Sebenarnya saya sungkan nulis ini, tapi daripada jadi tompel eh bisul mending saya tulis saja.
Suatu hari, saya mengurus dokumen di Kantor Kecamatan. Setelah pengurusan dokumen selesai, saya tiba-tiba ingin sekali ke belakang. Maunya saya tahan untuk beberapa menit ke depan dan berencana melaksanakannya di rumah. Namun, saya tak mau menyetir dengan kondisi “tak stabil” seperti itu, berbahaya, kata Pak Polisi. Lalu saya menuju toilet satu-satunya di Kantor Kecamatan itu.
Apesnya saya, di dalam toilet itu ada orang. Saya menunggu di depan toilet sambil berlinang air mata menahan keinginan saya. Lama sekali. Saya menempelkan telinga ke pintu. Sepertinya tak ada aktivitas air yang mengalir. Tapi, saya yakin ada orang karena pintunya terkunci. Mungkin ada seorang wanita yang sedang membenarkan hijabnya. Saya pun maklum. Namun, si gerangan di dalam tak kunjung keluar juga. Akhirnya saya pun mengetuk pintunya. Dan…. Jreng jreng jreng…..
Munculah seorang pria muda dengan rambut Mohawk seperti Taeyang Big Bang. Dengan semerbak harum parfum lelaki yang menyeruak hingga ke seluruh pelosok tanah air dan membasahi setiap relung di jiwa. Singkat kata : lebay. Saya melongo dan segera masuk. Tak peduli lagi dengan mas tadi. Yang penting keinginan saya segera terpenuhi. Alhamdulillah, akhirnya tuntas juga. Saat saya membuka pintu, Masnya tadi masih di depan pintu. Lah, mau ngapain lagi? Dengan melempar senyum dia masuk kembali, namun tak mengunci pintunya. Dia menaik-naikkan rambutnya lagi. Lha perasaan tadi sudah setinggi Burj Khalifa (gedung tertinggi di dunia milik Dubai)? Apa masih kurang? Saya melihat dengan tatapan nanar, lalu beranjak pergi.
Pada hari lain, saya berniat memotong rambut yang sudah hampir sebahu karena sudah ada yang sewot. Saya tak memiliki langganan, jadinya saya asal menepikan motor di sebuah pangkas rambut pria. Rupanya, pangkas rambut ini berbeda dari pangkas rambut pria kebanyakan. Di sini selain menyediakan servis potong rambut, juga ada servis lain seperti keramas, cuci muka (facial), pijat muka, smoothing, catok, rebonding, dan servis-servis lainnya. Lah, saya berpikir, kalau pria diservis seperti itu apa gak rugi ya, kan paling-paling rambutnya paling panjang sebahu. Sambil antre, saya mengamati keadaan sekitar yang ramai oleh pelanggan. Ada seorang pria dengan kekasihnya yang akan potong rambut. Sang pria “berkonsultasi” dulu kepada pacarnya mau dipotong model apa. Pacarnya sibuk memilih-milih model rambut di katalog. Mereka galau, bagaikan akan menuju singgasana pelaminan. Akhirnya, pria tadi sepakat akan dipotong model spike tapi sedikit diberi “ornamen” di bagian belakangnya. Tapi, di sela-sela sesi potong rambut, si Mbak tadi terus memprotes tukang cukurnya. Kurang pendeklah, terlalu chubbylah. Ini sebenarnya yang mau potong rambut siapa sih? Saya lagi-lagi melongo dan berharap semoga adegan sinetron kejar tayang ini segera berakhir.
Pada hari lain lagi (semoga gak bosan dengan cerita saya ya), saya berniat mejeng beserta teman-teman geng pria. Kami sepakat hang out ke Mall. Saya berangkat bersama seorang teman. Saat di parkiran, saya menyelonong saja menuju pintu masuk. Saya kira teman tadi sudah di belakang saya. Tapi ternyata tidak. Setelah cukup lama menunggu di pintu masuk, dia tak jua muncul. Saya kembali lagi ke parkiran dan menemukannya masih di sana. Apa yang dia perbuat? Dia kembali menata puing-puing rambut mohawknya yang awalnya setinggi gedung WTC namun terkena hantaman pesawat 911 alias helm. Dia berkaca di depan kaca spionnya yang membentuk bayangan maya, tegak, dan diperkecil. Ya salam. Di Mall itu pula saya menyaksikan betapa ramainya wastafel toilet pria. Segala aktivitas aneka rupa, mulai dari cuci muka, membenarkan “tower” rambut, senyam-senyum berkaca, menyemperotkan parfum, hingga sekedar selfie saya temukan. Ya Tuhan ampunilah saya.
