Akhirnya saya bisa melalui bulan Maret dengan cukup cantik
Bulan yang penuh segala hal yang membuat hidup saya kurang jika
“hanya” 24 jam. Bulan yang penuh keringat, tetesan air mata, dan tawa
kebahagiaan. Duh, seperti cerita film saja. Tapi memang, bulan Maret adalah
bulan yang paling sibuk dalam sejarah hidup saya dalam stahun.
Saat sekolah dulu, bulan Maret adalah bulan ketika ujian
parktik, try out, dan segala persiapan masuk perguruan tinggi harus dilewati. Saat
kuliah, bulan Maret identik dengan bulan ujian-ujian matakuliah, bulan
penyusunan skripsi, dan bulan-bulan penting saat saya harus berjibaku dengan
yang namanya laporan praktikum.
Nah, masa menegangkan di bulan ini rupanya terjadi juga saat
saya sudah bekerja. Ujian pertama datang dari suatu hari senin di awal bulan.
Bapak bos tiba-tiba memanggil beberapa guru termasuk saya. Awalnya, saya sempat
GR akan diberi sekedar sesuatu yang melegakan hati. Ternyata oh ternyata saya
diberi tugas maha dahsyat berupa penyusunan portofolio Penilaian Kerja Kepala
Sekolah (PKKS). Sebuah portofolio berisi paparan kerja yang telah dilakukan selama
satu periode. Haha, satu periode gitu. Satu minggu saja kalau disusun akan
menghasilkan suatu karya yang cukup fantastis. Nah ini satu tahun.
Jadilah saya dan teman-teman berjuang hingga titik darah
penghabisan. Melembur mengerjakan ini-itu dan memenuhu segala aspek yang dibutuhkan.
Pulang hingga larut petang (gak sampai malam ya). Di rumah masih melembur
hingga malam. Akhirnya pekerjaan bisa terselesaikan dengan cukup cantik. Alhamdulillah.
Grudak--gruduk lemburan PKKS |
Sehari jeda, saya berniat untuk sekedar ngaso (istirahat)
dan menata kembali anak didik saya yang saya rasakan mulai tak bisa diatur. Tapi,
belum sempat saya bernafas panjang, sebuah WA datang dari Tim Pengimbas
Adiwiyata sekolah saya. Kebetulan sekolah saya akan maju ke tingkat Propinsi. Jadi,
pada bulan sebelumnya, saya dan teman-teman sudah belembur ganteng mengerjakan
berbagai macam administrasi. Saya kira, pekerjaan saya sudah beres dan tinggal
visitasi yang akan dijadwalkan sekitar bulan Mei, sembari kami menata ini-itu
untuk perbaikan. Isi dari WA itu adalah agar saya sebagai tim IT datang ke
sekolah pengimbas dengan membawa file lengkap seperti apa yang dibawa pada
kegiatan sebelumnya. Saya mulai worry, jangan-jangan ada yang salah lagi. Dengan
entengnya, humas tim pengimbas tersebut berkata hanya perlu membenahi sedikit.
Keesokan harinya, saya datang dengan sang kordinator,
berharap hanya sedikit saja yang harus saya benahi. Mengingat saya sudah
mengorbankan anak didik saya yang sering saya tinggal untuk mengerjakan
ini-itu. Ternyata,.......
Pekerjaan harus dimulai dari awal lagi. Hiks. Rupanya, ada
format baru dalam pengisian aplikasi Macro Excel Adiwiyata yang sangat berbeda
dari apa yang telah saya kerjakan bulan sebelumnya. Jadi, semuanya sia-sia
dong?
Tragisnya, pekerjaan itu harus selesai pada hari itu juga. Haha
apalagi ini? Ya sudah, saya segera pasang strategi. Saya membawa kitab suci
hasil pekerjaan PKKS kemarin. Alhamdulillah, hampir semua dokumen penting telah
tercantum di sana. Jadi, saya tak perlu bolak-balik ke sekolah untuk mengambil
dokumen yang belum ada, seperti sekolah lain. Meskipun saya sempat ditertawakan
oleh sekolah lain mengapa saya membawa barang segede gaban itu, namun pada
akhirnya saya bisa merasakan manfaatnya. Di sinilah pentingnya sebuah kalkulasi
penting sebelum memulai pekerjaan. Pergunakan waktu dan energi dengan tepat. Dan
alhamdulillah, pukul 5 sore tepat pekerjaan selesai.
