Hari ini diperingati sebagai Hari Guru.
Gambar diambil dari |
Sudah hampir 2 tahun, saya menjadi Guru Tidak Tetap (GTT). Waktu yang masih bisa dibilang singkat.
Nah, dalam mengajar anak-anak, saya sering terinsipirasi oleh guru-guru yang
pernah mengajar saya. Saya memiliki kenangan tak terlupakan dengan guru-guru
ini. Dalam rangka menyambut hari guru, inilah delapan guru dan dosen yang
paling berkesan selama saya sekolah dan kuliah.
1. Ibu Kamsiani (Guru Kelas 1 MIN Malang 2)
Kami memanggilnya dengan Bu Ani. Bu Ani adalah guru yang
megajar saat saya di kelas 1 SD. Bagi saya, Bu Ani adalah panutan bagi
guru-guru kelas 1 SD lain karena sukses mendidik putra-putrinya, terutama dalam
kegiatan membaca dan menulis. Seperti kita ketahui, kelas 1 SD adalah kelas
paling awal pada tingkatan sekolah dasar. Meskipun ada tingkatan di bawahnya, namun
kelas 1 SD menjadi pintu gerbang dan dasar bagi perkembangan segala hal pada
anak. Sikap, membaca dan menulis, serta berhitung berada pada kelas 1 SD.
Dengan telaten, Bu Ani mengajari kami mengenal huruf alfabet
dan merangkainya menjadi kata dan kalimat. Meskipun saya sudah bisa membaca,
namun Bu Ani tetap menyamakan saya dengan teman-teman lain yang belum bisa
membaca. Memang saya agak bosan kala itu, ketika kami harus mengeja satu per
satu kalimat di papan tulis. Belum lagi, kalau kalimat tersebut bisa saya baca
terlebih dahulu. Meski begitu, Bu Ani sangat berperan dalam memperbaiki tulisan
tangan saya menjadi lebih mudah dibaca. Maklum, saat itu, tulisan saya sangat
indah sekali☺☺. Bahkan, Bu Ani sering meminta saya mengulang tulisan yang sudah
saya buat.
Satu hal lagi yang saya ingat adalah, kala itu teman-teman saya yang
tidak bisa membaca diminta untuk memberi label buku tulisnya dengan warna-warna
khusus sesuai dengan mata pelajaran buku tulis tersebut. Setiap hari, kami
dididik disiplin untuk menyiapkan sendiri pelajaran keesokan harinya. Bagi yang
sudah mulai lancar membaca, label tersebut harus dilepas. Memang terlihat
sederhana, namun di akhir tahun pelajaran, hampir semua teman yang awalnya harus
melabeli bukunya sudah dapat melepas label tersebut. Artinya, satu per satu
teman saya yang awalnya tidak bisa atau lancar membaca sudah mampu membaca
dengan baik.
2. Bapak Nur Wahid (Guru Kelas 4 MIN Malang 2)
Nah ini adalah salah satu guru favorit saya saat SD dan saya
jadikan panutan untuk mengajar anak-anak sekarang. Beliau mengajar kami dengan
banyak sekali kreativitas sehingga membuat kami tidak bosan. Pelajaran yang paling
saya suka adalah pelajaran IPA. Kami sering sekali melakukan percobaan sederhana
tentang materi air, bunyi, rangka, dan lain sebagainya. Meski dekat dengan
anak-anak, beliau terkenal disiplin. Jika tak mengerjakan tugas, kami akan dipijat
dengan cukup keras. Walaupun sakit, saya kadang menikmati pijatannya, hehe.
Saya ikut pelajaran beliau lagi pada kelas 6 untuk mata
pelajaran agama (Quran Hadist, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab).
Ada satu hal yang paling berkesan saat diajar beliau waktu itu. Kami tidak
memiliki buku teks. Entah mengapa, tidak ada buku teks waktu itu. Agar
pelajaran dapat berlangsung dengan lancar, beliau merangkumkan materi dalam
buku teks dengan tulisan tangan. Rangkuman tersebut ditulis pada lembaran
kertas yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat kami kantongi di saku. Kami
diminta mengganti fotokopi rangkuman tersebut dengan harga yang sangat murah.
Bayangkan, materi sebanyak itu dirangkum dengan tulisan tangan. Sesuatu yang
sepertinya mustahil saya lakukan sekarang, hehe.
3. Bapak Joko Waluyo (Guru Matematika SMP Negeri 1 Malang)
Ah ini guru favorit saya. Guru yang mengajar saya di kelas 1
dan 3. Entah kenapa, hingga saat ini Pak Joko menjadi inspirasi saya dalam
mengajarkan matematika kepada anak-anak. Pak Joko itu unik. Kami selalu ingin
terus dan terus mengerjakan soal matematika ketika pelajaran beliau. Ternyata,
setelah saya mempelajari teknik beliau, kuncinya adalah latihan intensif
dimulai dari hal paling sederhana. Jika hal paling sederhana belum dikuasai,
maka jangan sekali-kali melanjutkan pada tingkatan berikutnya.
