Saya tak menyangka, jeda pasca Penilaian Tengah Semester kami dapat melakukan acara out bond bersama anak-anak.
Yang asyik, acara tersebut tak hanya diikuti oleh siswa kelas saya, melainkan juga diikuti oleh siswa-siswi dua kelas paralel yang lain. Plus, wali muridnya juga yang tak kalah asyik. Kebetulan, setiap tingkatan di sekolah saya ada 3 kelas paralel (A, B, dan C) dengan masing-masing kelas berjumlah 30 siswa.
Baca juga: Pendidikan Moral Kunci Membentuk Manusia yang Berkualitas
Dengan jumlah siswa sebanyak itu, pada awalnya saya dan dua guru paralel lainnya tak memiliki niat untuk menyelenggarakan acara di luar sekolah dengan jarak jauh. Paling-paling, kami hanya punya rencana menaiki Bus Macito dan mengunjungi Museum Brawijaya yang terletak hanya beberapa meter dari sekolah. Atau, acara makan-makan bersama di sekolah.
Tapi, entah mengapa, wali murid tahun ini sangat bersemangat dan cukup kompak. Tak seperti tahun lalu yang alamak, sering sekali saya mendapat laporan perkelahian sang anak yang berujung perkelahian orang tuanya. Jadi, sebagai guru kelas yang harus mengayomi anak-anak, saya sih setuju-setuju saja. Cuma, karena ini acara cukup besar, maka kami meminta persiapan yang matang.
Nah, dari pengalaman singkat saya menggawangi acara outbond ini, ada beberapa hal yang menarik yang dapat saya tarik pelajaran.
Pertama, saya baru menyadari bahwa adanya paguyuban di sekolah itu masih menjadi tarik ulur yang diperdebatkan.
Satu sisi, kadang adanya paguyuban malah menjadi bumerang bagi sekolah karena melakukan pungutan biaya yang berada di luar jalur semestinya. Termasuk acara out bond ini yang membutuhkan biaya besar. Namun, jika tak ada paguyuban, acara semacam ini akan sulit berjalan mengingat minimnya dana dari sekolah dan banyaknya tugas administasi guru yang harus dilakukan
Acara ini butuh banyak dana kan? |
Makanya, agar tak terjadi hal-hal yang diinginkan, saat pemaparan rencana acara ini, saya mewanti-wanti bagi wali murid yang keberatan dengan acara ini agar segera menyampaikannya. Saya tak mau nanti ada sesuatu hal yang horor di belakang. Gak asyik kan kalau nama saya populer akibat pungutan liar, padahal saya maunya populer karena ikutan syuting film sama Maudy Ayunda. Halah.
Baca juga: Inilah Problem Ekskul di Sekolah yang Pelu Dipahami Orang Tua
Selain itu, jauh-jauh hari, saya meminta anak-anak menabung sedikit demi sedikit agar tidak memberatkan. Mengingat, hampir separuh kelas saya berasal dari kalangan menengah ke bawah. Jadi, saya tak mau nanti ada beberapa anak yang tak ikut lantaran takut biaya mahal. Dan alhamdulillah, anak-anak antusias menabung hingga mencukupi untuk melaksanakan kegiatan ini.
Kedua, kita harus tegas mana hal-hal yang bisa dikondisikan oleh wali murid dan mana yang harus tetap dikondiskan oleh guru. Hal-hal seperti pemilihan tempat, konsumsi, dan transportasi, mungkin masih bisa. Namun, jika masalah teknis seperti pengaturan anak-anak, maka tetap dong jadi kewajiban guru. Tapi, alhamdulillah, pada acara kemarin kami sudah sepakat menyewa tim ahli untuk meng-handle anak-anak. Jadi, kami hanya bertugas ketika di sekolah saja. Kalau masalah acara ini tidak dilakukan dengan baik, maka hasilnya adalah terlantarnya anak-anak.
Hal-hal teknis seperti konsumsi bisa diserahkan ke Paguyuban Wali Murid |
Ketiga, sebenarnya, di dalam paguyuban sendiri, kadang ada konflik-konflik kepentingan.
Nah, ini sebenarnya juga menjadi bom waktu jika tak segera diselesaikan. Ada grup yang ingin A, B, atau C. Nah, maka dari itu, sebisa mungkin sebelum acara berlangsung, kesepakatan-kesepatan bersama harus dilakukan. Sekecil apapun dan seremeh apapun, konflik itu masih ada. Hanya saja, jangan sampai, karena ulah satu dua orang wali murid acara jadi berantakan.
