Liburan ke Jogja kemarin adalah liburan yang paling tidak
menyenangkan sepanjang hidup saya.
Alasan lebih panjangnya bisa disimak di sini. Tapi, diantara
sekian banyak alasan, satu hal yang membuat saya tak bisa benar-benar menikmati
perjalanan adalah sang sopir. Gimana enggak, dengan kondisi saya yang sakit
berat seperti itu, perjalanan semakin berat lantaran bus melaju dengan
kecepatan setan. Sesaki bus mengerem mendadak dan saya sukses melayang dari
kursi saya. Padahal, saya sedang akan menuju pulau mimpi yang membuat batuk
parah saya semakin menjadi-jadi.
Laju bus yang mengerikan seperti itu tak lain dan tak bukan
akibat peran sopir yang sedang berada dalam kondisi tertentu. Ada beberapa
penyebab sang sopir melakukan tindakan yang tak membuat penumpang tak nyaman.
Beberapa penyebab juga bisa saling berkaitan.
Alasan pertama biasanya sih, masalah waktu. Kadang sopir
berburu waktu karena tempat yang dituju sangat banyak. Belum lagi, jika kondisi
jalan sedang mengalami hambatan seperti macet parah atau ada perbaikan.
Alasan kedua adalah kurangnya koordinasi antara pihak
pengelola bus dengan sopir, juga dengan pihak penyewa bus. Saya sering
mengalami tur yang membutuhkan banyak tempat namun jumlah waktunya terbatas.
Saat pihak panitia menyewa bus, pemillik bus menyanggupi berbagai rencana
kunjungan yang akan dilakukan. Namun mereka tak memperkirakan waktu tempuh
dengan baik. Di atas kertas, perjalanan yang direncanakan bisa saja berlangsung
dengan mulus, tapi di lapangan? Nah inilah yang kadang menjadi penyebab
ketidaknyamanan saya jika ikut tur dengan jumlah kunjungan yang banyak dalam
tempo yang singkat.
Alasan ketiga, dan ini juga menjadi alasan klasik adalah
kurangnya “sesajen” yang diberikan kepada sopir. Bagaimanapun, sopir dalam
sebuah perjalanan bus adalah komponen yang penting. Peran bus sangat banyak
terlebih dalam hal keselamatan dan kenyamanan penumpang. Sopir juga manusia,
yang memiliki hati dan perasaan. Memang, mereka sudah diberi gaji oleh
perusahaan pemilik bus. Tapi, mereka juga ingin diperhatikan lebih. Dalam hal
ini, mereka ingin juga merasakan apa yang dinikmati oleh penumpang. Termasuk
diantaranya makanan. Pemberian “sesajen” ini juga berpengaruh kepada mood sang
sopir dalam berkendara.
Nah maka dari itu, jika kita ingin perjalanan lancar, maka
perhatikanlah sang sopir ini. Mulai dari makanan, snack, kopi, dsb. Yah
hitung-hitung amal juga. Meskipun kalau kita menyewa bus tak ada pasal tentang
memberi sesuatu ke sopir, tak ada salahnya kan berbuat demikian?
Pengalaman paling menyenangkan ikut tur bus adalah ketika saya
ke wali limo bersama para ibu-ibu pengajian Jumat Legi. Sopirnya enak sekali
menyetirnya. Saya bisa tidur nyenyak padahal kondisi badan juga kurang fit.
Saat melihat waktu tempuh yang tak memungkinkan, sang sopir juga menawarkan
mengganti tempat tujuan yang lebih dekat. Yang penting para peserta tur masih
bisa menikmati perjalanan. Salut.
Terekomendasi |
Tapi, meski sudah memberi ”sesajen” yang layak, saya juga
pernah merasakan pengalaman yang tak menyanangkan. Saat itu kami sekeluarga
besar menyewa bus ke Magelang, tempat saudara jauh. Sang sopir sudah kami beri
berbagai macam kebutuhan, seperti rokok, makanan, dll. Tapi, sopir terebut
memacu kendaraannya pelan sekali. Sampai-sampai perjalanan Malang-Yogya, yang
biasanya ditempuh dalam waktu 8 jam menjadi molor 11 jam. Belum lagi, sang
sopir sering berhenti di tempat-tempat tak penting. Padahal kami tak ada yang
ingin buang air kecil atau sholat. Rencana kami yang ingin mengunjungi tempat
wisata di Magelang menjadi kandas. Hanya satu tempat, rumah saudara di Magelang
yang bisa kami kunjungi. Belum lagi, saat pulang sang sopir memaksa kali untuk
segera naik, padahal waktu masih belum terlalu malam.
Ini tersangkanya, hehe |
Kalau sudah begini, pemilihan perusahaan bus juga penting.
Kita juga perlu membuat perjanjian dengan pihak perusahaan agar tujuan kita
tercapai. Kita juga bisa memberikan kritik dan komplain saat perjalanan
berlangsung. Pihak perusahaan nantinya akan memberi peringatan kepada sopir.
Meski sang sopir perlu kita layani, tapi sebagai penumpang, tetaplah kita
sebagai raja.
Sekian dan terimakasih.
Tags
Catatanku