Mau oleh-oleh apa?
Nah, yang saya heran kok saya jarang menemukan akang-akang Sunda yang tubuhnya tambun seperti saya. Iya lho beneran. Kalau di jawa (Timur) aduh kalau sudah pada lulus kuliah dan dapat kerja ya jadinya berubah menjadi gemuk. Saya adalah contoh utamanya. Sebelum lulus kuliah, berat badan saya 50 kg eh sekarang jadi 70 kgan.
Peuyeum ?
Batagor ?
Siomay ?
Atau cireng ?
Tanya saya kepada teman kerja wanita mengenai oleh-oleh yang
ia inginkan ketika saya pulang dari Bandung. Lalu ia menjawab :
“Akang Sunda aja yang ganteng”.
Waduh, berat banget itu oleh-olehnya. Carinya di mana coba ?
Lantas, saya bertanya kembali kenapa yang bersangkutan
sampai kepingin banget sama si Akang Sunda. Menurut dia akang sunda eh
lelaki Sunda itu ganteng-ganteng. Referensinya adalah para penjual batagor dan
bubur ayam yang ada di kota saya. Hmm, mulai SARA nih. Saya yang orang Jawa
jadi gimana gitu. Kalah saing euy, haha.
Untuk memenuhi permintaan oleh-oleh akang sunda dari sang
teman tadi, saya jadi sedikit banyak mengamati para lelaki (muda tentunya) saat
berkunjung ke Bandung ini. Lho, jadi aneh kan? Gara-gara permintaan satu orang
malah jadi melakukan hal yang tak penting. Tapi paling tidak bisa diceritakan
kepada orang-orang.
Contoh akang-akang Sunda yang saya ambil bukan akang-akang
yang dari kalangan menengah ke atas. Saya tak sempat mampir ke pusat-pusat
tongkrongan kelas atas seperti kafe lantaran sedang jalan-jalan bersama
keluarga. Tempat yang saya tuju adalah pasar, stasiun, dan beberapa pusat
olahraga serta obyek wisata.
Bagi saya sih, secara kasat mata, akang-akang sunda itu ya
hampir sama dengan mas-mas jowo. Ya iyalah, sama-sama satu rumpun bangsa
melayu. Hanya saja, saya sering menemukan akang sunda yang memiliki bentuk mata
yang lebih sipit dibandingkan dengan mas-mas jawa. Ini hanya pandangan saya
lho, bisa saja salah.
Akang Sunda di Pasar Andir |
Tak hanya itu, menurut saya, akang-akang sunda memiliki
kulit yang lebih putih dibandingkan mas-mas jawa yang lebih ke sawo matang
level cukupan (halah apaan). Maksudnya, kulit mereka lebih putih. Mungkin ini
yang membuat teman saya tadi lebih tertarik melihat akang-akang sunda. Cuma, ya
namanya lelaki ya suka di luar ruangan ya maka jadinya kulitnya gelap juga.
Jadi, tergantung juga sih.
Akang-akang Sunda di Pasar Baru Bandung |
Nah, yang saya heran kok saya jarang menemukan akang-akang Sunda yang tubuhnya tambun seperti saya. Iya lho beneran. Kalau di jawa (Timur) aduh kalau sudah pada lulus kuliah dan dapat kerja ya jadinya berubah menjadi gemuk. Saya adalah contoh utamanya. Sebelum lulus kuliah, berat badan saya 50 kg eh sekarang jadi 70 kgan.
Baca juga: Mana yang Benar? Inggih atau Injih?
Begitu pula teman-teman pria saya yang juga pada
melar. Kalau reuni kita sering berkelakar sesama teman pria, ”Sudah hamil
berapa bulan?” Tapi, yang saya lihat, akang-akang sunda ini tubuhnya masih
ramping-ramping gitu. Jarang sekali mereka yang bertubuh gemuk. Kalaupun ada, itu paling beberapa dan
kebanyakan para bapak-bapak usia paruh baya.
Akang-akang Sunda penjaja foto di Kawah Putih Ciwidey |
Padahal, saya melihat akang-akang sunda ini suka njajan.
Makanya, banyak sekali jajanan dari sunda terutama Bandung yang menjajah ke
daerah lain. Kalau mas-mas jawa seperti saya, lebih mending makan nasi yang
buanyaaaaak daripada njajan. Apa memang mereka suka njajan tapi porsi makannya
sedikit ya.
Nah, tak hanya njajan makanan, mereka sering juga jajan
motor. Waduh mahal juga. Maksudnya, saya sering menemukan para akang sunda yang
heboh banget masalah motor dan segala tetek bengeknya. Sebenarnya sih, masalah
ini juga ada di daerah saya, cuma mereka kok lebih greget gituketika berbicara
masalah motor. Ketika saya mencoba mengorek info dan bergabung dengan
akang-akang sunda yang sedang jagongan alias duduk-duduk, yang mereka bicarakan
adalah masalah motor. Pindah tempat nongkrong juga motor yang dibicarakan.