Anak-anak hanya ingin belajar asyik, jadi gak asyik kan kalau ada konflik? |
Keempat, karena mereka adalah partner kita, tak ada salahnya kita memberi ruang bagi mereka untuk urun rembug dalam susunan acara anak-anak.
Ketika kami sudah menyepakati beberapa materi pembelajaran yang dapat dimasukkan dalam acara, maka mereka juga dapat memberi ide dan solusi mengenai kegiatan apa yang bisa dilakukan.
Ide kegiatan bisa berasal dari paguyuban wali murid |
Terakhir, komunikasi dengan paguyuban sangat penting. Ketika ada kendala, maka kendala tersebut dapat disikapi bersama.
Namun, saya menghindari komunikasi melalui telepon seluler (BBM,WA, dst). Bagi, saya, komunikasi langsung tatap muka sangat penting. Memang, hal ini cukup merepotkan terutama bagi mereka yang sibuk. Maka dari itu, di tiap kelas, kami berupaya memiliki beberapa wali murid yang bisa stand by jika sewaktu-waktu diperlukan.
Yang penting happy kan? |
Akhirnya, semua kembali pada kedua belah pihak. Kalau memang untuk anak-anak sih, rasanya akan menghasilkan hasil terbaik. Anak-anak senang, paguyuban wali murid bahagia, dan para guru bisa bernarsis ria. Eh...
Dan gurunya tetap bisa narsis |
wah keren ini acara , anak2 hrs ibaut kegiatan yg berguna dan outdoor
ReplyDeleteiya bu, benar sekali
DeleteBenar-benar keren nih, selain tempatnya pemandangannya juga sejuk. Coba dulu gurunya Mas Ikrom, pasti halan-halan terus..hehe
ReplyDeletewalah kalo saya gurunya pasti sudah sepuh dong hehe
DeleteWah.. seru bange. Kreatif :)
ReplyDeleteterimakasih mbak...
DeleteAduhhb ya ampunn ngeliat anak2 sebanyak itu pada kumpul n main bareng buatku semakin iri pake banget...
ReplyDeletePengen jadi guru... tpi nggk kesampean..
tiap orang sudah punya jalan masing2 mas... hehe
DeleteWahaha. Baru tahu malah kalau sekolah bikin paguyuban gini. Tapi iya, sih. Uang dari sekolah kayaknya terbatas banget.
ReplyDeleteBisa aja gurunya ikutan narsis. :p
paguyuban membantu sekali mas, apalagi kalau ada acara gini
Deleteheheh iya ma,s narsis ya tetep
jaman sekarang guru2 emang pada narsis, yang penting tetep mendidik muridnya dengan baik :)
ReplyDeleteya mbak harus jalan dua2nya
DeletePengalaman seru buat muridnya juga yak. Kapan lagi wisata bareng dengan teman2nya...kalau ama Bapak Ibunya kan udah sering yak..
ReplyDeleteiya kapan lagi mbak...
Deletejadi kangen masa" sekolah
ReplyDelete*belasan tahun silam.....saya juga baru kalau sekolahan ada paguyuban seperti itu mas...kegiatan seperti itu dijamin murid-murid bakal senang dan g bosen hehehe
iya, sekarang harus bisa buat murid gak bosen mas
DeleteSelama kegiatannya mendidik dan biayanya nggak mahal, orang-tua juga mungkin akan setuju aja. Kalaupun ada yg ga setuju ya dimaklumi, karena keuangan tiap orang kan beda2 :)
ReplyDeletesepakat mbak, yg penting semua senang
DeleteMembuat kegiatan bersama anak-anak itu memang mengasikkan.
ReplyDeletelho benar sekali mas
Deletekamu guru ya? apa gimana?
ReplyDeletelho kan sudah ada di bacaan mbak hehe
DeleteAsiikk bangett acaranyaaaa. . Hijaau-hijauu segerrr di mataa dan di hatiii. .hehehe
ReplyDeleteasyik banget mbak...
Deletewah hari ini Indonesia makin berkembang ya mas... semoga makin berkah mas alhamdulillah matur nuwuns udah berbagi nikmatnya...
ReplyDeleteterimakasih kembali mas...
Deletekegiatan yang mengasah kekompakan dan komunikasi harus terus dikembangkan supaya meningkatkan ikatan lahir dan batin ...
ReplyDeletesepakat mas
Delete