Saya masih butuh piknik
Mengingat waktu libur yang tak terlalu panjang, maka saya
harus bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Saya tak mau, waktu liburan
hanya habis di jalan, atau habis di kamar. Maka saya pun jalan-jalan lagi
ke kota tetangga, Surabaya. Kalau dipikir sih, saya juga akan menghabiskan
waktu di jalan, mengingat jalur Malang-Surabaya adalah jalur macet terparah abad
ini, apalagi di musim liburan. Namun, karena ada promo KA Singasari Ekspres,
meski mahal, tapi memberikan alternatif waktu tempuh yang singkat, akhirnya saya pun
datang ke kota ini.
Oke, singkat cerita saya sampai di Surabaya. Dan saya ingin ke
pantai. Tapi bukan ke Kenjeran, yang sering saya kunjungi saat masih TK. Untungnya,
saya memiliki akun IG dan mencoba mencari kata “sparkling surabaya”. Eh ndilalah
munculah akun ngehits bereneka rupa yang berlatar belakang pohon Mangrove
rindang. Nah, Gotcha!
Saya pun berselancar di dunia maya. Ternyata, tempat ini
bernama Hutan Mangrove Wonorejo, lebih tepatnya Ekowisata Hutan Mangrove Surabaya. Kalau dilihat
dari namanya, pastilah tempat ini berhubungan dengan segala hal yang
berhubungan dengan lingkungan. Masih hangat di kepala saya bagaimana lemburan
Green School kemarin. Sepertinya, tak ada salahnya saya mengunjungi tempat ini,
yang masih relevan dengan isu-isu lingkungan.
Setelah check-out dari hostel, saya menuju tempat ini yang
jauhnya minta ampun. Tempat wisata ini berada di daerah Wonorejo. Kalau tak
salah, dari arah Jemursari, kita bisa berlanjut ke arah Prapen. Sampai di
perempatan menuju terminal Bratang, kita ambil jalan ke arah timur. Drai situ
kita lurus saja, sampai bertemu dengan komplek beberapa PTS ternama, yakni STIKOM
Surabaya dan STIE Perbanas. Perjalanan berlanjut hingga saya hanya menemukan
petakan tanah kosong dan perumahan yang belum jadi. Saya sempat pesimis apa
mungkin hutan asri begitu bakal ada di tempat, yang bagi saya meragukan seperti
itu, hehe.
Namun, pada akhirnya, saya menemukan petunjuk jalan
bertuliskan Ekowisata Hutan Mangrove. Yes sebentar lagi. Beberapa saat
kemudian, saya sudah sampai. Saat itu maish pagi, jadi tak banyak pengunjung
yang datang. Meski begitu, teriknya panas membuat saya agak nggliyeng. Surabaya,
Cak!
Go Narsis! |
Saya agak kaget karena ternyata tak ada karcis yang ditarik
saat kita masuk. Jadi, saya ya langsung masuk saja. Di sana saya menemukan
banyak gazebo yang dikelilingi oleh rerimbunan pohon bakau. Oh ini toh tempatnya.
Kita bisa memilih spot-spot menarik untuk .....Narsis. ya, apalagi. Narsis menjadi
wajib ain kan sekarang? Maka tak heran, kalau mas-mas penjual mie instan
menanyakan apakah saya akan foto prewedding, karena ybs melihat ransel saya
penuh. Hahaha, preweding. Langsung wedding saja deh mas. Amin.
Peta sebaran hutan mangrove di pantai timur Surabaya |
Saya berjalan bolak-balik di tempat narsis itu. Melihat dengan
absurd para pengunjung yang sakaw. Eh tapi ada beberapa informasi penting yang
sepertinya dilewatkan para pengunjung. Yakni informasi jenis-jenis flora dan
fauna yang ada di sana. Tentunya, yang menjadi titik utamanya adalah Mangrove.
