Gak biasanya lho saya nonton film pas Premiere-nya
Poster Film (madeandi.files.wordpress.com) |
Jangankan pas premierenya. Nonton ke bioskop aja males. Karena
saya orangnya cukup perhitungan. Jadi, kalau masih bisa melihat di laptop,
mending lihat aja. Sambil bobok cantik dan ngemil. Duh, bahagianya dunia.
Tapi, tidak untuk film satu ini. Sebenarnya sih, alasan saya
niat untuk lihat film ini karena 1 hal : Mbak T. Idola saya dalam dunia
kepenulisan dan jalan-jalan. Iya lho, saya ngefans banget. Selain tulisannya
yang aduhai dan bikin saya senyum-senyum sendiri, mbak T itu orangnya rendah
hati sekali. Untungnya saya pernah ketemu beliau dan dengan asyiknya dia
bertanya : Kamu mau ke mana?
Ya jelas dong, saya langsung menjawab : Filipina! Mbak T
langsung heboh dan kita langsung ber-Tagalog-ria. Duh, kalau inget acara itu
jadi pingin ketemu mbak T lagi. Namun, sudah dua tahun berlalu saya belum
mendapat kesempatan itu. Makanya, ketika saya tahu kalau bulan ini ada film
tentang Mbak T, saya wajib lihat.
Kenangan dengan mbak T |
Tanpa siapa-siapa, saya datang ke bioskop sendirian. Singkat
kata, pertunjukan dimulai. Film ini
sebenarnya mengisahkan perjalanan mbak T keliling dunia. Namun, kalau tak
salah, hanya buku pertama yang menjadi inti film ini. Mbak T (Trinity) yang
diperankan oleh Maudy Ayunda adalah seorang wanita kantoran yang terus
menghitung jatah cuti kantornya buat jalan-jalan. Dia memiliki banyak sekali bucket list yang harus ia penuhi sebelum
tua.
Si bos yang diperankan Ayu Dewi menjadi tokoh antagonis yang
sering menjadi momok karena menghambat rencana jalan-jalannya. Meski banyak
halangan, ia terus saja mendapat dewi fortuna untuk bisa jalan-jalan sesuai
impiannya. Bagian yang paling saya suka adalah ketika ia jalan-jalan bersama
rekannya, Nina dan Yasmin serta sepupunya Ezra ke Filipina. Dan yang asyik,
mereka benar-benar syuting di Filipina. Ada adegan makan balut, naik jeepney, lihat
taman indah di Makati, sampai ilang di Manila City. Duh, ini berasa saya udah
pingin ngremes paspor aja. Bentar lagi-bentar lagi. Tahan buuk.
Di tengah jalan-jalannya, ada seorang misterius yang mau
memberi tiket ke mbak T ke manapun ia mau. Dan meski galau, akhirnya mbak T
memutuskan untuk pergi ke Maldives. Surga di Samudra Hindia. Di sana, ia bertemu
cowok cakep bernama Paul, yang diperankan Hamish Daud. Mereka pun akhirnya
dekat. Hingga tibalah, si Paul menembak mbak T. Di Maldives yang banyak
atol-atolnya itu. Keren kan? Tapi, bagaimana jawaban mbak T? Hmm, lihat sendiri
aja kayaknya asyik ya.
Selain kisah percintaan mbak T, saya senang dengan angle pengambilan gambar film ini. Berasa
baca blognya mbak T plus foto instagramabel yang aduhai. Tapi, karena sekitar
30 persen setting film ini di Filipina, makanya saya jadi excited. Tak hanya
itu sih, film ini juga asyik banget buat kalian yang suka galau akan masa
depan. Adegan yang paling saya suka bukan adegan percintaan mbak T dan Paul,
namun saat mbak T dengan mantap untuk resign dari pekerjaannya. Hmm,
bau-baunya..... ah sudahlah. Daripada penasaran, lihat saja yuk. Gak bakal
nyesel!
Tags
Hiburan
Bila orang mampu keluar dari sona tak nyaman itu hebat, tapi lebih hebat lagi kalau berani keluar dari zona nyaman
ReplyDeletesepakat....
DeleteKok kayanya seru, ya? :D
ReplyDeleteseru mbak...
DeleteSaya belum nonton dan malah jadi gak kepingin nonton, ahaha
ReplyDeleteSaya terlalu takut apabila penggambaran di novelnya gak sesuai dengan yang muncul di layar lebar... :)
heheh saya juga awalnya gitu,
Deletetapi, saya lebih ke pesannya aja sih mas, karena gimanapun tulisan mbak T gak tergantikan
Waw setting-an Filipina. Jadi pingin nonton, karena Manila juga bagian dari target ngayap saya, haha...
ReplyDeletewah oya mbak,. cus kita nglayap ke sana... hehe
DeleteNekad traveler... Kirain naked traveler.. hehee
ReplyDeleteklo buku dan blognya naked mas,
Deleteklo filmya karena ada regulasi jadi nekad...
Wah, kalo saya mah doyan banget nonton di bioskop, udah jadi kebutuhan hehe.
ReplyDeleteKeren tuh, bisa ketemu & foto bareng Trinity. Mantap. Buku-buku dia bagus semua, tulisannya dikemas sedemikian rupa, jadi enak dibaca. Saya malah nonton filmnya dulu baru baca buku The Naked Traveler, dan ya emang kedua media itu ga bisa disamain. Intinya: traveling is good for ourselves.
Butuh keberanian besar untuk keluar dari zona nyaman, tapi kalo udah diniatkan dengan kuat, pasti ada jalan :)