Satu hal lagi, ketika kami mengerjakan soal matematika,
beliau berkeliling untuk memastikan semua siswanya mampu mengerjakan. Yang saya
ingat kadang beliau membetulkan posisi sabuknya, hehe. Bagi beliau (dan bagi
saya juga sekarang), ketika ada satu saja materi dasar yang belum dikuasai oleh
anak, maka akan fatal akibatnya. Maka dari itu, kami diberi soal paling mudah
terlebih dahulu. Penjelasan dari beliau juga enak, runtut, dan mudah dipahami.
Beliau selalu mengulang apakah ada pertanyaan atau materi yang belum paham.
Keberhasilan Pak Joko adalah saat Ujian Nasional, lebih dari separuh siswa
sekelas saya mendapatkan nilai sempurna (100) untuk mata pelajaran matematika.
Sayangnya, saya mendengar dari murid les saya, saat ini Pak
Joko sedang dalam kondisi sakit. Semoga beliau segera diberi kesembuhan oleh
Allah SWT, amin.
4. Ibu Mimin (Guru IPA di SMP Negeri 1 Malang)
Bu Mimin menjadi wali kelas saya saat kelas 2. Bagi saya,
beliau adalah guru yang sangat keibuan. Menjadi ibu kedua bagi kami yang saat
itu sedang berada pada masa pubertas. Masa yang labil dan mudah terpengaruh
oleh kenakalan remaja. Bu Mimin selalu menanyakan keadaan kami dan menanyakan
apakah ada masalah di dalam kelas. Dengan sabar, Bu Mimin menanamkan sikap yang
harus dimiliki oleh seorang remaja. Kadang, beberapa dari kami lebih senang
curhat kepada Bu Mimin dibandingkan ke guru BP. Saat pelajaran, Bu Mimin juga
telaten menjelaskan materi-materi yang kami anggap sulit. Kenangan paling
berkesan terhadap Bu Mimin adalah saat kami mengadakan perpisahan kelas di
sebuah villa. Bu Mimin rela untuk datang dan mengikuti acara dari awal sampai
akhir.
5. Bapak Bambang (Guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 1
Malang)
Salam Mitreka!
Bagi pembaca blog saya yang pernah bersekolah di SMAN 1
Malang pasti kenal guru satu ini. Terkenal dengan panggilan Mr. B, beliau
adalah guru paling terkenang sepanjang masa saat saya sekolah. Disiplin, keras,
dan suara yang lantang (ampun DJ!). Itulah karakter beliau. Meski banyak teman
yang merasa horor saat pelajarannya, tapi bagi saya kok asyik-asyik aja. Memang
sih, awalnya takut, hehe.
Tapi disiplin keras yang dilaksanakan oleh Mr. B ada
hasilnya lho. Hasilnya saya rasakan saat saya mengikuti tes TOEFL. Saat
pelajaran Mr. B, kami harus belajar lebih dulu materi grammar pada hari-hari
sebelumya. Biasanya, Mr. B akan memberi tahu kami tentang materi yang akan
beliau ajarkan. Jangan sekali-kali tidak belajar dan ngeblank saat pelajaran
beliau. Alhasil, wasssalamualaikum yang akan didapat. Sering beliau berkata
dengan lantang dan menggelegar saat mengajar. Hal ini dapat dipahami karena
beliau adalah pengagum Bung Karno sejati.
Tak ada satupun siswa yang mengantuk. Satu hal lagi yang
paling berkesan, di akhir tahun kelas XII, kami diminta untuk membuat paper.
Isinya, kami harus mencari satu teks panjang bahasa inggris yang ditulis oleh
orang yang bahasa pertamanya adalah bahasa Inggris. Teks itu akan dicari ide
pokoknya, lalu dicari struktur kalimatnya, dan kami harus mencari makna
implisit dan eksplisit dari teks tersebut. Sebuah tugas yang lumayan membuat
sakit perut saat itu, hehe.
6. Bapak Susilo (Guru Matematika di SMA Negeri 1 Malang)
Kami memanggi beliau dengan panggilan Pak Sus. Pak Sus ini
punya ciri khas berjenggot tebal seperti Vladimir Lenin. Banyak teman-teman
yang bilang seperti itu. Tapi, meski terkesan menyeramkan, tapi Pak Sus ini
orangnya gokil. Ada aja guyonan yang membuat suasana kelas menjadi seger.
Guyonan paling berkesan adalah ketika ada soal yang sulit, maka beliau bilang
“Dadah....” sambil dadah-dadah. Saya mesti ngakak kalau ingat guyonan itu.