Mangrove sendiri adalah tumbuhan
berkayu, maupun semak belukar yang menempati habitat antara darat dan laut yang
tergenang air laut secara periodik. Ternyata,
pohon yang kita sebut sebagai bakau banyak jenisnya. Jumlah jenis mangrove di
Indonesia mencapai 89 yang terdiri dari 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis
perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit, dan 2 jenis parasit. Wah banyak ya. Dan sebagian
jenis Mangrove itu ada di Hutan Mangrove Wonorejo ini.
Informasi flora dan fauna di hutan Mangrove |
Oke, saya sudah capek berkeliling. Namun, ternyata
perjalanan sesungguhnya masih panjang. Pengunjung bisa naik perahu dan menyusuri
hutan Mangrove di perairan payau, yang merupakan pertemuan antara perairan air
tawar dengan perairan air asin. Sehingga, kita bisa menyusuri perairan di
sekitar hutan mangrove ini menuju.......laut. Yes!
Saya tak menyia-nyiakan kesempatan langka ini. Bermodal 25
ribu rupiah, saya pun naik ke perahu. Menyusuri perairan payau ini, saya
dimanjakan oleh pemandangan elok deretan pohon bakau di kanan dan kiri. Beberapa
burung hilir mudik menambah semarak suasana di sana. Saya jadi lupa kalau
sekarang saya ada di Surabaya, kota terbesar di Jatim. Kota yang gegap gempita
dengan segala polusi udaranya. Saya pun masih belum yakin kalau ini ada di
Surabaya.
Oh ini lho yang disebut muara. Pertemuan sungai dan laut. |
Perjalanan kami berakhir di muara sungai. Saat mata kami
melihat laut lepas. Saya yakin, pemandangan di depan kami adalah Selat Madura. Nah,
di sinilah saya mulai sadar akan manfaat hutan mangrove. Entah memang ombak di
perairan Selat Madura memang tak terlalu tinggi tapi kapal kami tak mendapat
goncangan hebat saat berada di muara. Tenang
dan damai.
Kamipun merapat di sebuah dermaga. Di sana ternyata kami
diizinkan untuk jalan-jalan dan menikmati keindahan hutan Mangrove hingga pukul
16.00. Nanti akan ada perahu yang menjemput kami. Dan ternyata, hutannya lebih
rimbun dari yang tadi. Meski bau amis khas air payau menyerbak, namun saya
tetap menikmatinya. Yang penting seger.
Perjalanan masih berlanjut. Hutannya semakin rimbun |
Oh ya di dalam hutan itu disediakan toilet dan Mushola. Hanya
saja, tak ada pedagang di sana. Jadi, kalau kita lapar, kita bisa bawa bekal
dan duduk manja di gazebo yang sudah disediakan. Melihat para mancing mania
mencari buruannya. Kita juga bisa memandang hutan mangrove yang menghadap
langsung ke Selat Madura. Keren.
Gazebo yang menghadap Selat Madura. Kita bisa duduk manja di sana |
Hutan ini luasnya sekitar 223 ha. Hutan ini menjadi
pelindung Kota surabaya dari ancaman banjir, terutama banjir rob. Selain itu,
hutan Mangrove juga menjadi habitat berbagai jenis burung di pantai timur
Surabaya. Jadi, keberadaannya sangat penting. Sebenarnya, selain di daerah
Wonorejo sendiri, hutan Mangrove juga tersebar di daerah Gunung Anyar, Keputih,
dan Medokan Ayu. Cuma akses termudah untuk menikmati hutan ini ya di Wonorejo. Selain
itu, pemerintah dan pihak terkait juga sudah mulai nggenah mengurusi daerah
ekowisata ini. Apalagi, karena tempat ini sudah ter-IG, maka pengunjung pun
mulai banyak berdatangan.
Berbagai jenis burung yang saya temui di sana |
Hanya sayang, mulai banyak sampah yang berceceran yang menciderai
indahnya tempat ini. Selain itu, alangkah
baiknya jika diadakan
tour wisata edukasi yang mengajak pengunjung tidak hanya sekedar narsis, tapi juga
sadar akan pentingnya keberdaan hutan Mangrove.