Setelah rehat sehari, saya dipanggil lagi oleh bapak bos. Kali
ini beliau meminta saya dan rekan guru untuk all out membimbing siswa dalam
menghadapi lomba Bina Kreativitas Siswa tingkat Kecamatan. Bapak bos berharap
tahun ini sekolah kami bisa mendapatkan hasil maksimal, jadi program semacam
pelatnas harus segera dimulai.
Saya kebagian mendapat tugas membimbing Lomba Siswa
Prestasi. Dibanding lomba lainnya, lomba ini cukup kompleks karena ada beberapa
aspek yang dinilai, yakni tes tulis, wawancara, dan keterampilan. Yah semacam
pemilihan Kakang Mbakyu gitu. Dari tahun ke tahun, sekolah kami selalu gagal,
paling banter menyabet juara harapan. Itupun tak selalu tiap tahun.
Oke, saya dan tim pembina siswa teladan tak terlalu mematok
target tinggi. Apalagi melihat sikon siswa tahun ini yang cenderung pasif dan
berwatak manja jika dibandingkan tahun lalu. Yang jelas, latihan rutin terus
dilakukan agar mendapat hasil maksimal. Syukur-syukur kalau ada yang bisa maju
ke tingkat kota.
Hari H pun tiba. Saya
tak terlalu memiliki ekspektasi berlebih terhadap anak-anak ini. Apalagi, saat
uji keterampilan entah mengapa terjadi sesuatu yang menurut saya kok tak adil
ya. Jadi, peserta yang tampil pada nomor awal mendapat waktu yang cukup untuk
menampilkan kebolehannya. Sedangkan peserta nomor-nomor akhir, kok mendapat
sedikit sekali waktu, bahkan hanya sekejap. Saya bisa merasakan kekecewaan dari
anak-anak yang telah selesai diuji keterampilannya. Ya sudah, tak apa yang
penting sudah berusaha maksimal kan? Saya beri motivasi kepada mereka bahwa
yang terpenting adalah usaha, jika hasil yang dicapai bagus itu adalah buah
dari usaha kita. Jika tidak, ya maka kita berusaha lebih baik lagi. Bukan begitu?
Satu persatu pengumuman pemenang lomba pun tiba. Beberapa cabang
lomba dimenangkan siswa-siswi sekolah kami. Bahkan, beberapa lomba di luar
prediksi para guru jika berhasil memenangkannya. Akhirnya, tibalah waktu
pengumuman pemenang lomba siswa teladan. Saya sudah tak antusias sebenarnya dan
akan segera kembali ke sekolah sambil membawa beberapa anak yang belum dijemput
oleh orang tuanya.
Bapak Kepala UPT memberikan tropi ke siswa kami yang memenangkan lomba Pantomim |
Ssiwa kelas saya (berseragam batik biru) menerima pengharagaan juara Harapan II lomba tiwisada |
Namun, tiba-tiba saya dengar bahwa siswa kami memenangkan
juara III untuk siswa teladan putra. Dan kekagetan saya semakin menjadi-jadi
tatkala siswa kami yang lain lain berhasil menyabet juara II. Belum sampai di
situ, siswi kami berhasil naik podium menerima penghargaan juara harapan II
siswa teladan putri. Spontan, saya mendekati panggung. Tak dinyana, di sana
sudah ada rekan guru yang juga menjadi pembina siswa teladan. Kami pun
melampiaskan kegembiraan dengan penuh syukur dan tentunya lompat-lompat. Maklum,
gurunya juga ikut heboh. Terimakasih Tuhan, akhirnya terbalas sudah apa yang
sudah saya rasakan selama satu bulan ini. Meski kami berdua sudah naik podium
karena menyabet juara Olimpiade MIPA guru (juga juara II dan III), tapi melihat
anak-anak yang mendapat keberhasilan rasanya jauh lebih dari wow.......
Siswi kami (berseragam batik biru) merima penghargaan juara harapan II siswa teladan putri |
Alhamdulillah. Itulah kalimat akhir untuk menutup bulan
Maret yang rock and roll ini. Memang pekerjaan masih banyak dan tantangan masih
belum usai. Tapi setidaknya jika bulan Maret sudah usai, saya bisa sedikit
bernafas lega. Satu hal lagi, apa yang kita kerjakan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas, pasti akan ada hasilnya. Push your limit. Trust me, it works! (L-men mode on)