Hore saya akhirnya liburan. Setelah masa penantian lama dan
dihajar dengan berbagai kesibukan, saya mendaptakan cuti liburan 2 minggu. Haha
lama ya. Pastinya dong. Kebetulan, tahun ini, hari raya Idul Fitri bertepatan
dengan pekan liburan sekolah, bisa dibayangkan dong betapa panjang liburan
saya. Yah, sebagai guru, saya tak bisa cuti sesuka hati karena waktu liburan
sudah dijatah oleh pemerintah.
Sebanarnya, saya tak merencanakan liburan
keluar kota, mungkin hanya sebatas dalam kota saja atau explore pantai-pantai
Malang selatan yang ciamik dan tak ada bandingannya di dunia. Ta[i kenapa, saya
kok memilih kota yang saya datangi di liburan sebelumnya, apalagi kalau bukan
Jogja.
Sebenarnya, tujuan utama saya bukan ke Jogja,
melainkan Candi di sekitaran Magelang dan Ungaran, dengan menginap di Kota
Semarang. Namun, mengingat ini adalah liburan terpanjang masa, maka segala
akomodasi ke Semarang ludes des....
Saya masih punya back up plan sebenarnya dari
Jogja nanti ke Ungaran, tapi entah mengapa kok gak jadi. Mungkin karena juga
saya gak ada temen mau jalan sejauh itu. Akhirnya, dengan rela hati saya
menjelajah Jogja lagi.
Kali ini saya menyewa guide yang membawa saya
ke tempat-tempat wisata seharian penuh. Oh iya, kalau kita ingin lebih hemat
waktu dan tenaga bisa kok sewa guide semacam ini, apalagi bagi saya yang
sendirian. Oke, perjalanan pertama saya dimulai. Tujuannya adalah beberapa
wisata alam di Kulon Progo. Nah ternyata saat perjalanan menuju ke sana, saya
baru tau kalau daerah ini keren banget. Jalanan dan pemandangannya sih mirip
sama di daerah Batu dan Eksklave Kabupaten Malang (Pujon, Ngantang, Kasembon).
Bedanya di sini penduduknya lebih jarang, gak seperti di daerah-daerah tadi
yang sudha menjamur berbagai minimarket dan bangunan lain. Jalannya mulus
lus.... ya meski pastinya naik turun.
Tujuan saya yang pertama adalah kawasan wisata
Kedung Pedut. Konon, menurut mas guide, di sana ada beberapa air terjun yang
oke punya. Sebenarnya, saya gak niat ke sini, tapi karena direkomendasikan jadi
ikut aja. Perjalanan ke sana menempuh jarak cukup jauh, yah sekitar 50 kman
dari kota Jogja. Menaiki lembah menuruni bukit. Entah kenapa, mas guidenya
mengambil jalan lain yang tak ramai, tapi akhirnya sempat kesasar juga.
Tiba-tiba saya melihat plang SD bertuliskan Pemerintah Kabupaten Purworejo, lha
ini ke mana?
Ternyata masnya salah jalur, pas muter eh
tiba-tiba braakkkk
Kita jatuh...haha dibuat ketawa aja. Meski
kaki saya sakit sih dan masnya keluar darah di tangannya. Tapi the show must go
on. Tak lama kiemudian, kami tiba di sebuah tempat yang telah banyak motor dan
mobil terparkir. Wah sudah rame.
This is it! Kedung Pedut waterfall. Mana air
terjunnya tapi?
Oh ternyata kita harus trekking dulu. Kayak di
Coban Rondho sih. Tapi ini jalannya amsih baru dibuat, keliatan banget bekas
galian dan sejenisnya. Saya cukup salut masyarakat sekitar yang mengelola
wisata ini cukup all out, jadi meski ada tiket masuk sebanding lah sama
fasilitas.
Di sini ada beberapa area yang terdiri dari
beberapa spot. Saya lupa kalau tak salah ada sekitar 6 air terjun yang ada.
Jadi, kita harus jalan dari air terjun satu ke terjun lainnya. Kata masnya kita
bisa foto di beberapa tempat dan nanti di yang paling akhir ada air terjun tertingginya.
Oke saya foto dulu. Cekrak cekrek.
Lanjut ada lagi air terjun yang ada spot
flying foxnya. Masnya tanya saya mau coba. Bukan karena memang saya takut
ketinggian sih, tapi nanti aja, kalau mau ginian nunggu yang gratisan saja sama
anak-anak di sekolah, haha.
Nah akhirnya, saya sampai di air terjun yang
paling besar dan ternyata....................
Bukan maksud saya apa ya, mungkin karena di
Malang ada banyak air terjun yang maha gila seperti Coban Rondho tempat
saya sering camping, Coban Pelangi yang
mau ke Gn Bromo, atau yang lagi ngehits Coban Pitu, jadinya ya ....biasa aja.
Asyik sih sebenarnya, karena air yang turun berwarna biru toska, kontras banget
sama batuan coklat muda di sekitarnya. Yah tapi itu, karena saya sering
berwisata ke air terjun yang tingiiiiiii banget jadinya saya tak terlalu wow.