Akang-akang Sunda yang lagi nongkrong |
Kesukaaan akang-akang Sunda terhadap dunia otomotif ini
rupanya membawa berkah tersendiri bagi mas-mas Jawa. Betapa tidak, mas-mas Jawa
akan merantau ke daerah urban Tatar Parahyangan seperti Bandung dan Bogor untuk
membuka usaha di dunia otomotif. Contohnya adalah beberapa kerabat dari Kediri
yang cukup sukses membuka usaha jok motor di daerah Bandung.
Setelah satu dua
berhasil, maka mereka mengajak serta kerabat yang lain untuk turut serta
membuka usaha. Dan ternyata usaha mereka lumayan sukses juga. Ketika saya tanya kepada kerabat tersebut mengenai
kegemaran akang-akang sunda, memang benar adanya. Akang-akang sunda ini suka
sekali gonta-ganti jok motor. Entah sebulan sekali atau dalam jangka waktu
tertentu. Mau coba juga ?
Oh ya, satu steorotip yang sering terjadi di masyarakat
adalah akang-akang sunda itu pemalas. Tapi,
bagi saya sih tidak begitu. Mereka rajin-rajin kok mau usaha apa aja, terutama
berjualan makanan dan pakaian. Bahkan beberapa tempat saya menemukan akang-akang Sunda dengan gigih menjual tisu seharga 5000 rupiah. Kalau masalah malas dan
rajin itu tergantung kepribadian masing-masing yah.
Akang Sunda di sebuah rumah makan. Saya malah salfok sama itu ayamnya besar-besar bangeeet. |
Akang-akang sunda juga cukup ramah. Ketika berjalan melewati
saya mereka selalu bilang “Punten” atau “permisi”. Saya kagum lho sama
kebiasaan satu ini. Oh, ya satu hal lagi yang menjadi kekaguman saya ketika
berinteraksi dengan akang-akang sunda adalah ketika shalat berjamaah. Sebelum bilal
mengumandangkan iqamah, mereka kompak berdiri. Saya awalnya menduga itu
kebetulan terjadi di satu masjid itu saja. Namun, di masjid yang lain juga
demikian. Semoga penilaian saya ini benar adanya.
Akang-akang Sunda juga gemar memelihara dan mengawinkan burung dara. Tampak akang sunda junior sedang membawa sepasang burung dara di daerah Katapang, Soreang. |
Jadi, kesimpulannya, memang akang-akang sunda itu bolehlah
dijadikan teman atau pendamping bagi kaum wanita nonsunda, terutama jawa. Kembali
lagi pada pribadi masing-masing.
Sing apik yo apik, sing elek yo elek.
Bonus gambar. Mas-mas jawa tetap dong imut-imut dan menggemaskan, haha. |
Sekian, mohon maaf jika ada kesalahan.
Disclaimer : Artikel ini tidak untuk tujuan apapun, hanya pengamatan asal-asalan dari penulis. Bisa saja salah besar.
Tags
Catatanku
trmaksi banget om infonya sangat bermanfaat sekali.
ReplyDeleteohya kalu ada waktu mampir di tempat aq om.
akan mampir,,,trims
DeleteHahahah jawaban yang sm kalo aku balik Bogor pst tmn2 ciwi pd minta oleh2 "akang sunda" atau "aa sunda" -_-
ReplyDeletehahaha ya kan mas.
Deleteduh
saya lebih suka oleh oleh batagor dan syomay....mas
ReplyDeletesaya juga mas
Deletehabis jalan jalan ke bandung ya,,?
ReplyDeleteRepot-repot sampai keliling fotoin akang-akang segala mas Ikrom.
ReplyDeleteDari yang disebutin diatas saya belum makan yang peuyeum. Itu bacanya gimana sik?
mas ikrom coba puterkan rekaman membacanya.
Deleteyah oleh2 mas harus repot -_-
Deletekang abdul saya gak bisa bacanya hiks
Wah asyik ya...puluhan taun di Bandung belum pernah ke pasar andir, lewat mah sering hehe..
ReplyDeleteke sini atuh teh
Deletejadi sudah di bawakan belum akan sundanya.
ReplyDeletemasa sih mas akang sunda pada ga melar badannya.
Tapi mantap juga pengamatannya.
terkadng kita melakukan hal yang aneh untuk seseorang karena orang tersebut sangat berharga bagi kita. betul ga :D
sudah dalam bentuk foto haha
Deleteiya kang dibanding mas2 jawa loh spt saya, ampuun
asekkkk
Aku maunya tahu sumedang Mas hehehe
ReplyDeletesaya juga mau...
DeleteDah anehnya, saya malah senang dengar orang ngomong pake bahasa Sunda, gak tau kenapa, padahal ngerti pun enggak.
ReplyDeletealus ya...
DeleteSalam buat Akang Sunda, nya? Hehe. Saya pilih siomay. Mantap.
ReplyDeletesaya jga, haha
DeleteSaya pilih mas-mas jawa aja nggih... salam buat akang sunda....
ReplyDeletesaya juga saya juga
DeleteSuamiku akang sunda juga, pokoknya bikin adem ama akang sunda hehehe
ReplyDeletewah beruntung sekali mbak..
Delete