Tiga ilustrasi tadi cukup menggambarkan betapa kaum pria saat ini sangat gemar bersolek. Secara pribadi sebagai pria, saya cukup risih melihatnya. Prinsip saya begini. Sebagai seorang lelaki, memang kita harus tetap tampil menawan. Menawan di sini dalam artian masih patut untuk dilihat. Bisa diartikan banyak hal. \Rapi, kece, atau bersihan. Tak bagus juga sih kalau tampil ala kadarnya, atau jorok. Tapi, benar-benar menjaga penampilan yang berlebihan adalah sesuatu yang memiriskan hati.
Bukan kodrat kita sebagai kaum pria untuk bersolek berlebihan. Biarlah itu sudah kodrat kaum wanita yang memang begitu takdirnya. Seorang teman fitness saya bahkan mengkritik “pesolek pria” yang menyemprotkan parfum satu botol sebelum fitness. Jadinya, bau parfum bercampur dengan bau keringat dan itu cukup mengganggu ketertiban umum di sekitarnya. Kata teman saya tadi yang juga berprofesi sebagai model, macho itu bukan hanya dari penampilan yang “lakik” tapi juga dari berbagai aspek. Sama seperti Miss Universe, ada 3B, beauty, behaviour, and brain. Buat apa keren, cakep, ganteng, tapi tak bisa membedakan tulisan “pull” dan “push” seperti pada iklan budaya gemar membaca. Buat apa tampil bak artis Korea yang “unyu-unyu” tapi kalau lagi sebel sama cewek misuh-misuh di depan cewek tersebut.
Jadi pria itu sebenarnya sebuah anugerah luar biasa lho. Kita diberi banyak “kelonggaran” yang tak diberikan Tuhan pada wanita. Kelonggaran ini sepantasnya kita gunakan untuk mengerjakan hal-hal lain yang lebih penting dan manfaat. Ingat iklan obat menstruasi dengan tagline “Untung cuma kita” ? iklan ini sebenarnya menyiratkan sebenarnya kaum pria harus bersyukur lho memiliki anugerah ini. Rasa syukur ini bisa dilakukan dengan banyak hal. Menjaga tubuh yang sewajarnya, terus belajar mengenai kehidupan, terus berpikir positif untuk bisa tahan banting dalam kondisi sesulit apapun, dan yang paling penting memuliakan kaum wanita.
Semua memang terserah anda, wahai para pria. Tapi, yang terpenting jangan sampai kegemaran “berdandan” anda mengganggu orang-orang di sekitar anda. Terutama bagi pihak yang amat sangat ingin menunaikan hajatnya. Sekian. Mohon maaf jika ada kesalahan. Salam. Selamat berakhir pekan.
Tulisan ini pertama kali diunggah di Kompasiana, menyalin artikel diperbolehkan dengan menautkan sumber. Kalau sudah membaca, jangan lupa komentarnya, ya.
|
Apesnya saya, di dalam toilet itu ada orang. Saya menunggu di depan toilet sambil berlinang air mata menahan keinginan saya. Lama sekali. Saya menempelkan telinga ke pintu. Sepertinya tak ada aktivitas air yang mengalir. Tapi, saya yakin ada orang karena pintunya terkunci. Mungkin ada seorang wanita yang sedang membenarkan hijabnya. Saya pun maklum. Namun, si gerangan di dalam tak kunjung keluar juga. Akhirnya saya pun mengetuk pintunya. Dan…. Jreng jreng jreng…..
Munculah seorang pria muda dengan rambut Mohawk seperti Taeyang Big Bang. Dengan semerbak harum parfum lelaki yang menyeruak hingga ke seluruh pelosok tanah air dan membasahi setiap relung di jiwa. Singkat kata : lebay. Saya melongo dan segera masuk. Tak peduli lagi dengan mas tadi. Yang penting keinginan saya segera terpenuhi. Alhamdulillah, akhirnya tuntas juga. Saat saya membuka pintu, Masnya tadi masih di depan pintu. Lah, mau ngapain lagi? Dengan melempar senyum dia masuk kembali, namun tak mengunci pintunya. Dia menaik-naikkan rambutnya lagi. Lha perasaan tadi sudah setinggi Burj Khalifa (gedung tertinggi di dunia milik Dubai)? Apa masih kurang? Saya melihat dengan tatapan nanar, lalu beranjak pergi.