Kehadiran Pak Sus selalu dinanti. Joke-joke segar selalu keluar dari mulut
beliau.
Pengajaran yang saya ingat adalah kami diharuskan membuat
catatan rumus cepat dalam sebuah notes kecil. Notes ini harus dibawa ketika
pelajaran agar kami cepat mengingat konsep dan rumus matematika.
7. Pak Effendy (Dosen Kimia Anorganik Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Malang)
Saya gak bisa berkata-kata dengan beliau ini. Meski salah
jurusan, saya masih bersyukur dipertemukan dan bisa menimba ilmu secara
langsung dengan beliau. Saya berkesempatan belajar beliau pada 4 matakuliah,
yakni Ikatan Kimia, Kimia Anorganik Fisik, Struktur dan Keraktifan, serta Kimia
Zat Padat. Empat matakuliah horor yang tidak meluluskan banyak mahasiswanya.
Meski matakuliah tersebut amat sangat sulit sekali, entah
kenapa, saya kok enjoy ketika beliau menerangkan. Padahal, kami sering
ditinggal dinas keluar karena beliau memang sangat sibuk. Meski sebentar, apa
yang beliau ajarkan dengan mudah kami tangkap. Kuncinya, beliau selalu
menganologikan kejadian sehari-hari dengan materi-materi sulit pada mata kuliah
tersebut. Buku-buku yang beliau tulis mudah sekali dipahami. Beliau juga sering
menghubungkan fenomena kimia dengan ilmu agama. Dan lagi, kepribadian beliau
yang rendah hati membuat saya kagum (kisah selengkapnya bisa dibaca di sini).
8. Bu Siti Marfuah (Dosen Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Malang)
Dosen satu ini bagi saya sangat spesial. Selain merupakan
dosen pembimbing skripsi saya, Bu Marfuah adalah salah satu dosen favorit
teman-teman. Meski mengajar untuk tingkatan S-1, beliau seperti mengajar anak
SD. Perlahan, telaten, dan selalu memastikan peserta didiknya bisa memahami
materi dengan jelas. Saya diajar beliau pada matakuliah Kimia Organik Fisik.
Mata kuliah ini juga cukup sulit karena menyangkut mekanisme reaksi kimia
organik. Tiap tahapan reaksi harus benar-benar dipahami dengan jelas. Bu
Marfuah dengan telaten mengajarkan tiap tahap pada sebuah pen tablet. Alon-alon
asal kelakon.
Ketika bimbingan skripsi, saya juga senang dengan model
bimbingannya. Beliau menyempatkan waktu seminggu sekali untuk mahasiswa
bimbingannya. Jadi, kami tidak perlu mencari dan menunggu. Tapi, kami juga
harus disiplin dan konsisten mengerjakan penelitian dengan baik. Beliau juga
terus menanyakan perkembangan penelitian yang telah kami lakukan. Satu hal
paling berkesan adalah ketika saya “curhat” kalau saya salah jurusan mengambil
jurusan kuliah. Momen tersebut adalah momen paling terkenang selama saya
kuliah. Dengan bijak, beliau bilang bahwa apa yang saya kerjakan sekarang (saat
itu) adalah pintu gerbang untuk menuju apa yang cita-citakan. Jadi, saya harus
tetap meneruskan skripsi sampai titik darah penghabisan. Beliau juga berpesan,
meski tidak secara akademik ilmu kimia tidak saya lanjutkan, tapi saya juga masih
bisa berkontribusi untuk orang banyak. Saya tahu mungkin curhatan kala itu
membuat beliau kecewa, tapi mau bagaimana lagi? Meski begitu, ilmu dari Bu
Marfuah sangat berharga bagi saya.
Itulah 8 guru dan dosen yang paling berkesan. Karena
keterbatasan tempat, saya hanya menyebutkan sebagian kecil dari seluruh guru
yang pernah mengajar saya. Sungguh, saya tidak ada apa-apanya tanpa
beliau-beliau. Semoga, apa yang beliau berikan pada saya bisa menjadi amal yang
bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat. Selamat hari Guru bagi seluruh guru
di seluruh Indonesia dan dunia. Selamat mencerdaskan bangsa!
NB : Silahkan menambahkan komentar, terutama bagi para
pembaca yang pernah diajar beliau-beliau tadi. Kita sedikit bernostalgia, yuk!
Tags
Catatanku
terpujilah untuk bapak ibu guru, selamat hari guru nasional, senang sekali bisa mengingat bapak ibu gurunya dengan lengkap
ReplyDeletejasa guru tak terkira, mengenangnya adalah salah satu membalas jasanya :)
DeleteTerimakasih sudah mampir
Lho mas? Kuliah di UM?? Aku juga di UM matematika,
ReplyDeletewalah, sealmamater tho,
Deleteiya mbak. kita sefakultas, saya kimia tapi