Eh, ternyata, menurut mbah gugel masih ada 1 candi lain yang
ada di Kecamatan Ngoro, Mojokerto.
Namanya Candi Bangkal. Setelah saya lihat di gugel map, eh
gak jauh dari Candi Jedong, tepatnya di desa Candiharjo. Tapi, saya harus menuju jalan besar dulu. Setelah
puas bertapa di Candi Jedong, sayapun turun gunung. Menuju Jalan Raya
Gempol-Mojokerto. Sesampainya di jalan besar, penyakit saya kambuh :
Disorientasi (jalan).
Ini ke mana?
Saya buka mbah gugel map eh kok jalannya ruwet ya. Apalagi,
dari gang Candi Jedong tadi, banyak sekali percabangan jalannya. Mula-mula,
saya mengikuti sebuah jalan yang banyak terdapat toko dan aneka usaha. Mungkin
ini jalannya. Eh ternyata bukan. Jalan yang saya lalui ternyata menuju sebuah
pasar yang akan tembus ke Trawas. Ya sudah putar balik saja.
Saya coba lagi ke arah sebuah jalan sepi. Di sana, ada
sekelompok anak muda yang duduk-duduk di tepi jalan dengan motor kesayangannya.
Ternyata, saya juga masih salah jalan. Jalan yang saya lalui adalah daerah
jembatan timbang untuk truk-truk yang akan keluar masuk kawasan Ngoro industri.
Makanya kok sepi banget, jangan-jangan anak-anak tadi mau trek-trekan. Habis,
sepi sih.
Saya lalu kembali ke percabangan jalan tadi. Ternyata, saya
harus memutar dulu untuk menuju jalan raya ke arah candi. Candi ini terletak di
sebuah jalan tikus pada percabangan jalan raya ke arah Mojokerto Kota. Bingung
kan?
Biar gak kesasar lagi, saya pelan-pelan memacu motor.
Setelah melihat ada gang yang cukup ramai, saya berbelok. Bertanya pada tukang
ojek lagi. Ternyata benar, gang yang saya duga merupakan gang untuk menuju
candi. Motor pun saya geber. Eh, kok jalan yang saya lalui sepi banget. Duh
gimana kalau ada begal. Di kiri kanan cuma ada sawah dan tegalan. Tapi, saya senang
juga sih karena hawanya sejuk plus saya melihat Gunung Penanggungan lagi. Jodoh
banget ya saya sama gunung itu.
Jalannya sepi banget |
Ketemu Gunung Penanggungan lagi berhiasakan pabrik-pabrik di Kawasan Ngoro Industri |
Oke, saya masih semangat jalan lagi. Cuma, tiba-tiba saya menemukan
percabangan jalan lagi. Aduh, matilah awak. Mana gak ada orang sama sekali. Melihat
gugel map, tak membantu banyak karena jaringan lagi kacau. Saya memilih sebuah
jalan dan menggeber motor lagi.
Sekira 10 menitan, saya cuma menemukan rumah dan sawah
saling bergantian. Saya mencoba bertanya ke salah seorang penduduk dan ternyata
saya salah jalan. Harusnya saya lewat jalan satunya dipercabangan tadi. Oke,
saya mencoba semangat lagi.
Setelah melewati jalan yang satunya, eh ternyata ada
percabangan lagi. Tapi, ketika saya mencoba mencari plang arah ke candi, yang
ada malah plang warga yang hajatan. Duh, jadi baper deh. Makanya, kalau tadi
saat ke candi Jedong saya dikira cari kos-kosan, sekarang saya dikira mau buwuh alias datang ke kondangan.
Benar saja, tak jauh dari situ sudah terdengar lagu Sagita Asololey Icik-icik
ehem, khas hajatan orang Jatim banget, hihi.
Kata penduduk yang saya temui lagi, saya harus melewati
sebuah jalan lagi yang menuju arah ke sebuah masjid. Saya lupa nama masjidnya.
Baik, saya ikuti. Tapi, kok ya gak nemu-nemu. Jadi, saat melihat penduduk lagi,
saya bertanya. Eh, rupanya saya salah jalan lagi. Ada percabangan jalan lagi
yang saya tidak tahu. Hmm, barokah ya.
Saya akhirnya berputar arah. Di tengah perjalanan saat saya
berputar arah, tiba-tiba saya melihat ada candi mungil yang ada di sebuah
sawah. Di ujung sana.
“Itu dia, itu dia!” hati saya berkata heboh.
Tapi, lewat mana?
Akhirnya, saat saya melihat percabangan lagi, saya bertanya
lagi. Ternyata saya harus lewat jalan percabangan baru. Nanti, ada masjid
pokonya. Bismillah, saya jalan lagi. Alhamdulillah, masjidnya ketemu. Tapi,
mana candinya?
Duh, rasanya saya mau menyerah aja. Mana lapar juga. Tapi,
kok masih penasaran karena saya tadi sudah menemukan penampakan candinya barang
dari kejauhan. Seperti menemukan dikau saat hati kita masih berjauh. Duh, baper
lagi.
Saya akhirnya punya pemikiran. Tadi kan saya lihat ada
penampakan tiang listrik ekstra tinggi (SUTET) juga di belakang candi. Cari aja, siapa tahu dapat. Lalu sayapun mencari
di mana sutet-sutet itu. Saya berkeyakinan tak sulit mencarinya karena
perumahan warga cukup jarang. Benar saja, ternyata ada percabangan jalan lagi
di dekat masjid tadi lalu mengikuti arah penampakan SUTET dan akhirnya.....
