Witing Trisno Jalaran Soko Kulino itu Bernama Cinlok
Cinlok atau cinta lokasi. Siapa sih yang tak tahu istilah ini. Biasanya para para artis (sinetron) yang kerap mengalaminya. Entah itu karena seringnya bertemu atau terbawa oleh peran. Yang jelas, kita telah menyaksikan betapa indahnya kisah cinta Primus Yustisio-Jihan Fahira, Teuku Wisnu-Shiren Sungkar, Teuku Firman-Cindy Fatika Sari, dll.
Bila berbicara mengenai cinlok, memang tak hanya ada di dunia persinetronan kerjar tayang. Di dunia sehari-hari pun banyak sekali kita saksikan. Mulai dari tempat kerja, kuliah, atau bahkan sekolah. Saya sendiri menjadi saksi sejarah cinlok beberapa orang yang saya kenal. Nah yang unik, paling banyak adalah cinlok saat kuliah. Ada beberapa pihak yang bilang kalau di jurusan saya akan banyak sekali cinlok yang terjadi. Hal ini bukan isapan jempol semata. Ada beberapa dosen yang merupakan pasangan suami istri. Mereka masih setia sampai saat ini dan tetap mesra saat di kampus. Saya sendiri kadang baru menyadari kalau Pak Dosen tersebut adalah suami dari Bu Dosen. Mungkin hal ini karena kehidupan kampus yang begitu dinamis dan sangat cuek. Saya baru tahu kalau tiba-tiba berpapasan saat pulang kuliah. Mereka pun pulang bersama. Ah so sweetnya.
Saat lulus dari S1 kemarin, saya menemukan sekitar 5-6 pasang teman satu kelas yang menjalin asmara. Bahkan mereka ada yang sudah planning melangkah ke jenjang yang lebih serius karena sudah sama-sama bekerja. Beberapa diantaranya sudah menjalin hubungan sejak semester awal. Ada juga yang intens saat praktik kerja lapangan. Ada pula yang justru baru menjalin hubungan serius saat akan lulus.
Menjalani cinlok ada enak dan tidak enaknya. Enaknya memang kita akan sering bertemu dan akan lebih bisa mengenal sifat dan karakter masing-masing. Duile kayak tahu banget saya. Tapi benar lho, cinlok itu seperti ikatan kovalen yang memiliki panjang ikatan pendek. Akibatnya, gaya tarik elektrostatik (antara inti atom dan awan elektron) yang terjadi akan semakin kuat sehingga ikatan akan menjadi semakin kuat. Bandingkan saja dengan LDR, panjang ikatannya semakin jauh, gaya tarik elektrostatik semakin lemah, akibatnya kekuatan ikatan melemah sehingga mudah putus. Duh kok jadi membicarakan matkul Ikatan Kimia sih. Tapi bisalah digunakan sebagai analog.
Dengan seringnya bertemu, maka peluang untuk menjalin komunikasi yang intensif menjadi lebih terbuka. Namun, cinlok juga ada kekurangannya. Tadi telah disebutkan panjang ikatan kovalen pada cinlok lebih pendek. Nah selain adanya gaya tarik elektrostatik antara inti atom dan awan elektron, ada juga gaya tolak antar elektron. Gaya tolak antar elektron tadi bisa membuat ikatan melemah sehingga bisa saja ikatan menjadi putus jika besarnya lebih tinggi daripada gaya tarik tadi. Gaya tolak ini bisa saja berupa ego yang tinggi. Akibatnya akan sering terjadi pertengkaran daripada komunikasi yang diharapkan. Terlalu cemburu lah, posesif lah, cueklah, dll. Intinya sebenarnya bagaimana mengontrol gaya tarik dan gaya tolak tadi. Untuk melakukan sebuah ikatan menjadi sebuah senyawa, dua atom yang berikatan harus berada pada tingkat energi yang paling rendah, yang paling stabil. Saat energi menjadi stabil, maka kemampuannya melakukan interaksi dengan atom lain menjadi bertambah sehingga akan mudah melakukan ikatan. Sama dengan cinlok, dengan membuang ego jauh-jauh dan menyetabilkan diri, maka jalinan cinta akan bisa terjadi. Apalagi, probabilitas bertemu menjadi besar, sama halnya dua atom yang sering bertumbukan sebelum terjadi ikatan.
Itulah cinlok. Lokasi memang menjadi peluang sebuah cinta, tapi tetap Tuhanlah yang menentukan. Seperti kata Werner Heisenberg dalam prinsip ketidakpastian atomnya yang terkenal: Kita tak akan bisa menentukan dengan tepat posisi dan momentum sebuah atom, kita hanya bisa menetukan kemungkinan adanya atom tersebut (yang dikenal dengan orbital atom). Kita tak akan bisa menentukan dengan tepat kapan dan di mana jodoh kita, yang bisa kita lakukan adalah mencari peluang untuk mendapatkannya (semua diserahkan pada Tuhan). Sekian, bagaimana dengan anda. Apakah sudah menemukan cinlok. Jangan-jangan sudah ada banyak cinlok di Kompasiana ini. Hayo-hayo..
