Kalau lagi liburan di luar kota lebih dari semalam, kita
harus menginap dong
Untung-untungan, saya punya tebengan untuk tidur. Nah bagaimana
kalau tak untung? Yah mau gak mau, saya harus membayar sewa untuk tidur, alias
penginapan. Maka, pengeluaran saya saat jalan-jalan pasti tersedot untuk itu.
Naas bagi saya, yang tak terlalu punya banyak uang untuk
pengeluaran seperti itu. Lebih tepatnya sih sayang. Lha cuma buat bobo’ aja. Masak
mau menghabiskan waktu di penginapan saja. Karena alasan itulah, saya berusaha
semaksimal mungkin mencari penginapan
yang semurah mungkin tapi masih asyik, masih enak buat dinikmati, dan tentunya
aman. Yups. Pilihan saya jatuh kepada hostel.
Yang khas dari hostel adalah tempat tidurnya berupa bunk bed (tempat tidur susun) |
Hotel yang memakai huruf s di tengahnya in i bagi saya cukup
realistis untuk dijadikan tempat menginap. Terutama saat saya berjalan-jalan
sendirian. Kalau sewa hotel sekamar sendiri, bagis aya kok gak asyik. Masak tidur
sendiri. Belum lagi kalau hotelnya ada apa-apa, hiiii. Selain itu, menginap di
hostel bagi saya memberikan pengalaman plus-plus.
Ketemu temen baru di hostel |
Saya bisa bertemu dengan banyak orang baru. Tak hanya dari Indonesia saja, tapi juga dari mancanegara. Meski saya
belum pernah jalan-jalan ke luar negeri, tapi saya bisa melihat karakter para
penghuni hostel dari mancanegara tersebut. Saat mereka mandi, makan, atau berkemas-kemas,
yang membuat saya bisa memahami perbedaan yang kami miliki.
Seorang tamu asing tertidur di lobi menunggu waktu check in. Mungkin dia lelah |
Tak hanya itu, kadang kami berkenalan dan berbincang hangat.
Bertukar pikiran tentang tempat-tempat wisata. Tak jarang, saya menjadi guide
dadakan, meski bahasa inggris saya cukup kacau, haha. Yang penting nyambung. Dari
sekian hostel yang saya datangi, rata-rata penghuninya adalah orang asing. Jarang
sekali tamu dari negeri sendiri.
Meskipun gak se-wow hotel, leyeh2 di lobi hostel juga asyik |
Berbicara masalah fasilitas, saya cukup puas dengan
hostel-hostel yang saya tempati. Mulai dari kamar mandi yang bersih dan banyak.
Loker yang aman, hingga tempat tidur yang nyaman. Meski sering mendengar suara
kresek-kresek saat kita tidur, tapi bagi saya gak masalah. Lebih menyebalkan
mendengar gosipan ibu-ibu kan? Beberapa hostel juga menyediakan sarapan gratis
dengan menu yang lumayan oke.
Sarapan gratis di rooftop hostel |
Yang asyik, di hostel saya kemarin, tempat tidurnya mirip
barak penjara. Satu ruangan diiisi lebih dari 20 orang. Jadi, ruangan ditata seminimal
mungkin. Kami tidur di bunk bed yang menurut saya diset seperti almari. Jadinya
memang terlihat sempit. Tapi saat saya masuk, eh lumayan luas. Bahkan disediakan
pula tempat untuk menyalakan laptop. Fasilitas free wifi yang kencang membuat
saya betah. Horeee.
Tempat tidur seperti almari |
Wifi kencang, nikmat apa yang engkau dustakan? |
Jangan kaget jika pemandangan tidur anda seperti ini, eh? |
Kocek yang tak terlalu tinggi, tak sampai 150 ribuan per
malam membuat hostel menjadi pilihan pertama saya saat menginap di luar kota. Mau
mencoba?
Tags
Catatanku