Meski begitu, saya hargai orang-orang sini yang sudah niat banget mempromosikan
tempat wisatanya. Dua jempol. Apalagi tempatnya yang amsih alami banget, boleh
lah dikunjungi.
Kami berlanjut ke Kalibiru. Nah gak tau kenapa
saya kok jadi penegn ke sini, padahal di Kota wisata Batu juga ada. Tempat ini
bagus buat spot foto di atas pohon, tepatnya di atas tatakan kayu yang
ditempatkan di pohon. Kalibiru sendiri adalah puncak sebuah bukit yang jado
spot foto melihat alam di bawahnya. Semacam Gunung Banyak di Kota Batu.
Bedanya. Kalau di sini kita bisa melihat Waduk Sermo di bawahnya. Kalau di Batu
kan gak ada waduknya. Untuk menuju ke sana, kita jalan lagi, cukup jauh juga.
Tapi lama-lama saya melihat kok banyak mobil, bus, dan motor. Duh, mulai bad
feeling nih. Ternyata perkiraan saya benar. Tempatnya rameeee banget. Dari
Sabang sampai Merauke pada ke sini. Rumpik deh,
Oke karena sudah ke sini kami masuk. Tiket
masuk ke sini dihargai 10 ribu. Dibanding tempat sebelumbya, tempat ini sudah
touristy banget. Fasilitasnya lebih lengkap. Bahkan ada mobil SARny buat
jaga-jaga. Setelah trekking lagi, kami sampai dan.....................
Rameeeee banget, kayak di Matos atau MOG kalau
lagi malem minggu. Kata mas guide ini karena instagram yang sering banget
orang-orang upload foto intagramable jadinya yah kayak gini. Saya yang kepingin
foto di atas pohon eh di atas kayu yang nempel di pohon jadi gagal. Lha harus
nunggu 50 antrean. Lagipula, yang kebagian foto gak kira-kira, sepuas-puasnya,
jadi antreannya malah lama. Mungkin spot fotonya harus ditambah dan ada batasan
waktu buat foto, kan kasihan saya. Hiks. Nanti saja, saya akan ke Batu, lagi
keren juga. Oh ya kalau mau foto di atas pohon eh di atas kayu, kita bayar 10
rebu, kalau mau flying fox 35 rebu, lumayan lah.
Karena tiba-tiba hujan, kami pun meneduh biar
gak sakit sambil makan mie instan plus sholat. Lalu mas guide memebri opsi apa
saya jadi ke Puncak Suroloyo atau turun saja. Melihat sikon dan waktu saya kok
mending turun aja ya, ya sudah akhirnya kami ke Waduk Sermo, yang kita lihat
dari atas kalibiru tadi. Saat turun saya masih mendapati rombongan wisatawan
yang naik bus atau mobil. Gila, mau sampai jam berapa mereka di sana?
Beberapa saat kemudian, tampaklah sebuah
genangan air yang cukup besar, inilah dia waduk Sermo. Sebuah waduk yang masih
di daerah Kulonprogo, DIY. Waduknya masih alami banget, gak kayak waduk
Karangkates atau Selorejo yang sampahnya naudzubillah. Selain itu, pemandangannya
kayak di dongeng-dongeng gitu, jadi waduknya pas dikelilingi bukit-bukit. Saya
sempat ngayal kalau tiba-tiba ada Nyessi, tapi ini kan bukan di Skotlandia,
haha.
Kita gak perlu bayar karcis masuk, Cuma parkir
motor aja. Dan sebenarnya kita bisa lho naik perahu keliling waduk, tapi saya
gak tertarik. Maunya sih duduk-duduk di Gazebo, tapi lha kok gazebonya
digembok. Ya sudah, foto-foto lagi aja.
Ada yang mau saya ajak jalan-jalan? |
Dan berakhirlah perjalanan saya. Catatan
penting nih, kalau ke Jogja boleh maen ke Kulonprogo. Bagi saya sih, bukan
tempat wisatanya yang bagus saja, tapi jalan ke sananya itu lho. Keren banget.
Belum lagi, keramahan orangnya, ah nanti kalau ada waktu lagi saya ke sini lagi
bareng temen sebis.
Tags
Jalan-jalan
Eh, mas tourguidenya kok lucu? Sempet nyasar sampe jatuh segala, hihihii.. Yang penting hepi ya Mas. Reportasenya oke :D
ReplyDeleteMestinya untuk naik ke atas papan kayu (untuk foto) dibatasi waktunya ya, misal maksimal 15 menit kalo lagi rame, jadi nggak antri parah, biar yang lain juga kebagian, kasian udah dateng jauh-jauh nggak sempet foto hehe :D
Haha iya yg penting Heppi mbak dan bs hirup udara segar
DeleteHarusnya gitu di Baty jg ada dan dibatasi jauh2 eh g bs foto
Btw mksh mbak udah mampir😉