Inget film cinlok ini kan? (chimci.blogspot.com) |
Cinlok atau cinta lokasi. Siapa sih yang tak tahu istilah ini. Biasanya para para artis (sinetron) yang kerap mengalaminya. Entah itu karena seringnya bertemu atau terbawa oleh peran. Yang jelas, kita telah menyaksikan betapa indahnya kisah cinta Primus Yustisio-Jihan Fahira, Teuku Wisnu-Shiren Sungkar, Teuku Firman-Cindy Fatika Sari, dll.
Bila berbicara mengenai cinlok, memang tak hanya ada di dunia persinetronan kerjar tayang. Di dunia sehari-hari pun banyak sekali kita saksikan. Mulai dari tempat kerja, kuliah, atau bahkan sekolah. Saya sendiri menjadi saksi sejarah cinlok beberapa orang yang saya kenal. Nah yang unik, paling banyak adalah cinlok saat kuliah. Ada beberapa pihak yang bilang kalau di jurusan saya akan banyak sekali cinlok yang terjadi. Hal ini bukan isapan jempol semata. Ada beberapa dosen yang merupakan pasangan suami istri. Mereka masih setia sampai saat ini dan tetap mesra saat di kampus. Saya sendiri kadang baru menyadari kalau Pak Dosen tersebut adalah suami dari Bu Dosen. Mungkin hal ini karena kehidupan kampus yang begitu dinamis dan sangat cuek. Saya baru tahu kalau tiba-tiba berpapasan saat pulang kuliah. Mereka pun pulang bersama. Ah so sweetnya.
Saat lulus dari S1 kemarin, saya menemukan sekitar 5-6 pasang teman satu kelas yang menjalin asmara. Bahkan mereka ada yang sudah planning melangkah ke jenjang yang lebih serius karena sudah sama-sama bekerja. Beberapa diantaranya sudah menjalin hubungan sejak semester awal. Ada juga yang intens saat praktik kerja lapangan. Ada pula yang justru baru menjalin hubungan serius saat akan lulus.
Menjalani cinlok ada enak dan tidak enaknya. Enaknya memang kita akan sering bertemu dan akan lebih bisa mengenal sifat dan karakter masing-masing. Duile kayak tahu banget saya. Tapi benar lho, cinlok itu seperti ikatan kovalen yang memiliki panjang ikatan pendek. Akibatnya, gaya tarik elektrostatik (antara inti atom dan awan elektron) yang terjadi akan semakin kuat sehingga ikatan akan menjadi semakin kuat. Bandingkan saja dengan LDR, panjang ikatannya semakin jauh, gaya tarik elektrostatik semakin lemah, akibatnya kekuatan ikatan melemah sehingga mudah putus. Duh kok jadi membicarakan matkul Ikatan Kimia sih. Tapi bisalah digunakan sebagai analog.
Interaksi dua atom yang berikatan : (1) Gaya tarik antara inti atom dan awan elektron (2) Gaya tolak antar awan elektron (ibchem.com) |
Dengan seringnya bertemu, maka peluang untuk menjalin komunikasi yang intensif menjadi lebih terbuka. Namun, cinlok juga ada kekurangannya. Tadi telah disebutkan panjang ikatan kovalen pada cinlok lebih pendek. Nah selain adanya gaya tarik elektrostatik antara inti atom dan awan elektron, ada juga gaya tolak antar elektron. Gaya tolak antar elektron tadi bisa membuat ikatan melemah sehingga bisa saja ikatan menjadi putus jika besarnya lebih tinggi daripada gaya tarik tadi. Gaya tolak ini bisa saja berupa ego yang tinggi. Akibatnya akan sering terjadi pertengkaran daripada komunikasi yang diharapkan. Terlalu cemburu lah, posesif lah, cueklah, dll. Intinya sebenarnya bagaimana mengontrol gaya tarik dan gaya tolak tadi. Untuk melakukan sebuah ikatan menjadi sebuah senyawa, dua atom yang berikatan harus berada pada tingkat energi yang paling rendah, yang paling stabil. Saat energi menjadi stabil, maka kemampuannya melakukan interaksi dengan atom lain menjadi bertambah sehingga akan mudah melakukan ikatan. Sama dengan cinlok, dengan membuang ego jauh-jauh dan menyetabilkan diri, maka jalinan cinta akan bisa terjadi. Apalagi, probabilitas bertemu menjadi besar, sama halnya dua atom yang sering bertumbukan sebelum terjadi ikatan.
Itulah cinlok. Lokasi memang menjadi peluang sebuah cinta, tapi tetap Tuhanlah yang menentukan. Seperti kata Werner Heisenberg dalam prinsip ketidakpastian atomnya yang terkenal: Kita tak akan bisa menentukan dengan tepat posisi dan momentum sebuah atom, kita hanya bisa menetukan kemungkinan adanya atom tersebut (yang dikenal dengan orbital atom). Kita tak akan bisa menentukan dengan tepat kapan dan di mana jodoh kita, yang bisa kita lakukan adalah mencari peluang untuk mendapatkannya (semua diserahkan pada Tuhan). Sekian, bagaimana dengan anda. Apakah sudah menemukan cinlok. Jangan-jangan sudah ada banyak cinlok di Kompasiana ini. Hayo-hayo..
Tags
Seputar Kimia