Pada hari lain, saya berniat memotong rambut yang sudah hampir sebahu karena sudah ada yang sewot. Saya tak memiliki langganan, jadinya saya asal menepikan motor di sebuah pangkas rambut pria. Rupanya, pangkas rambut ini berbeda dari pangkas rambut pria kebanyakan. Di sini selain menyediakan servis potong rambut, juga ada servis lain seperti keramas, cuci muka (facial), pijat muka, smoothing, catok, rebonding, dan servis-servis lainnya. Lah, saya berpikir, kalau pria diservis seperti itu apa gak rugi ya, kan paling-paling rambutnya paling panjang sebahu. Sambil antre, saya mengamati keadaan sekitar yang ramai oleh pelanggan. Ada seorang pria dengan kekasihnya yang akan potong rambut. Sang pria “berkonsultasi” dulu kepada pacarnya mau dipotong model apa. Pacarnya sibuk memilih-milih model rambut di katalog. Mereka galau, bagaikan akan menuju singgasana pelaminan. Akhirnya, pria tadi sepakat akan dipotong model spike tapi sedikit diberi “ornamen” di bagian belakangnya. Tapi, di sela-sela sesi potong rambut, si Mbak tadi terus memprotes tukang cukurnya. Kurang pendeklah, terlalu chubbylah. Ini sebenarnya yang mau potong rambut siapa sih? Saya lagi-lagi melongo dan berharap semoga adegan sinetron kejar tayang ini segera berakhir.
Pada hari lain lagi (semoga gak bosan dengan cerita saya ya), saya berniat mejeng beserta teman-teman geng pria. Kami sepakat hang out ke Mall. Saya berangkat bersama seorang teman. Saat di parkiran, saya menyelonong saja menuju pintu masuk. Saya kira teman tadi sudah di belakang saya. Tapi ternyata tidak. Setelah cukup lama menunggu di pintu masuk, dia tak jua muncul. Saya kembali lagi ke parkiran dan menemukannya masih di sana. Apa yang dia perbuat? Dia kembali menata puing-puing rambut mohawknya yang awalnya setinggi gedung WTC namun terkena hantaman pesawat 911 alias helm. Dia berkaca di depan kaca spionnya yang membentuk bayangan maya, tegak, dan diperkecil. Ya salam. Di Mall itu pula saya menyaksikan betapa ramainya wastafel toilet pria. Segala aktivitas aneka rupa, mulai dari cuci muka, membenarkan “tower” rambut, senyam-senyum berkaca, menyemperotkan parfum, hingga sekedar selfie saya temukan. Ya Tuhan ampunilah saya.
Tiga ilustrasi tadi cukup menggambarkan betapa kaum pria saat ini sangat gemar bersolek. Secara pribadi sebagai pria, saya cukup risih melihatnya. Prinsip saya begini. Sebagai seorang lelaki, memang kita harus tetap tampil menawan. Menawan di sini dalam artian masih patut untuk dilihat. Bisa diartikan banyak hal. \Rapi, kece, atau bersihan. Tak bagus juga sih kalau tampil ala kadarnya, atau jorok. Tapi, benar-benar menjaga penampilan yang berlebihan adalah sesuatu yang memiriskan hati.
Bukan kodrat kita sebagai kaum pria untuk bersolek berlebihan. Biarlah itu sudah kodrat kaum wanita yang memang begitu takdirnya. Seorang teman fitness saya bahkan mengkritik “pesolek pria” yang menyemprotkan parfum satu botol sebelum fitness. Jadinya, bau parfum bercampur dengan bau keringat dan itu cukup mengganggu ketertiban umum di sekitarnya. Kata teman saya tadi yang juga berprofesi sebagai model, macho itu bukan hanya dari penampilan yang “lakik” tapi juga dari berbagai aspek. Sama seperti Miss Universe, ada 3B, beauty, behaviour, and brain. Buat apa keren, cakep, ganteng, tapi tak bisa membedakan tulisan “pull” dan “push” seperti pada iklan budaya gemar membaca. Buat apa tampil bak artis Korea yang “unyu-unyu” tapi kalau lagi sebel sama cewek misuh-misuh di depan cewek tersebut.
Jadi pria itu sebenarnya sebuah anugerah luar biasa lho. Kita diberi banyak “kelonggaran” yang tak diberikan Tuhan pada wanita. Kelonggaran ini sepantasnya kita gunakan untuk mengerjakan hal-hal lain yang lebih penting dan manfaat. Ingat iklan obat menstruasi dengan tagline “Untung cuma kita” ? iklan ini sebenarnya menyiratkan sebenarnya kaum pria harus bersyukur lho memiliki anugerah ini. Rasa syukur ini bisa dilakukan dengan banyak hal. Menjaga tubuh yang sewajarnya, terus belajar mengenai kehidupan, terus berpikir positif untuk bisa tahan banting dalam kondisi sesulit apapun, dan yang paling penting memuliakan kaum wanita.