Saya menemukan candinya!
Yes, alhamdulillah. Tak sia-sia saya motoran dari Malang ke
Mojokerto.
Akhirnya ketemu! |
Candi ini berada di dalam sebuah kolam. Di sekelilingnya terdapat taman mini yang cukup unik karena ada dihiasi dengan padi. Cuma, tak ada penjaga di sana. Jadi, saya parkir motor gitu saja di luar. Agak was-was sih. Meski begitu, saya bahagiaaaa banget. Perjalanan panjang yang melelahkan terbayar sudah. Meski imut, saya senang. Kenapa?
Asyiknya jalan-jalan ke candi itu ya gini. Tempat yang bagi
banyak orang gak penting ini akan jadi potongan puzzle yang menarik kalau kita
sedang mencari jalan ke candi tersebut. Setelah menemukan candi tersebut, kita
seperti menemukan potongan terakhir dari puzzle. Coba deh.
Seperti candi-candi khas Jawa Timur pada umunya, candi ini
memiliki bentuk atap dengan hiasan Bathara Kala yang ramping. Cuma karena
bentuknya imut, kalau boleh saya personifikasikan seperti anak kecil yang pakai
topi. Lucu deh. Kata situs purbakala yang saya baca, candi yang berbahan dasar
batu bata khas Kerajaan Majapahit ini dibangun antara abad ke-13 dan 14 Masehi.
Belum jelas juga bagaimana kisah lengkap dari candi ini. Yang jelas, saat
panen, warga sering melakukan sedekah bumi berupa pementasan wayang di Candi
Bangkal ini.
Letak Candi Bangkal
ini ada di dekat pematang sawah. Letaknya yang ada di persawahan membuat candi
ini rentan rusak akibat terkikis air. Makanya, dari belakang tadi terlihat ada
terpal yang menutupinya. Duh kasihan ya. Oh ya, di dekat candi ada kompleks
makam yang konon makan para sesepuh desa itu. Karena tak ada akses masuk ke
dalam candinya , saya hanya memotret saja. Belum lagi, motor saja diparkir
indah gitu saja, saya jadinya was-was. Oke, sampai jumpa lain waktu.
Pos jaganya sepi dan pintunya dibuka gitu aja. |
Selepas dari candi, saya menemukan masalah baru. Pulanganya lewat
mana? Duh, gusti. Saya mencoba lewat jalan alternatif yang katanya mbah gugel
bisa tembus ke Porong. Eh tapi kok ada sungai besar. Tak lain dan tak bukan
adalah Kali Porong. Saya mau nyebrang gimana? Mana ada yuyu kangkang yang mau
membantu.
Akhirnya, saya menuju jalan besar tadi, memutar jalan lagi ke arah Kejapanan untuk mencari candi lagi yang katanya ada di Porong, Sidoarjo.
Peta Candi Bangkal
Sungai Porong yang tak jauh dari candi. Di seberang sana adalah daerah Kecamatan Porong, Sidoarjo. |
Akhirnya, saya menuju jalan besar tadi, memutar jalan lagi ke arah Kejapanan untuk mencari candi lagi yang katanya ada di Porong, Sidoarjo.
Peta Candi Bangkal
Tags
Jalan-jalan
wah unik sekali Candinya cuma 1 diantara persawahan pula
ReplyDeletetravellingaddict.com
iya ams, unik bangeeet
DeleteSungainya bikin mupeng kak..
ReplyDeleteEmang yaaa kebanyakan jalan yang ruwet suka nganterin ke tempat yang Indah. Hehehehe
wah itu sungai tempat pembuangan lumpur Lapindo lho mbak hehe
Deleteemang ruweet banget jaraknya
Candinya ada dipesawahan yah....
ReplyDeleteiya mas, mewah, mepet sawah hihi
DeleteBener-bener pelosok, ya. Nyarinya butuh banget perjuangan. Buahaha.
ReplyDeleteTapi gue agak ngerasa gimana gitu, dia sendirian di tengah sawah. Kasihan, ya? :(
hahaha iya mas, kasian
Deletelebih kasian lagi banyak yg ga tau klo di situ ada candi
Candi di tengah persawahan. Walau cuma satu gitu tapi lokasinya asyik juga, karena saya nggak pernah lihat sawah, haha...
ReplyDeletewah ciyu mbak, gak pernah liat sawah? hehe
Deleteiya candinya merana sekali...
begini nih jeleknya Indonesia,,, warisan budaya tidak di perhatikan dengan baik...
ReplyDeleteiya mas, beginil;ah negara kita,. banyak banget yang kayak gini,. huhu
Deletesaya sering sekali wisata candi, cuma biasanya ke Trowulan. kalau candi Bangkal ini baru tahu, mungkin jalannya yang susah ituza ygbikin candi ini gak terkenal
ReplyDeletesaya ke Trowulan malah belum pernah Bu, hehe
Deletejalannya memang susah carinya
Wah, membaca ini jadi teringat, saya juga pernah nyasar di mojokerto... jalan dan pepohonannya kelihatan sama semua...loh...wkkkk
ReplyDeletekayak labirin ya mbak...
DeleteLuar biasa sekali perjuanganmu Mas. Motoran dari Malang ke Mojokerto "hanya" demi candi di tengah sawah, wekekekek. :D
ReplyDeleteItu kok beberapa fotonya nggak tampil ya? Saya penasaran liat foto isi dalam candinya.