatan Ambawara, Bergas, Bawen, dan Tuntang, Kabupaten Semarang |
Di sekeliling jalan ini tampak pedagang makanan dan minuman
yang menjajakan dagangannya. Saya sampai heran dan salut dengan kemampuan
mereka berdagang di lereng yang cukup terjal itu. Saya saja ngos-ngosan.
Jalan menuju Candi Gedong II dan III. Ada jalan yang lebih dekat dan mudah namun untuk kuda |
Setelah hampir 20 menit berjalan sejauh 1 km, akhirnya saya tiba di
candi kedua. Ah ini keren sekali. Dipadu dengan latar belakang Gunung Merbabu
dan arakan awan tipis membuat Candi II bagai peri cantik yang sedang berjemur. Duh
lebai lagi. Sebenarnya, di Candi II ini ada dua buah candi. Hanya saja, yang
tersisa hanya 1 candi utuh. Candi yang lainnya adalah berupa runtuhan yang
menyisakan beberapa batuan saja.
Candi Gedong II, bagus kan? |
Ternyata, Candi II bukan merupakan puncak keindahan kompleks
candi ini. Ada candi III yang potretnya menjadi kebanggan candi ini. Menaiki tangga
lagi beberapa meter, kita akan disuguhkan pemandangan super seru. Ah akhirnya,
saya bisa merasakan itu. ada dua buah candi besar dan sebuah candi kecil di
depannya. Inilah puncak kenikmatan itu, bagi seorang candinolog ala-ala seperti
saya.
Akhirnya mimpi saya terwujud. Alhamdulillah |
Ingin rasanya saya berlama-lama di Candi III ini. Namun, bau
belerang dari kolam pemandian air panas menyesakkan dada saya. Karena tak ingin
terjadi sesuatu hal, saya pun turun kembali. Meski sebenarnya masih ada 2 candi
lagi yang tersisa, yakni candi IV dan V, saya melambaikan tangan ke kamera. Untuk
menuju kedua candi itu harus melewati jalur di sekitar pemandian air panas dan
merasakan sesaknya gas belerang. Lain kali, jika ada kesempatan, saya harus
membawa masker.
Gas belerang tipis yang keluar dari sumber air panas pemandian. Meski tipis, jangan tanya efeknya |
Nah, yang saya heran, ke manakah candi-candi yang lain? Mengingat
namanya Gedung Songo, harusnya ada sembilan, tapi kenapa hanya ada 5? Namun,
pertanyaan ini belum terjawab. Menurut penuturan mas pengantar saya, candi yang
lain dimakan Hanoman. Sebagian cerita di masyarakat sekitar seperti itu. Saya
hanya bisa mengernyitkan dahi dan berkata dalam hati, “Wallahu a’lam bishowab” (Hanya
Tuhan yang mampu menjawabnya). Walau begitu, penelitian yang dilakukan
oleh arkeolog Van Braam pada 1925 dan beberapa penelitan sesudahnya meyakini
seharusnya ada 9 komplek candi. Candi yang lain hanya berupa sisanya saja yang berada cukup jauh dari candi I-III. Pemugaran oleh Dinas Purbakala Belanda sendiri
baru dimulai tahun 1928-1929 yang dimulai dari Candi I.
Tampak Candi Gedong IV dan V dari kejauhan. Berhubung sedang tak jalan dengan kamu ya lambaikan tangan ke kamera saja. Iya, kamu! |
Bangunan candi yang dibangun di lereng Gunung Ungaran yang
betingkat dari bawah hingga puncak menunjukan perpaduan unsur lokal dan global
dalam tradisi masyarakat setempat. Sebelum agama Hindu masuk, kepercayaan lokal
meyakini bahwa roh nenek moyang harus disembah di Gunung. Kepercayaan Hindu
menunjukkan gunung merupakan tempat bersemayamnya para dewa. Maka tak heran,
candi-candi banyak yang dibangun di lereng gunung.
Jasa kuda pengantar hingga candi Gedung III-V. Sayang, banyak pengunjung yang memilih berjalan kaki hingga ke Candi Gedong III saja |
Saya sangat takjub dengan salah satu kearifan budaya bangsa
Indonesia ini. Padahal, menurut dugaan, candi ini dibangun pada abad ke-9
Masehi bertepatan dengan keemasan Wangsa Syailendra Kerajaan Mataram Kuno. Zaman
segitu sudah bisa membangun bangunan komplek candi dengan cukup megah, di
lereng gunung terjal pula. Lha apa kabar saya yang di 2017 ini naik ke sana
saja sudah wassalamualaikum.