Semua memang terserah anda, wahai para pria. Tapi, yang terpenting jangan sampai kegemaran “berdandan” anda mengganggu orang-orang di sekitar anda. Terutama bagi pihak yang amat sangat ingin menunaikan hajatnya. Sekian. Mohon maaf jika ada kesalahan. Salam. Selamat berakhir pekan.
Tulisan ini pertama kali diunggah di Kompasiana, menyalin artikel diperbolehkan dengan menautkan sumber. Kalau sudah membaca, jangan lupa komentarnya, ya.
Tags
Catatanku
Geli juga bacanya hehehe. Mo potong rambut aja musti konsul ke ceweknya. Emang ceweknya ahli stylist rambut? nggak nyambung juga ya kalo dipikir2. Tapi begitulah realita dan cinta mas. Biar hidup penuh warna. Salam kenal :) aku follow gugel plusnya ya
ReplyDeletelebay ya neng...hehe
Deleteiya mbak wahyu, yang potong rambut sapa, yang bingung sapa,
Deletebtw makasih juga udh berkenan mampir, aku follow juga ya :)
sepakat Mang Lembu
DeleteTapi memang sudah jamannya, pria suka berdandan dengan gaya rambut yang jabrik itu. Pengan jadi artik seperti diambrik, kalau korea mungkin belum begitu poluler dengan rambut yang poninya itu.
ReplyDeleteGiliran harga cabe naik, protes ya ? lah anak muda tidak suka kesawah seh, lebih suka ke mall dengan gaya aduhay, farfum yang wanginya semerbak. ( Justkidding )
iya mas, apalagi dengan adanya medsos yg pasang tutorial make up buat pria, hihi
Deletecuma ya itu klo masalah "lakik"nya apa bener apa gak, itu yang jadi pertanyaan
padahal kalau jadi pria jantan mah mendingan biarkan rambutnya sebahu bahkan sepundak, supaya terlihat lelakinya, dari padamodelpendek kaya tren sekarang, kayanya malah jadi lelaki lebay deh ih...nih...liat sayah nih
ReplyDeletehihi sepakat mang lembu, potongan rambut panjenengan oke banget
Deletetapi emang jadinya kayak lebay dan mana tahannnn hihi
hahahahahaahhaah, menyemprotkan minyak wangi satu botol. kalau botolnya isi 500ml, berapa waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan satu botol ya?
ReplyDeletemending dibuka aja tutupnya langsung, terus disiramin.
aku juga agak risih sih, sama cowo yang hobi dandan. apalagi kalau badannya wangi semerbak banget. suka mikir aneh-aneh. jangan... jangaannnnn......
Nah hitung mbak ayo, masih inget rumus mencari waktu, volume dan debit? hihihi
Deleteiya mbak bener,, jangan-jangan dia titik-titik, hihihi
Suka sama cowok yang wangi dan rapih, aku rasa tak segitunyalah, walau penampilan harus dipikirkan ya jangan berlebihan apalagi selebay itu
ReplyDeleteaku cewek, nggk lelet kalau dandan lah cowok bisa lebih simpel lagi kan?
iya bu, rapi, wangi, tapi simpel
Deleteyang perempuan aja kadang lebih simpel ya bu dandannya
Geli bacanya tapi menarik banget :D
ReplyDeleteDi kota besar suka banget ya laki2 metroseksual..nyalon, suka yang wangi2..malah lebih rempong daripada yang perempuan malah
hahaha iy mbak, lebih banyak di kota besar memang, tapi di desa juga mulai banyak
Deletelebih rempong bingit...
Hahahaha aku pernah jalan sama tmenku cowo dan itu sebel bgt gara2 dia lbh srg dandanin tuh rambut daripada aku yg bnerin jilbabku. Jadi brasa preman gt aku
ReplyDeletehahahahaa bisa kubayangkan
DeleteAduh kenapa nggak si mba pacar aja ya yang rambutnya di spike. Lelaki dijajah wanita, haha... Lelaki kelewat dandan nggak demen juga saya lihatnya, karena saya pun bersolek secukupnya, nggak full make up. Lah gile aje kalo dia punya mascara dan pensil alis sedangkan saya enggak, hahahah...
ReplyDeletehihihi gimana itu jadinya mbak
Deletesepakat yang penting gak berlebihan
itu sebabnya aku suka geli liat beberapa artis Korea
ReplyDeletebahahaha
geli lihat oppa yang mbak...
Delete