Satu hal yang selalu mengganjal di hati saya kenapa candi
ini begitu sepi. Atau memang bukan musim liburan. Meski begitu, menurut
penuturan penjaga buku tamu, kunjungan wisatawan ke candi ini tak terlalu
banyak. Entah karena memang promosi yang kurang atau akses jalan yang banyak
orang yang belum tahu. Padahal, di sekitar candi sudah banyak tempat wisata
menarik lain semisal Bandungan, Rawa Pening, dan beberapa situs sejarah di
Ambarawa. Saya rasa, Pemkab Semarang harus lebih gencar mempromosikan lagi
kawasan ini. Upaya itu sudah ada dengan penyediaan paket wisata Kabupaten
Semarang yang saya temukan di sebuah akun IG milik Dispar Pemkab Semarang. Tapi,
ketika saya bertanya untuk tata cara mengikutinya, pengunjung harus minimal 15
orang untuk dilayani. Ya sudah, karena saya sendirian ya mustahil bisa menikmatinya.
Sayang sekali kalau mahakarya ini semakin lapuk dimakan usia. Tak banyak orang tahu dan tak banyak orang mau untuk sekedar menapaki masa lalu kejayaan bangsa Indonesia.
Tags
Jalan-jalan
Sayang tuh, gak sampai ke candi 5 padahal pemandangannya disana asyik. Waktu saya ke sana dulu sempat melihat beberapa bekas sisa bangunan yang katanya adalah candi. Hingga kalau dihitung candinya pas 9. Tapi yang ke sembilan tempatnya jauh.
ReplyDeleteAda di post saya kalau penasaran, hehehe.
Iya Mbak kata x jg gitu, berhubung ambek an tidak memungkinkan. Hiks
DeleteNegeri ini kaya akan peninggalan berupa candi, selain bisa sebagai aset utk menambah pendapatan daerah juga sebagai instrumen negeri lebih terkenal lagi di negara lain, tp kendalanya kadang kurang diminati oleh bangsa sendiri
ReplyDeletenah itu dia mbak
Deletejarang sih yg tertarik
Dan masih aja penasaran, gmn orang2 jaman dahulu kala itu bisa membangun candi2 begini, ditempat tinggi seperti ini pula.. Seperti apa peralatannya dulu :D.. Hebaaat...
ReplyDeleteiya, ini yang bikin penasaran
DeleteWah udah lama nggak main kesitu, Kalau pas pemandanganya cerah gitu awesome banget ya mas viewnya :)
ReplyDeleteMasya Allah..
asyik emang mas
Deletepengen ke sini terus
Aku juga suka nyeng nyengan mas yen bau belerang heheee
ReplyDeleteBtw aku jd pnasaran yg urnan legend dimakan hanuman, #biasa anaknya mang suka cerita mistis
iya mbak, nyesek banget
Deletelha itu masih tanda tanya
wahh,, di jawa itu emang banyak candi ya mas.
ReplyDeletesaya baru dari Jogja,, baru beberapa candi saja yang saya kunjungi
mantapp nih buat mas, yang suka wisata candi ke candi
banyak mas, ratusan eh ribuan hehe
Deletesilahkan datang lagi
Aaah, aku pengen banget nih ke Gedung Songo!
ReplyDeleteyuk ke sini mbak
DeleteCandi gedongnya terletak diatas bukit ya, wah keren bisa langsung melihat pemandangan iya.
ReplyDeleteSayang tak banyak berkunjung, padahal tempatnya bagus loh.
iya sayang banget...
DeleteOh..mungkin karena program hari kemerdekaan aja kali ya mas, trus ga bayar tiket. Klo aku tempo hari (awal agustus) bayar kok, per @15.000.suka banget aku sama candi ini, soalnya cakep
ReplyDeletemungkin juga mbak
Deletekatanya sih ada acara karnaval dari ambarawa makanya gratis ya
Aku juga suka traveling mengunjungi candi-candi. Ajak anak2 biar tau sejarah budaya Bangsa Indonesia kan sambil jalan2 plus menambah wawasan. Pemandangannya indah banget bikin sejuk sejauh mata memandang. Keren!
ReplyDeletemonggo ajak keluarga ke sini mbak
DeleteGratisnya pas hari kemerdekaan aja kali ya, karena saya juga bayar sih kemarin per orang 15 ribu. Tapi emang candi ini kece banget, dan aku udah nggak bisa menghitung berapa kali kesana, saking seringnya karena tinggal mlipir
ReplyDeleteiya mbak lagi promo kayaknya
Deletenanti bayar lagi mungkin hehe
pilihan wisatanya lengkap banget, selalu kagum sama candi2 diatas gunung. amazing
ReplyDelete